Berkhidmat Kepada Umat Berbakti Kepada Negeri, Memacu Kinerja, Mengawal Kemenangan Indonesia

Minggu, 29 November 2020

Rutinan Ngaji LTMNU Para Takmir Masjid se Kec Pacet

 


Graha NU Pacet Mojokerto-Lembaga Takmir Masjid MWCNU Kecamatan Pacet kembali melaksanakan ngaji rutin Ahad Wage. Kali ini bertempat di masjid Uswatun Hasanah dusun Baraan desa Cepokolimo Pacet (29/11/2020).
Meskipun musim hujan sudah tiba namun tidak menyurutkan semangat para pengurus takmir masjid dan musholla hadir. Sekitar 110 orang takmir masjid dengan hidmat mengikuti jalannya acara.
Dari dewan pembina dan pengurus LTMNU tampak hadir KH Abdul Jamil, KH Iskandar Munir, KH Mubayyin Syafii, Ust Khuzaini, Ust Agus Santoso, ust Jaini, pk Mahmud dll.
Kegiatan itu juga dihadiri oleh kepala desa Cepikolimo Bpk Mahfud Sulaiman.

Minggu, 22 November 2020

Musim Penghujan Tiba, Lazisnu MWCNU Pacet Adakan Bedah Rumah

 

Graha NU Pacet-Musim penghujan tiba Lazisnu MWCNU Pacet adakan bedah rumah warga yang atap rumahnya sudah memprihatinkan, Ahad 22 November 2020.

Warga yang mendapat kesempatan itu adalah ibu Sumiarsih, seorang janda yang tinggal di dusun Paras RT 02 RW 01 desa Kembangbelor Kecamatan Pacet Mojokerto. "Kebetulan kondisi atap rumahnya memang mengkhawatirkan dan ditakutkan ambruk. Terutama di musim penghujan ini", papar Moh Malkan, M.Pd.I selaku ketua Lazisnu.

Sementara itu ust Sanwsni, M.Pd.I selaku Rais Ranting NU Kembangbelor mengatakan rasa syukurnya atas kegiatan ini. Dari kepekaan ranting kemudian didukung MWCNU dan Banom akhirnya bedah rumah dapat dilaksanakan. Masyarakatpun ikut mendukung.

Dalam melaksanakan bedah rumah, Lazisnu MWCNU Pacet bekerja sama dengan Lazisnu Ranting NU desa Kembangbelor, pemerintah desa dan tentunya warga sekitar lokasi.

Dalam sambutannya, kepala Desa Kembangbelor mengucapkan terima kasih kepada NU secara keseluruhan yang sudah beberapa kali mengadakan bakti sosial di desa Kembangbelor tahun 2020 ini.

"Saya sangat bangga bahwa program sosial ini murni dari NU dan tidak melibatkan unsur politik yang sekarang sedang bergulir. Ini luar biasa". Terang kades muda tersebut. 

Kegiatan tersebut dihadiri pengurus MWCNU Pacet, Ranting NU, Lazisnu, Fatayat-Muslimat NU dan Ansor-Banser. Secara bergotong royong mereka merenovasi atap rumah ibu Sumiarsih dibantu masyarakat sekitar. (Agus sekr)



Sabtu, 07 November 2020

Pelantikan PAC JQHNU Kec. Pacet Mojokerto 2020-2025

 

Graha NU Pacet Mojokerto-Pengurus PC Jamiyyatul Qurra wa Huffazh Kabupaten Mojokerto kembali melakukan turba sekaligus melantik pengurus Anak Cabang JQHNU. Kali ini bertempat di wilayah anak cabang kecamatan Pacet, Sabtu 7 November 2020. 

Acara pelantikan ini dihadiri oleh pengurus PW Jamiyyatul Qurra wal Huffazh dan pengurus PC. Hadir pula ketua MWCNU Pacet yang diwakili oleh sekretaris, ust Agus Santoso, MPd.I, Camat Pacet, perwakilan polsek dan koramil Pacet. 

Setelah dilantik oleh pengurus PW JQHNU Jawa Timur, dalam sambutannya, ketua PAC terpilih Gus Busthomi menyatakan kesediaan untuk memimpin banom yang beranggotakan para Qari, Huffazh al Quran dan TPQ di kecamatan Pacet. Ia juga mengharap kekompakan semua pengurus dan anggota serta dukungan MWCNU Pacet.

Sambutan PC disampaikan oleh ibu nyai Hj Jauharoh. Beliau menceritakan betapa berkahnya orang orang yang mau mengurus dan mengagungkan Alquran.

Selanjutnya pengurus PW JQHNU Jawa Timur yang diwakili oleh Ust H Fathur Rohman, MA memberikan taushiyah terkait sejarah jamiyyatul Qurra wal Huffazh serta hikmah orang yang mau mengagungkan Alqur'an. Beliau juga memberikan motivasi keorganisasian agar Jamqur di kecamatan Pacet dapat kompak dan mengembangkan di ranting ranting.

Tak ketinggalan pula kegiatan itu mendapat dukungan baik dari Forpimka Pacet. Camat Pacet, Moh Malik menyatakan selamat dan mengharap agar kegiatan bidang Alqur'an di kecamatan Pacet semakin baik dan membawa keberkahan.  

MWCNU Pacet yang diwakili ust Agus Santoso juga memberikan ucapan selamat sekaligus dukungannya kepada Pengurus JQHNU pacet terpilih. "Graha NU pacet merupakan wadah semua kegiatan NU termasuk JQHNU Pacet. Jadi silahkan digunakan untuk rapat dan kegiatan", begitu tuturnya.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan raker yang dipimpin oleh Gus Busthomi dan ust Agus Santoso. Tepat pukul 16.30 raker ditutup Doa yang dipimpin oleh kyai Samian. (Agus sekr)

Jumat, 06 November 2020

Semaan Jantiko Mantab di PP Alfalah Pacet Mojokerto

 

Graha NU Pacet Mojokerto-Ratusan samiin samiat Alqur'an memadati halaman Ponpes al Falah Pacet Mojokerto. Pasalnya ponpes tersebut mengadakan semaan Alquran Jantiko Mantab yang dihadiri para qurra resmi Jantiko Mantab dari Kediri, Nganjuk dan sekitarnya.

Pimpinan pesantren Alfalah, KH Mubayyin Syafii yang merupakan alumni pesantren Alfalah Ploso Kediri menyatakan kegembiraanya dapat melaksanakan semaan yang didirikan oleh kyai khos di pondoknya dulu, Gus Miek atau KH Chamim Jazuli sekaligus pembacaan Dzikrul ghofilin. Beliau mengharap pembacaan dzikrul ghofilin dapat dilaksanakan rutin tiap bulan di pondoknya tersebut.

Sementara itu gus Tsabut Pranoto Projo, putra Gus Miek berhalangan hadir. Beliau mengutus putranya, Gus Feri Husnu Maab untuk memberikan taushiyahnya di acara semaan tersebut.

Beberapa yang disampaikan beliau adalah tentang kemuliaan maulid Nabi yang ditandai dengan hancurnya tentara gajah raja Abrahah yang ingin menghancurkan kabah, runtuhnya istana Romawi, padamnya api majusi dan lain lain. (Agus sekr)

Kamis, 05 November 2020

Hadhrotusy Syeikh KH. M. Hasyim Asy'ari Tebuireng dan Al Azhar Mesir

Dalam sambutan pembukaan Mukatamar yang ke 14 di Magelang, Hadhrotusy Syeikh KH. M. Hasyim Asy'ari menyampaikan respon beliau terhadap 4 hal yang terjadi saat itu, diantaranya adalah pelecehan terhadap Hadhrotur Rosul Muhammad Shollallahu 'alaihi wa Sallama.


Beliau mengutarakan bahwa kejadian seperti ini merupakan pukulan yang sangat berat serta menyakitkan setiap umat muslim. Dalam keadaan seperti ini beliau tentu menunjukkan pengingkarannya terhadap pelecehan semacam ini dan lebih lanjut beliaupun menyampaikan pelakunya layak menerima hukuman. Namun saat itu belum ada pasal khusus yang mengatur pelecehan seperti ini.


Oleh karena itu, Hadhrotusy Syeikh menyerukan kepada Pemerintahan Belanda saat itu untuk membuat peraturan tentang larangan segala macam pelecehan seperti ini.


Disamping mendesak Pemerintah Belanda untuk membuat peraturan khusus tentang perlindungan simbol-simbol agama, Hadhrotusy Syeikh pun juga mengingatkan semua umat muslim akan kewajibannya terhadap agamanya. Beliau menyatakan ini adalah tanggung jawab umat muslim dan tentu akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hari kiamat oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.


Disamping itu beliau menyerukan kepada internal umat muslim untuk:

1. Memperkokoh ukhuwwah; persatuan umat muslim. Dalam pemahaman kami, bersatu dan menanggalkan segala perselisihan serta permusuhan diantara umat muslim adalah langkah kongkrit dalam membela dan menguatkan agama ini.

2. Melandasi segala amal yang dilakukan dengan keikhlasan seraya menata niat yang bersih lagi tulus,

3. Menanggalkan syahwat-syahwat keduniawian.


Melihat ini semua, layaknya sikap kita merespon apa yang terjadi kepada Hadhrotur Rosul maka disamping kita yang tentunya merasa sakit menerima Kekasih kita diperlakukan seperti ini maka yang perlu didorong adalah adanya Peraturan Internasional yang mengatur dan melindungi simbol-simbol seluruh agama, sehingga nantinya, siapa saja dan agama apa saja yang terlecehkan simbol-simbolnya maka ada payung hukum internasional yang menanganinya.


Langkah di atas dalam bacaan kami sudah disuarakan oleh Al Azhar, disamping itu Al Azhar juga mencanangkan akan mengadakan perlombaan karya tulis ilmiah berskala international dengan tema Moral dan Kontribusi Nabi Muhammad dalam membumikan cinta, kebaikan dan kedamaian.


Lebih dari itu Al Azhar pun mengumumkan peluncuran platform global baru dalam rangka memperkenalkan sosok Nabi kasih sayang dan Rasul kemanusiaan kepada dunia yang akan dioperasikan oleh Al-Azhar Observatory for Combating Extremism dengan berbagai edisi bahasa.


Penulis melihat adanya hubungan yang sangat dekat antara apa yang dilakukan Hadhrotusy Syeikh KH. M. Hasyim Asy'ari pada tahun 1939 dulu dengan apa yang dilakukan oleh Al Azhar Mesir hari ini. Sungguh terharu kami, secara pribadi adalah santri Tebuireng yang juga pernah meminum Ilmu dari Al Azhar.


Referensi:

1. Al Inhadh Jilid Pertama (Salah satu pidato Hadhrotusy Syeikh KH. M. Hasyim Asy'ari yang ada di Irsyad al Sari),

2. https://sanadmedia.com/pesan-syekh-al-azhar-dalam-peringatan-maulid-nabi-muhammad-saw/

Jumat, 30 Oktober 2020

Tradisi Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw Di Indonesia

 


Graha NU Pacet Mojokerto-Setiap bulan Rabiul Awal masyarakat muslim Indonesia khususnya warga NU selalu menyambut dengan riang gembira. Berbagai kegiatan dilakukan demi untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad saw.

Tradisi ini sudah ada di Indonesia sejak Islam masuk ke Nusantara. Para muballig pembawa Islam yang masuk ke nusantara memang terkenal dari kalangan ahlussunnah waljamaah. Terutama ketika Islam dikembangkan oleh  Walisongo yang berpusat di pulau Jawa. Termasuk para muballigh itu memang banyak dari keturunan Rasulullah saw yang datang dan menetap di nusantara. Dapat dipastikan mereka pasti akan memperingati maulid kakek buyutnya setiap tahunnya.

Saat itu peringatan maulid masih terbatas dilakukan oleh majelis para sayyid, istana kesultanan dan pondok pesantren. Setelah era walisongo dan berakhirnya kesultanan Islam di nusantara, tradisi ahlussunnah waljamaah secara kelembagaan dilanjutkan dan dirawat oleh para kyai Nahdlatul Ulama. Belakangan pemerintah juga ikut mengadakan peringatan maulid baik pusat maupun daerah.

Selanjutnya peringatan maulid semakin meluas di masyarakat. Hampir setiap dusun yang ada masjid, musholla, lembaga pendidikan dan jam'iyyah keagamaan akan mengadakan acara maulid. Terlebih muslim Madura, mereka yang merantau merasa wajib mudik dan berbondong bondong untuk ikut memperingati maulid nabi di kampung halamannya.

Tujuan dari peringatan maulid nabi sendiri pada awalnya untuk mempertebal kecintaan terhadap nabi Muhammad saw dan memotivasi kaum muslimin agar bertambah kuat dalam membela agama nabinya tersebut dari rongrongan kaum kafir. (Agus Sekr)

Rabu, 28 Oktober 2020

Hj. Munawaroh Istri Ketua MWCNU Pacet Tutup Usia

 

Graha NU Pacet Mojokerto-Kabar duka datang dari ketua MWCNU Pacet, H M Yusuf, S.Pd.I. Istrinya, Hj Munawaroh, S.Pd.I tadi siang, Rabu 28 Oktober 2020/12 Rabiul Awal 1442 H tutup usia. 

Menurut penuturan kerabatnya, sebelumnya almarhumah merasakan sakit ringan dan sempat dirawat di RSI Sakinah Mojokerto selama tiga hari dan akhirnya meninggal pada siang tadi.

Ratusan masyarakat, kerabat dan teman datang takziah dan ikut mendoakan almarhumah di rumah duka desa Claket Pacet. Sholat jenazah dan Prosesi pemberangkatan jenazah dipimpin oleh Romo KH Muslihuddin Abbas, mustasyar MWCNU Pacet.

Almarhumah yang asli orang Padusan itu adalah kader NU yang ketika mudanya aktif di IPPNU. Bahkan pernah menjabat sebagai ketua PAC IPPNU kecamatan Pacet pada era 90 an. Ketika suaminya dipilih menjadi ketua MWCNU Pacet periode 2011 sampai sekarang, almarhumah juga mendukung dengan ikhlas meski sering ditinggal suaminya mengikuti kegiatan NU.

Selain itu semasa hidupnya almarhumah juga aktif mengajar di MI Tri Bhakti Desa Claket dan TPQ al Ihsan Claket. "Kerabat, teman dan masyarakat merasa kehilangan atas kepergian almarhumah yang begitu cepat", tutur Muslimah, salah satu kerabat dan guru MI Claket.

Almarhumah Hj Munawaroh wafat meninggalkan seorang  suami dan tiga orang anak. Semoga arwah almarhumah mendapat tempat yang mulia di sisi Allah SWT dan keluarganya diberikan kesabaran. aamiin. (Agus Sekr)

Minggu, 25 Oktober 2020

Para Takmir Masjid Mengaji dan Berdoa Bersama

 

Graha NU Pacet Mojokerto-Sebanyak 120 takmir masjid dan musholla sekecamatan Pacet Mojokerto mengikuti kajian agama rutin Ahad wage, 25 Oktober 2020.

Kegiatan dipusatkan di masjid Baiturrohim Dusun Sumberan desa Sajen kecamatan Pacet.  Hal ini sesuai jadwal yang sudah dirilis sejak awal tahun 2020.

Sejak adanya pandemi corona kegiatan para takmir masjid ini sempat tertunda. Baru satu bulan yang lalu dimulai lagi di masjid Terongmalang desa Candiwatu kecamatan Pacet. 

Pada pukul 12.30 wib Rutinan dibuka dengan pembacaan istigotsah, syrokalan dan sambutan takmir masjid setempat. Setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan kitab nashoihul ibad (tasawuf), taqrib (fiaih) dan fiqih kemasyarakatan (tanya jawab persoalan fiqih di masyarakat).

Pengajian baru ditutup ketika memasuki waktu adzan ashar. Melalui kegiatan ini pengurus LTMNU kecamatan pacet juga membagikan kalender MWCNU  Pacet kepada semua masjid secara gratis.

Untuk pertemuan Ahad wage mendatang rencananya bertempat di masjid Uswatun Hasanah dusun Baraan Desa Cepokolimo. 

Dengan kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman agama dan SDM takmir masjid. Selain itu akan terwujud pula kerukunan dan silaturrahim antar pengurus masjid se kecamatan Pacet. (Agus Sekr)

Kamis, 22 Oktober 2020

Peringati Hari Santri Nasional 2020 MWCNU Pacet Lakukan Apel Bersama PCNU Mojokerto

 

Graha NU Pacet-Peringatan Hari santri nasional 2020 ditandai dengan berbagai kegiatan beragam. Begitu pula yang dilakukan oleh pengurus MWCNU Pacet. 

Selain mengadakan renungan malam resolusi jihad dan pembacaan istigosah di Graha NU Pacet juga mengikuti apel di halaman wisma PCNU kabupaten Mojokerto, Kamis 22 Oktober 2020.

Dengan memperingati hari santri, diharapkan dapat semakin mempertebal semangat dan tekad untuk berkhidmat kepada NU dan NKRI. Tentunya sesuai dengan keahlian dan kemampuan masing masing. (Agus Sekr)

Senin, 19 Oktober 2020

MWCNU Pacet Mojokerto Laporkan Kegiatan Lewat Kalender

 

Graha NU Pacet-Beragam cara dilakukan sebuah lembaga untuk melaporkan kegiatannya seperti yang dilakukan oleh pengurus MWCNU Pacet Mojokerto diantaranya melalui gambar di kalender.

Kegiatan selama satu tahun tersebut dikemas dalam bingkai sebuah kalender yang cantik. Semua kegiatan MWCNU dan Banom ditampilkan. Kalender itu selanjutnya akan disebar ke warga nahdliyin melalui ibu ibu muslimat dan fatayat. 

Pembuatan kalender itu sudah rutin dilaksanakan sejak tahun 2010. Warga dapat memiliki kalender dengan mengganti infaq pembangunan graha NU sebesar 15.000 rupiah. (Agus Sekr)

Sabtu, 17 Oktober 2020

Kiai Kharismatik Pendiri Laskar Hizbullah Mojokerto

 

Graha NU Pacet- Kota Mojokerto memiliki sosok ulama kharismatik yang berjasa besar dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ulama satu ini pendiri Laskar Hizbullah di Mojokerto. Pasukan ini ikut berperang melawan tentara sekutu yang akan kembali menjajah Indonesia.


Makam dengan batu nisan berbalut kain putih itu berada di antara asrama santri. Persis di sebelahnya terdapat Musalla Al Muttaqin. Pada plakat musalla ini juga tertulis lokasi makam, yakni di Jalan KH Wachid Hasyim No 41, Kota Mojokerto.


Kondisi makam terasa sejuk. Di samping selatannya terdapat taman kecil yang sarat dengan bunga. Makam tampak terang meski berada di bawah kuncup. Karena bagian tengah bangunan ini, persis di atas makam, berlubang.


Inilah makam KH Ahyat Halimy atau Abah Yat. Kiai kharismatik asli Kota Mojokerto ini lahir tahun 1918 dari pasangan Hj Marfu'ah dan H Abdul Halim. Dia menjadi yatim sejak di dalam kandungan. Sang ibu merupakan pengusaha batik yang sukses pada masanya.


Setelah lulus dari Sekolah Rakyat Miji yang sekarang menjadi SDN Miji 1, Ahyat kecil melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren (PP) Tebuireng, Jombang. Dia sempat diajar langsung oleh tokoh pendiri NU yang juga pendiri Pesantren Tebuireng, KH Hasyim Asy'ari dan putranya KH Wahid Hasyim.


Karena usianya hampir sebaya dengan KH Wahid Hasyim, selain menjadi santri, Abah Yat juga menjadi teman diskusi ayah Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tersebut. Abah Yat juga menuntut ilmu dari KH Romly di Rejoso, Peterongan Jombang.


"KH Ahyat kecil dikenal sebagai santri yang disiplin. Perilakunya sopan, suka menolong santri yang lain," tulis Yazid Qohar dalam bukunya 'Berjuang Tanpa Akhir-KH Ahyat Halimy'.


Lulus dari pesantren, tahun 1938 Abah Yat mendirikan Ansoru Nahdlatoel Oelama (ANO) yang sekarang bernama Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Organisasi ini dia bangun bersama teman-temannya. Antara lain M Thoyib, M Thohir, Sholeh Rusman, Aslan, Mansur Solikhi dan Munasir.


ANO kala itu dibentuk untuk membantu seluruh kegiatan dan program NU. Pada saat bersamaan, Abah Yat juga menjabat Sekretaris Tanfidziyah NU Mojokerto. Padahal usianya baru 20 tahun. Dia lantas dipercaya menjadi Ketua GP Ansor periode 1940-1942. Tahun 1941, Abah Yat menikah dengan Badriyah, putri KH Moh Hisyam asal Desa Gayam, Kecamatan Mojowarno, Jombang.


Perjuangan Abah Yat dimulai saat tentara Jepang masuk ke Mojokerto tahun 1943. Kedatangan pasukan Nippon itu membuat rakyat sengsara. Abah Yat bersama temannya Mansur Solikhi menggalang gerakan GP Ansor untuk melucuti senjata pegawai Pemerintah Hindia Belanda.


Abah Yat juga membentuk Laskar Hizbullah. Pasukan ini dia bentuk bersama teman-temannya, yaitu KH Suhud, Ahmad Yatim dan Mulyadi. Selain kader GP Ansor, ketiga rekannya itu juga usai mengikuti pelatihan militer di Jibarosa, Bogor. Abah Yat menjadi Pembantu Umum di Laskar Hizbullah.


"Seluruh anggota GP Ansor digerakkan untuk masuk ke Laskar Hizbullah. Sehingga tak lebih dari satu bulan, Laskar Hizbullah Mojokerto membentuk dua batalyon," jelas Yazid.


Batalyon pertama dipimpin Mansur Solikhi, batalyon ke dua dipimpin Munasir. Sementara Abah Yat menjadi Komandan Kompi IV di bawah batalyon Munasir. Seluruh senjata pasukan ini dari merampas milik pasukan dan pegawai Hindia Belanda serta dari tentara Jepang setelah mereka menyerah kepada Sekutu.


Pada 20 Oktober 1945, tentara sekutu di bawah komando Jendral AWS Mallaby mendarat di Tanjung Perak, Surabaya. Enam hari kemudian sekutu mendaratkan pasukannya di Kota Pahlawan dengan jumlah lebih besar. Saat resolusi jihad telah dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy'ari 10 November 1945, seluruh personel Laskar Hizbullah Mojokerto berangkat ke Surabaya untuk berperang mempertahankan kemerdekaan RI.


Selama pertempuran mempertahankan kemerdekaan, Abah Yat bertugas khusus mengawal Laskar Sabilillah. Laskar ini terdiri dari para ulama dan tokoh NU. Tugas Abah Yat lebih banyak masuk ke medan perang untuk menyampaikan perintah dari mabes Hizbullah dan Sabilillah. Perang saat itu meluas sampai ke Mojokerto.


"Ketika terjadi penyergapan Tentara Rakjat Djelata, gabungan laskar-laskar rakyat yang menghadang gerakan sekutu di Pacet, Mojokerto, Ahyat Halimy terlibat dalam pertempuran yang sengit," tutur Yazid.


Setelah perang berakhir, Abah Yat mendirikan pesantren mulai 29 April 1964. Surau di Jalan Miji (sekarang Jalan KH Wahid Hasyim) No 36 milik ayahnya, dia bangun menjadi Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin. Pesantren ini bertahan sampai sekarang. Selain itu, Abah Yat juga mendirikan sejumlah lembaga pendidikan di Mojokerto dan Rumah sakit Islam Sakinah. Saat ini RSI Sakinah menjadi salah satu rumah sakit rujukan yang diperhitungkan karena didukung oleh menejemen yang baik dan fasilitas yang cukup memadai.


Selain itu atas jasa beliau NU semakin eksis di Mojokerto. Banyak aset NU, masjid dan lembaga pendidikan-sosial yang lahir dari jasa Abah Yat. (Agus sekr seperti kutipan di detiknews)

Mengenang Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama dan Pertempuran 10 Nopember 1945

 


RESOLUSI JIHAD NAHDLATUL ULAMA DAN PERTEMPURAN 10 NOVEMBER 1945

Keputusan pemerintah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional merupakan keputusan yang tepat. Sebab sejarah mencatat pada tanggal tersebut Nahdlatul Ulama (NU) mengeluarkan sebuah Resolusi Jihad untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.

Sebelum Resolusi Jihad, telah muncul Fatwa Jihad, setelahnya, muncul pertempuran 10 November yang kemudian ditetapkan menjadi hari Pahlawan. Berikut rangkaian sejarah perjuangan kaum santri dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan, yang kemudian menjadi dasar lahirnya Hari Santri Nasional 22 Oktober, seperti disampaikan oleh Wakil Ketua Umum PBNU H Slamet Effendy Yusuf dalam konferensi press di gedung PBNU, Senin (19/10).

17 Agustus 1945

Siaran berita Proklamasi Kemerdekaan sampai ke Surabaya dan kota-kota lain di Jawa, membawa situasi revolusioner. Tanpa komando, rakyat berinisiatif mengambil-alih berbagai kantor dan instalasi dari penguasaan Jepang.

31 Agustus 1945

Belanda mengajukan permintaan kepada pimpinan Surabaya untuk mengibarkan bendera Tri-Warna untuk merayakan hari kelahiran Ratu Belanda, Wilhelmina Armgard.

17 September 1945

Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan sebuah Fatwa Jihad yang berisikan ijtihad bahwa perjuangan membela tanah air sebagai suatu jihad fi sabilillah. Fatwa ini merupakan bentuk penjelasan atas pertanyaan Presiden Soekarno yang memohon fatwa hukum mempertahankan kemerdekaan bagi umat Islam.

19 September 1945

Terjadi insiden tembak menembak di Hotel Oranje antara pasukan Belanda dan para pejuang Hizbullah Surabaya. Seorang kader Pemuda Ansor bernama Cak Asy’ari menaiki tiang bendera dan merobek warna biru, sehingga hanya tertinggal Merah Putih.

23-24 September 1945

Terjadi perebutan dan pengambilalihan senjata dari markas dan gudang-gudang senjata Jepang oleh laskar-laskar rakyat, termasuk Hizbullah.

25 September 1945

Bersamaan dengan situasi Surabaya yang makin mencekam, Laskar Hizbullah Surabaya dipimpin KH Abdunnafik melakukan konsolidasi dan menyusun struktur organisasi. Dibentuk cabang-cabang Hizbullah Surabaya dengan anggota antara lain dari unsur Pemuda Ansor dan Hizbul Wathan. Diputuskan pimpinan Hizbullah Surabaya Tengah (Hussaini Tiway dan Moh. Muhajir), Surabaya Barat (Damiri Ichsan dan A. Hamid Has), Surabaya Selatan (Mas Ahmad, Syafi’i, dan Abid Shaleh), Surabaya Timur (Mustakim Zain, Abdul Manan, dan Achyat).

5 Oktober 1945

Pemerintah pusat membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Para pejuang eks PETA, eks KNIL, Heiho, Kaigun, Hizbullah, Barisan Pelopor, dan para pemuda lainnya diminta mendaftar sebagai anggota TKR melalui kantor-kantor BKR setempat.

15-20 Oktober 1945

Meletus pertempuran lima hari di Semarang antara sisa pasukan Jepang yang belum menyerah dengan para pejuang.

21-22 Oktober 1945

PBNU menggelar rapat konsul NU se-Jawa dan Madura. Rapat digelar di Kantor Hofdsbestuur Nahdlatul Ulama di Jalan Bubutan VI No 2 Surabaya. Di tempat inilah setelah membahas situasi perjuangan dan membicarakan upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Di akhir pertemuan pada tanggal 22 Oktober 1945 PBNU akhirnya mengeluarkan sebuah Resolusi Jihad sekaligus menguatkan fatwa jihad Rais Akbar NU Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari.

25 Oktober 1945

Sekitar 6.000 pasukan Inggris yang tergabung dalam Brigade ke-49 Divisi ke-26 India mendarat di Surabaya. Pasukan ini dipimpin Brigjend AWS. Mallaby. Pasukan ini diboncengi NICA (Netherlands-Indies Civil Administration).

26 Oktober 1945

Terjadi perundingan lanjutan mengenai genjatan senjata antara pihak Surabaya dan pasukan Sekutu. Hadir dalam perundingan itu dari pihak Sekutu Brigjend Mallaby dan jajarannya, dari pihak Surabaya diwakili Sudirman, Dul Arnowo, Radjamin Nasution (Walikota Surabaya) dan Muhammad.

27 Oktober 1945
Mayjen DC.Hawtorn bertindak sebagai Panglima AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) untuk Jawa, Madura, Bali dan Lombok menyebarkan pamflet melalui udara menegaskan kekuasaan Inggris di Surabaya, dan pelarangan memegang senjata selain bagi mereka yang menjadi pasukan Inggris. Jika ada yang memegangnya, dalam pamflet tersebut disebutkan bahwa Inggris memiliki alasan untuk menembaknya. Laskar Hizbullah dan para pejuang Surabaya marah dan langsung bersatu menyerang Inggris. Pasukan Inggris pun balik menyerang, dan terjadi pertempuran di Penjara Kalisosok yang ketika itu berada dalam penjagaaan pejuang Surabaya.

28 Oktober 1945

Laskar Hizbullah dan Pejuang Surabaya lainnya berbekal senjata rampasan dari Jepang, bambu runcing, dan clurit, melakukan serangan frontal terhadap pos-pos dan markas Pasukan Inggris. Inggris kewalahan menghadapi gelombang kemarahan pasukan rakyat dan massa yang semakin menjadi-jadi.

29 Oktober 1945

Terjadi baku tembak terbuka dan peperangan massal di sudut-sudut Kota Surabaya. Pasukan Laskar Hizbullah Surabaya Selatan mengepung pasukan Inggris yang ada di gedung HBS, BPM, Stasiun Kereta Api SS, dan Kantor Kawedanan. Kesatuan Hizbullah dari Sepanjang bersama TKR dan Pemuda Rakyat Indonesia (PRI) menggempur pasukan Inggris yang ada di Stasiun Kereta Api Trem OJS Joyoboyo.

29 Oktober 1945

Perwira Inggris Kolonel Cruickshank menyatakan pihaknya telah terkepung. Mayjen Hawtorn dari Brigade ke-49 menelpon dan meminta Presiden Soekarno agar menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan pertempuran. Hari itu juga, dengan sebuah perjanjian, Presiden Soekarno didampingi Wapres Mohammad Hatta terbang ke Surabaya dan langsung turun ke jalan-jalan meredakan situasi perang.

30 Oktober 1945

Genjatan senjata dicapai kedua pihak, Laskar arek-arek Surabaya dan pasukan Sekutu-Inggris. Disepakati diadakan pertukaran tawanan, pasukan Inggris mundur ke Pelabuhan Tanjung Perak dan Darmo (kamp Interniran), dan mengakui eksistensi Republik Indonesia.

30 Oktober 1945

Sore hari usai kesepakatan genjatan senjata, rombongan Biro Kontak Inggris menuju ke Gedung Internatio yang terletak disaping Jembatan Merah. Namun sekelompok pemuda Surabaya menolak penempatan pasukan Inggris di gedung tersebut. Mereka meminta pasukan Inggris kembali ke Tanjung Perak sesuai kesepakatan genjatan senjata. Hingga akhirnya terjadi ketegangan yang menyulut baku tembak. Di tempat ini secara mengejutkan Brigjen Mallaby tertembak dan mobilnya terbakar.

31 Oktober 1945

Panglima AFNEI Letjen Philip Christison mengeluarkan ancaman dan ultimatum jika para pelaku serangan yang menewaskan Brigjen Mallaby tidak menyerahkan diri maka pihaknya akan mengerahkan seluruh kekuatan militer darat, udara, dan laut untuk membumihanguskan Surabaya.

7-8 November 1945

Kongres Umat Islam di Yogyakarta mengukuhkan Resolusi Jihad Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari sebagai kebulatan sikap merespon makin gentingnya keadaan pasca ultimatum AFNEI.

9 November 1945

Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari sebagai komando tertinggi Laskar Hizbullah menginstruksikan Laskar Hizbullah dari berbagai penjuru memasuki Surabaya untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan dengan satu sikap akhir, menolak menyerah. KH Abbas Buntet Cirebon diperintahkan memimpin langsung komando pertempuran. Para komandan resimen yang turut membantu Kiai Abbas antara lain Kiai Wahab (KH. Abd. Wahab Hasbullah), Bung Tomo (Sutomo), Cak Roeslan (Roeslan Abdulgani), Cak Mansur (KH. Mas Mansur), dan Cak Arnowo (Doel Arnowo). Bung Tomo melalui pidatonya yang disiarkan radio membakar semangat para pejuang dengan pekik takbirnya untuk bersiap syahid di jalan Allah SWT.

10 November 1945

Pertempuran kembali meluas menyambut berakhirnya ultimatum AFNEI. Inggris mengerahkan 24.000 pasukan dari Divisi ke-5 dengan persenjataan meliputi 21 tank Sherman dan 24 pesawat tempur dari Jakarta untuk mendukung pasukan mereka di Surabaya. Perang besar pun pecah. Ribuan pejuang syahid. Pasukan Kiai Abbas berhasil memaksa pasukan Inggris kocar-kacir dan berhasil menembak jatuh tiga pesawat tempur RAF Inggris.

Sumber: http://www.nu.or.id/post/read/62913/detik-detik-resolusi-jihad-nahdlatul-ulama-dan-pertempuran-10-november-1945

Selamat #HariSantri

Rabu, 07 Oktober 2020

Ikhtiar Kemandirian Lewat Koperasi Syariah

 


Graha NU Pacet-Perekonomian merupakan suatu poin penting dalam mewujudkan sebuah kemandirian, kemajuan dan kemakmuran. Baik bagi individual, keluarga, lembaga dan bahkan negara.

Nahdlatul Ulama sebagai wasilah kemashlahatan umat tergerak untuk ikut membantu mewujudkan umat yang sejahtera. Melalui lembaga perekonomiannya NU mencari terobosan dan upaya baru dalam menumbuhkan semangat kemandirian. Seperti yang dilakukan oleh MWCNU Pacet Mojokerto. 

Dengan bendera koperasi syariahnya mereka berjuang menyambut masa depan umat yang lebih baik. "Awalnya kita bergerak diperdagangan sembako dan pernak pernik NU. Nanti kita perluas di bidang jasa keuangan dan travel", ungkap M Fadlan, manager koperasi syariah MWCNU Pacet.

Di era kemerdekaan dan dunia milenial ini tidak dapat dipungkiri bahwa perjuangan dan khidmah sangat membutuhkan dukungan finansial. Oleh karena itu kalau santri era 45 an berjuang mengangkat senjata demi mempertahankan kemerdekaan dan keluhuran agamanya, sekarang para santri harus berani berjuang untuk kesejahteraan umat dan dan keadilan sosial. (Agus sekr)

Senin, 21 September 2020

LPBI PCNU Mojokerto Bantu Air Bersih Warga

 

Graha NU Pacet-Desa kunjorowesi ngoro Mojokerto dan sekitarnya saat ini sedang mengalami krisis air bersih. Sumber air yang selama ini digunakan warga untuk keperluan masak dan air minum warga sudah tidak keluar. 


Situasi seperti ini sudah menjadi kejadian rutin setiap tahun. Dimana ketika memasuki bulan September warga harus mencari air bersih alternatif dari daerah lain. Tentu ini menambah beban hidup masyarakat khususnya kalangan bawah.


Hal inilah yang mendorong Lembaga Penanggulangan Bencana   alam dan Iklim (LPBI) PCNU Kabupaten Mojokerto bertekad membantu masyarakat dengan menggali dana dari pengurus NU dan warga NU Mojokerto. 


Dana yang terkumpul akan dibelikan air bersih dan dikirim menggunakan truck tangki air ke desa kunjorowesi ngoro. 


Sampai detik berita ini diturunkan sudah terkumpul dana sumbangan sebesar 6.500.000. Dengan harga 450.000 per tangki truk maka LPBI PCNU Kabupaten Mojokerto bisa mengirim sebanyak 14 tangki.


Pengiriman pertama disampaikan langsung oleh ketua PCNU KH Abdul Adzim Alwi dan beberapa pengurus serta LPBI. 


Sebagaimana diketahui beberapa tahun belakangan kegiatan sosial berupa sumbangan air bersih ini sudah rutin dilakukan oleh PCNU Mojokerto melalui LPBI sebagai koordinatornya. Bukan hanya di Ngoro terkadang bantuan air bersih juga diberikan ke daerah lain yang rawan krisis air bersih seperti kecamatan Dawarblandong.


KH Abdul Adzim Alwi berharap agar NU harus selalu hadir dan membawa manfaat bagi masyarakat terutama persoalan air bersih yang memang menjadi kebutuhan utama bagi kehidupan. (Agus sekr)

Sabtu, 19 September 2020

Proses Perekrutan Tenaga Koperasi Syariah MWCNU Pacet

 

Graha NU Pacet-Menindak lanjuti pendirian Koperasi Syariah MWCNU Pacet, tim pelaksana mengadakan wawancara dan interview langsung dengan calon pegawai koperasi, Sabtu 19 September 2020 di Graha NU Pacet.

Ada tujuh calon pegawai yang ikut wawancara. Mereka ini sebelumnya telah mengirimkan berkas lamaran kerja ke pihak tim pelaksana. 

Adapun materi wawancara dan seleksi hari ini meliputi : profil, skill, attidute (kejujuran, komitmen, kedisiplinan) dan pemahaman keislaman serta ke NU an.

Peserta yang lolos seleksi selanjutnya akan mengikuti orientasi koperasi yang rencananya dilaksanakan pada hari Rabu 25 September 2020. 

Setelah itu calon pegawai diajak melihat lokasi koperasi sekaligus persiapan penataan ruang dan branding.

Berikut rencana logo koperasi dan filosofinya.  



Jumat, 11 September 2020

MWCNU Pacet Lakukan Rakor dan Sosialisasi Program Rutin

 


Graha NU Pacet- Bertempat di kantor MWCNU Jumat sore (28 Agustus 2020) MWCNU Pacet Mojokerto lakukan rapat koordinasi jajaran syuriah, tanfidziyah dan lembaganya .

Meskipun suasana penyebaran covid 19 di Mojokerto masih cukup mengkhawatirkan namun rakor MWCNU Pacet tetap dilakukan. Dijelaskan oleh ketua MWCNU, H M. Yusuf, "Demi untuk melanjutkan program yang sempat terhenti dan juga menindaklanjuti program baru kita harus tetap berupaya bertemu meski masih dalam suasana darurat. Yang penting protokol kesehatan tetap kita penuhi dan berdoa bersama sama".

Tema yang diangkat dalam rapat tersebut adalah tindak lanjut program kartanu , penyampaian program kegiatan NU dan pernyataan sikap MWCNU Pacet terkait pilkada bupati dan wakil bupati Kabupaten Mojokerto tahun 2020.

Terkait pemotretan kartanu yang sedang dijalankan di seluruh MWCNU sekabupaten Mojokerto, forum rakor MWNU Pacet memilih untuk menundanya usai pelaksanaan pilkada bupati bulan desember mendatang. 

Hal ini dilakukan sebagai upaya agar pemotretan kartanu tidak dikait kaitkan dengan urusan politik pilkada terutama proses pendataan warga NU sebagai syarat pemotretan kartanu. 

Sedangkan terkait program kegiatan seperti lailatul ijtima, kubroan dll serta kegiatan banom yang sempat dicancel,  akhirnya dibuka kembali dengan catatan wajib mematuhi protokol kesehatan.

Terakhir, MWCNU Pacet menyampaikan bahwa saat ini telah dibuka Koperasi Syariah MWCNU Pacet yang berada di komplek pasar rakyat MKP Petak Pacet. Barang yang ditawarkan sementara adalah penyediaan sembako. Kedepan rencananya koperasi ini juga bergerak di bidang jasa keuangan dan travel. (Agus sekr) 

Jumat, 28 Agustus 2020

Sosialisasi Kartanu dan Santunan Yatim MWCNU Pacet

 

Graha NU Pacet-Menindaklanjuti program pemotretan kartanu yang dicanangkan oleh PCNU Kabupaten Mojokerto, tim kartanu PCNU turba sosialisasi di Graha NU Pacet, Jumat 28 Agustus 2020. 

Tim yang dipimpin oleh sekretaris umum PCNU, Gus Taufiq, M.Pd I tersebut memberikan penjelasan terkait program kartanu dihadapan pengurus MWCNU Pacet, ketua ranting NU dan ketua ketua banom PAC Pacet. 

Gus Taufiq berharap agar semua pengurus NU, Banom dan warga NU kecamatan Pacet dapat berbondong bondong mengikuti pemotretan kartanu. Tugas utama pengurus NU adalah memberikan penjelasan dan motivasi pentingnya berkartanu bagi warga NU.

Lebih jauh, gus Taufiq menjelaskan bahwa program kartanu ini adalah sekaligus sebagai program besar PCNU untuk mendata warganya secara lengkap dan detail sebagai unit data base NU. Sehingga tidak mengherankan kalau format isian formulirnya banyak dan detail. 

Pemotretan kartanu dalam masa pandemi kali ini akan dilakukan melalui tiga cara. Pertama melalui pemotretan langsung oleh tim PCNU, kedua bisa melalui tim ranting dan ketiga dengan cara menyetorkan foto dan data. Data yang dimaksud adalah  formulir kartanu.

Selain sosialisasi kartanu, MWCNU Pacet melalui Lazisnu nya saat itu juga memberikan santunan kepada 10 anak yatim dari desa Kesimantengah. Hari itu memang bertepatan dengan tanggal 9 Muharram 1442 H yang biasanya dilaksanakan santunan kepada yatim. (Agus Sekr)

Sabtu, 11 Juli 2020

Raker NU Care Lazisnu MWCNU Pacet Mojokerto

Graha NU Pacet Mojokerto-Untuk menyatukan visi dan misi, Lazisnu MWCNU kecamatan Pacet menyelenggarakan Rapat Kerja, Sabtu 11 Juli 2020.

Kegiatan yang dilaksanakan di Graha NU Pacet ini dihadiri oleh ketua PC NU Care LAZISNU, utusan ranting, pengurus MWC NU Care kecamatan Pacet dan  beberapa tamu undangan lain.

Karena dalam situasi new normal, Semua peserta diwajibkan mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker dan cek suhu menggunakan thermo gun.

Menurut ketua panitia, Munif Arifin, S.Pd.I peserta dari ranting yang hadir mencapai 92 persen. "Ini merupakan langkah awal yang baik untuk kesuksesan program Lazisnu di kecamatan Pacet karena mendapat dukungan dari MWCNU dan ranting" katanya.

Salah satu tujuan raker ini adalah menyatukan visi misi dan pengelolaan Lazisnu secara profesional. Menurut gus Dodik, pemateri dari PW Lazisnu Jawa Timur, Lazisnu harus bangkit untuk bersama sama menuju kemandirian NU, memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat.

Raker itu terbagi menjadi dua komisi. Komisi program dan zakat serta komisi SOP organisasi (panduan umum Lazisnu). Raker berakhir pada pukul 15.00 wib. (Agus sekr)



Biografi KH Muhammad Kholil Al Bangkalani

Graha NU Pacet Mojokerto-
KH. Muhammad Kholil Bangkalan Al-Maduri

Pada Hari Selasa tanggal 11 Jumadil Akhir 1235 H atau 27 Januari 1820 M, Abdul Lathif seorang Kyai di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, ujung Barat Pulau Madura, Jawa Timur, merasakan kegembiraan yang teramat sangat. Karena hari itu, dari rahim istrinya lahir seorang anak laki-laki yang sehat, yang diberinya nama Muhammad Kholil, yang kelak akan terkenal dengan nama Mbah Kholil.

KH. Abdul Lathif sangat berharap agar anaknya di kemudian hari menjadi pemimpin umat, sebagaimana nenek moyangnya. Seusai mengadzani telinga kanan dan mengiqamati telinga kiri sang bayi, KH. Abdul Lathif memohon kepada Allah agar Dia mengabulkan permohonannya.

Mbah Kholil kecil berasal dari keluarga ulama. Ayahnya, KH. Abdul Lathif, mempunyai pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati. Ayah Abdul Lathif adalah Kyai Hamim, anak dari Kyai Abdul Karim. Yang disebut terakhir ini adalah anak dari Kyai Muharram bin Kyai Asror Karomah bin Kyai Abdullah bin Sayyid Sulaiman. Sayyid Sulaiman adalah cucu Sunan Gunung Jati. Maka tak salah kalau KH. Abdul Lathif mendambakan anaknya kelak bisa mengikuti jejak Sunan Gunung Jati karena memang dia masih terhitung keturunannya.

Oleh ayahnya, ia dididik dengan sangat ketat. Mbah Kholil kecil memang menunjukkan bakat yang istimewa, kehausannya akan ilmu, terutama ilmu Fiqh dan nahwu, sangat luar biasa. Bahkan ia sudah hafal dengan baik Nazham Alfiyah Ibnu Malik (seribu bait ilmu Nahwu) sejak usia muda. Untuk memenuhi harapan dan juga kehausannya mengenai ilmu Fiqh dan ilmu yang lainnya, maka orang tua Mbah Kholil kecil mengirimnya ke berbagai pesantren untuk menimba ilmu.

Belajar ke Pesantren

Mengawali pengembaraannya, sekitar tahun 1850-an, ketika usianya menjelang tiga puluh, Mbah Kholil muda belajar kepada Kyai Muhammad Nur di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Dari Langitan beliau pindah ke Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian beliau pindah ke Pondok Pesantren Keboncandi. Selama belajar di Pondok Pesantren ini beliau belajar pula kepada Kyai Nur Hasan yang menetap di Sidogiri, 7 kilometer dari Keboncandi. Kyai Nur Hasan ini, sesungguhnya, masih mempunyai pertalian keluarga dengannya.

Jarak antara Keboncandi dan Sidogiri sekitar 7 Kilometer. Tetapi, untuk mendapatkan ilmu, Mbah Kholil muda rela melakoni perjalanan yang terbilang lumayan jauh itu setiap harinya. Di setiap perjalanannya dari Keboncandi ke Sidogiri, ia tak pernah lupa membaca Surah Yasin. Ini dilakukannya hingga ia -dalam perjalanannya itu- khatam berkali-kali.

Orang yang Mandiri

Sebenarnya, bisa saja Mbah Kholil muda tinggal di Sidogiri selama nyantri kepada Kyai Nur Hasan, tetapi ada alasan yang cukup kuat bagi dia untuk tetap tinggal di Keboncandi, meskipun Mbah Kholil muda sebenarnya berasal dari keluarga yang dari segi perekonomiannya cukup berada. Ini bisa ditelisik dari hasil yang diperoleh ayahnya dalam bertani.

Akan tetapi, Mbah Kholil muda tetap saja menjadi orang yang mandiri dan tidak mau merepotkan orangtuanya. Karena itu, selama nyantri di Sidogiri, Mbah Kholil tinggal di Keboncandi agar bisa nyambi menjadi buruh batik. Dari hasil menjadi buruh batik itulah dia memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Sewaktu menjadi Santri Mbah Kholil telah menghafal beberapa matan, seperti Matan Alfiyah Ibnu Malik (Tata Bahasa Arab). Disamping itu beliau juga seorang Hafidz Al-Quran. Beliau mampu membaca Al-Qur’an dalam Qira’at Sab’ah (tujuh cara membaca Al-Quran).

Ke Mekkah

Kemandirian Mbah Kholil muda juga nampak ketika ia berkeinginan untuk menimba ilmu ke Mekkah. Karena pada masa itu, belajar ke Mekkah merupakan cita-cita semua santri. Dan untuk mewujudkan impiannya kali ini, lagi-lagi Mbah Kholil muda tidak menyatakan niatnya kepada orangtuanya, apalagi meminta ongkos kepada kedua orangtuanya.

Kemudian, setelah Mbah Kholil memutar otak untuk mencari jalan kluarnya, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke sebuah pesantren di Banyuwangi. Karena, pengasuh pesantren itu terkenal mempunyai kebun kelapa yang cukup luas. Dan selama nyantri di Banyuwangi ini, Mbah Kholil nyambi menjadi “buruh” pemetik kelapa pada gurunya. Untuk setiap pohonnya, dia mendapat upah 2,5 sen. Uang yang diperolehnya tersebut dia tabung. Sedangkan untuk makan, Mbah Kholil menyiasatinya dengan mengisi bak mandi, mencuci dan melakukan pekerjaan rumah lainnya, serta menjadi juru masak teman-temannya. Dari situlah Mbah Kholil bisa makan gratis.

Akhirnya, pada tahun 1859 M, saat usianya mencapai 24 tahun, Mbah Kholil memutuskan untuk pergi ke Mekkah. Tetapi sebelum berangkat, Mbah Kholil menikah dahulu dengan Nyai Asyik, anak perempuan Lodra Putih.

Setelah menikah, berangkatlah dia ke Mekkah. Dan memang benar, untuk ongkos pelayarannya bisa tertutupi dari hasil tabungannya selama nyantri di Banyuwangi, sedangkan untuk makan selama pelayaran, konon, Mbah Kholil berpuasa. Hal tersebut dilakukan Mbah Kholil bukan dalam rangka menghemat uang, akan tetapi untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, agar perjalanannya selamat.

Pada tahun 1276 H/1859 M, Mbah Kholil Belajar di Mekkah. Di Mekkah Mbah Kholil belajar dengan Syeikh Nawawi Al-Bantani (Guru Ulama Indonesia dari Banten). Diantara gurunya di Mekkah ialah Syeikh Utsman bin Hasan Ad-Dimyathi, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syeikh Mustafa bin Muhammad Al-Afifi Al-Makki, Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud Asy-Syarwani. Beberapa sanad hadits yang musalsal diterima dari Syeikh Nawawi Al-Bantani dan Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail Al-Bimawi (Bima, Sumbawa).

Sebagai pemuda Jawa (sebutan yang digunakan orang Arab waktu itu untuk menyebut orang Indonesia) pada umumnya, Mbah Kholil belajar pada para Syeikh dari berbagai madzhab yang mengajar di Masjid Al-Haram. Namun kecenderungannya untuk mengikuti Madzhab Syafi’i tak dapat disembunyikan. Karena itu, tak heran kalau kemudian dia lebih banyak mengaji kepada para Syeikh yang bermadzhab Syafi’i.

Konon, selama di Mekkah, Mbah Kholil lebih banyak makan kulit buah semangka ketimbang makanan lain yang lebih layak. Realitas ini –bagi teman-temannya, cukup mengherankan. Teman seangkatan Mbah Kholil antara lain: Syeikh Nawawi Al-Bantani, Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, dan Syeikh Muhammad Yasin Al-Fadani. Mereka semua tak habis pikir dengan kebiasaan dan sikap keprihatinan temannya itu.

Kebiasaan memakan kulit buah semangka kemungkinan besar dipengaruhi ajaran ngrowot (vegetarian) dari Al-Ghazali, salah seorang ulama yang dikagumi dan menjadi panutannya.

Mbah Kholil sewaktu belajar di Mekkah seangkatan dengan KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Chasbullah dan KH. Muhammad Dahlan. Namum Ulama-ulama dahulu punya kebiasaan memanggil Guru sesama rekannya, dan Mbah Kholil yang dituakan dan dimuliakan di antara mereka.

Sewaktu berada di Mekkah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Mbah Kholil bekerja mengambil upah sebagai penyalin kitab-kitab yang diperlukan oleh para pelajar. Diriwayatkan bahwa pada waktu itulah timbul ilham antara mereka bertiga, yaitu: Syeikh Nawawi Al-Bantani, Mbah Kholil dan Syeikh Shaleh As-Samarani (Semarang) menyusun kaidah penulisan Huruf Pegon. Huruf Pegon ialah tulisan Arab yang digunakan untuk tulisan dalam bahasa Jawa, Madura dan Sunda. Huruf Pegon tidak ubahnya tulisan Melayu/Jawi yang digunakan untuk penulisan bahasa Melayu.

Mbah Kholil cukup lama belajar di beberapa pondok pesantren di Jawa dan Mekkah. Maka sewaktu pulang dari Mekkah, beliau terkenal sebagai ahli/pakar nahwu, fiqh, tarekat dan ilmu-ilmu lainnya. Untuk mengembangkan pengetahuan keislaman yang telah diperolehnya, Mbah Kholil selanjutnya mendirikan pondok-pesantren di Desa Cengkebuan, sekitar 1 kilometer arah Barat Laut dari desa kelahirannya.

Kembali ke Tanah Air

Sepulangnya dari Tanah Arab (tak ada catatan resmi mengenai tahun kepulangannya), Mbah Kholil dikenal sebagai seorang ahli Fiqh dan Tarekat. Bahkan pada akhirnya, dia pun dikenal sebagai salah seorang Kyai yang dapat memadukan kedua hal itu dengan serasi. Dia juga dikenal sebagai al-Hafidz (hafal Al-Qur’an 30 Juz). Hingga akhirnya, Mbah Kholil dapat mendirikan sebuah pesantren di daerah Cengkubuan, sekitar 1 Kilometer Barat Laut dari desa kelahirannya.

Dari hari ke hari, banyak santri yang berdatangan dari desa-desa sekitarnya. Namun, setelah putrinya, Siti Khatimah dinikahkan dengan keponakannya sendiri, yaitu Kyai Muntaha; pesantren di Desa Cengkubuan itu kemudian diserahkan kepada menantunya. Mbah Kholil sendiri mendirikan pesantren lagi di daerah Kademangan, hampir di pusat kota; sekitar 200 meter sebelah Barat alun-alun kota Kabupaten Bangkalan. Letak Pesantren yang baru itu, hanya selang 1 Kilometer dari Pesantren lama dan desa kelahirannya.

Di tempat yang baru ini, Mbah Kholil juga cepat memperoleh santri lagi, bukan saja dari daerah sekitar, tetapi juga dari Tanah Seberang Pulau Jawa. Santri pertama yang datang dari Jawa tercatat bernama Hasyim Asy’ari, dari Jombang.

Di sisi lain, Mbah Kholil disamping dikenal sebagai ahli Fiqh dan ilmu Alat (nahwu dan sharaf), ia juga dikenal sebagai orang yang “waskita,” weruh sak durunge winarah (tahu sebelum terjadi). Malahan dalam hal yang terakhir ini, nama Mbah Kholil lebih dikenal.

Geo Sosio Politika

Pada masa hidup Mbah Kholil, terjadi sebuah penyebaran Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah di daerah Madura. Mbah Kholil sendiri dikenal luas sebagai ahli tarekat; meskipun tidak ada sumber yang menyebutkan kepada siapa Mbah Kholil belajar Tarekat. Tapi, menurut sumber dari Martin Van Bruinessen (1992), diyakini terdapat sebuah silsilah bahwa Mbah Kholil belajar kepada Kyai ‘Abdul Adzim dari Bangkalan (salah satu ahli Tarekat Naqsyabandiyah Muzhariyah). Tetapi, Martin masih ragu, apakah Mbah Kholil penganut Tarekat tersebut atau tidak?

Masa hidup Mbah Kholil, tidak luput dari gejolak perlawanan terhadap penjajah. Tetapi, dengan caranya sendiri Mbah Kholil melakukan perlawanan.

Pertama: Ia melakukannya dalam bidang pendidikan. Dalam bidang ini, Mbah Kholil mempersiapkan murid-muridnya untuk menjadi pemimpin yang berilmu, berwawasan, tangguh dan mempunyai integritas, baik kepada agama maupun bangsa. Ini dibuktikan dengan banyaknya pemimpin umat dan bangsa yang lahir dari tangannya; salah satu diantaranya adalah KH. Hasyim Asy’ari, Pendiri Pesantren Tebu Ireng.

Kedua: Mbah Kholil tidak melakukan perlawanan secara terbuka, melainkan ia lebih banyak berada di balik layar. Realitas ini tergambar, bahwa ia tak segan-segan untuk memberi suwuk (mengisi kekuatan batin, tenaga dalam) kepada pejuang. Mbah Kholil pun tidak keberatan pesantrennya dijadikan tempat persembunyian.

Ketika pihak penjajah mengetahuinya, Mbah Kholil ditangkap dengan harapan para pejuang menyerahkan diri. Tetapi, ditangkapnya Mbah Kholil, malah membuat pusing pihak Belanda. Karena ada kejadian-kejadian yang tidak bisa mereka mengerti; seperti tidak bisa dikuncinya pintu penjara, sehingga mereka harus berjaga penuh supaya para tahanan tidak melarikan diri.

Di hari-hari selanjutnya, ribuan orang datang ingin menjenguk dan memberi makanan kepada Mbah Kholil, bahkan banyak yang meminta ikut ditahan bersamanya. Kejadian tersebut menjadikan pihak Belanda dan sekutunya merelakan Mbah Kholil untuk dibebaskan saja.

Mbah Kholil adalah seorang ulama yang benar-benar bertanggung jawab terhadap pertahanan, kekukuhan dan maju-mundurnya agama Islam dan bangsanya. Beliau sadar benar bahwa pada zamannya, bangsanya adalah dalam suasana terjajah oleh bangsa asing yang tidak seagama dengan yang dianutnya.

Beliau dan keseluruhan suku bangsa Madura seratus persen memeluk agama Islam, sedangkan bangsa Belanda, bangsa yang menjajah itu memeluk agama Kristiani. Sesuai dengan keadaan beliau sewaktu pulang dari Mekkah yang telah berumur lanjut, tentunya Mbah Kholil tidak melibatkan diri dalam medan perang, memberontak dengan senjata tetapi mengkaderkan pemuda di pondok pesantren yang diasaskannya.

Mbah Kholil sendiri pernah ditahan oleh penjajah Belanda karena dituduh melindungi beberapa orang yang terlibat melawan Belanda di pondok pesantrennya. Beberapa tokoh ulama maupun tokoh-tokoh kebangsaan lainnya yang terlibat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tidak sedikit yang pernah mendapat pendidikan dari Mbah Kholil.

Diantara sekian banyak murid Mbah Kholil yang cukup menonjol dalam sejarah perkembangan agama Islam dan bangsa Indonesia ialah KH. Hasyim Asy’ari (pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, dan pengasas Nahdlatul Ulama/NU), KH. Abdul Wahab Chasbullah (pendiri Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang), KH. Bisri Syansuri (pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang), KH. Ma’shum (pendiri Pondok Pesantren Lasem, Rembang, adalah ayahanda KH. Ali Ma’shum), KH. Bisri Mustofa (pendiri Pondok Pesantren Rembang), dan KH. As’ad Syamsul `Arifin (pengasuh Pondok Pesantren Asembagus, Situbondo).

Karomah Mbah Kholil

Ulama besar yang digelar oleh para Kyai sebagai “Syaikhuna” yakni guru kami, karena kebanyakan Kyai-Kyai dan pengasas pondok pesantren di Jawa dan Madura pernah belajar dan nyantri dengan beliau. Pribadi yang dimaksudkan ialah Mbah Kholil. Tentunya dari sosok seorang Ulama Besar seperti Mbah Kholil mempunyai karomah.

Istilah karomah berasal dari bahasa Arab. Secara bahasa berarti mulia, Syeikh Thahir bin Shaleh Al-Jazairi dalam kitab Jawahirul Kalamiyah mengartikan kata karomah adalah perkara luar biasa yang tampak pada seorang wali yang tidak disertai dengan pengakuan seorang Nabi.

Adapun karomah Mbah Kholil diantaranya:

1. Membelah Diri

Kesaktian lain dari Mbah Kholil, adalah kemampuannya membelah diri. Dia bisa berada di beberapa tempat dalam waktu bersamaan. Pernah ada peristiwa aneh saat beliau mengajar di pesantren. Saat berceramah, Mbah Kholil melakukan sesuatu yang tak terpantau mata. ”Tiba-tiba baju dan sarung beliau basah kuyup,” Cerita KH. Ghozi.

Para santri heran. Sedangkan beliau sendiri cuek, tak mau menceritakan apa-apa. Langsung ngeloyor masuk rumah, ganti baju.

Teka-teki itu baru terjawab setengah bulan kemudian. Ada seorang nelayan sowan ke Mbah Kholil. Dia mengucapkan terimakasih, karena saat perahunya pecah di tengah laut, langsung ditolong Mbah Kholil.

”Kedatangan nelayan itu membuka tabir. Ternyata saat memberi pengajian, Mbah Kholil dapat pesan agar segera ke pantai untuk menyelamatkan nelayan yang perahunya pecah. Dengan karomah yang dimiliki, dalam sekejap beliau bisa sampai laut dan membantu si nelayan itu,” Papar KH. Ghozi yang kini tinggal di Wedomartani Ngemplak Sleman ini.

2. Menyembuhkan Orang Lumpuh Seketika

Dalam buku yang berjudul “Tindak Lampah Romo Yai Syeikh Ahmad Jauhari Umar” menerangkan bahwa Mbah Kholil Bangkalan termasuk salah satu guru Romo Yai Syeikh Ahmad Jauhari Umar yang mempunyai karomah luar biasa. Diceritakan oleh penulis buku tersebut sebagai berikut:

“Suatu hari, ada seorang keturunan Cina sakit lumpuh, padahal ia sudah dibawa ke Jakarta tepatnya di Betawi, namun belum juga sembuh. Lalu ia mendengar bahwa di Madura ada orang sakti yang bisa menyembuhkan penyakit. Kemudian pergilah ia ke Madura yakni ke Mbah Kholil untuk berobat. Ia dibawa dengan menggunakan tandu oleh 4 orang, tak ketinggalan pula anak dan istrinya ikut mengantar.

Di tengah perjalanan ia bertemu dengan orang Madura yang dibopong karena sakit (kakinya kerobohan pohon). Lalu mereka sepakat pergi bersama-sama berobat ke Mbah Kholil. Orang Madura berjalan di depan sebagai penunjuk jalan. Kira-kira jarak kurang dari 20 meter dari rumah Mbah Kholil, muncullah Mbah Kholil dalam rumahnya dengan membawa pedang seraya berkata: “Mana orang itu?!! Biar saya bacok sekalian.”

Melihat hal tersebut, kedua orang sakit tersebut ketakutan dan langsung lari tanpa ia sadari sedang sakit. Karena Mbah Kholil terus mencari dan membentak-bentak mereka, akhirnya tanpa disadari, mereka sembuh. Setelah Mbah Kholil wafat kedua orang tersebut sering ziarah ke makam beliau.

3. Kisah Pencuri Timun Tidak Bisa Duduk

Pada suatu hari petani timun di daerah Bangkalan sering mengeluh. Setiap timun yang siap dipanen selalu kedahuluan dicuri maling. Begitu peristiwa itu terus-menerus, akhirnya petani timun itu tidak sabar lagi. Setelah bermusyawarah, maka diputuskan untuk sowan ke Mbah Kholil. Sesampainya di rumah Mbah Kholil, sebagaimana biasanya Kyai tersebut sedang mengajarkan kitab Nahwu. Kitab tersebut bernama Jurumiyah, suatu kitab tata bahasa Arab tingkat pemula.

“Assalamu’alaikum, Kyai,” Ucap salam para petani serentak.

“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,“ Jawab Mbah Kholil.

Melihat banyaknya petani yang datang. Mbah Kholil bertanya: “Sampean ada keperluan, ya?”

“Benar, Kyai. Akhir-akhir ini ladang timun kami selalu dicuri maling, kami mohon kepada Kyai penangkalnya,” Kata petani dengan nada memohon penuh harap.

Ketika itu, kitab yang dikaji oleh Kyai kebetulan sampai pada kalimat “qoma zaidun” yang artinya “zaid telah berdiri”. Lalu serta-merta Mbah Kholil berbicara sambil menunjuk kepada huruf “qoma zaidun”.

“Ya.., Karena pengajian ini sampai ‘qoma zaidun’, ya ‘qoma zaidun’ ini saja pakai sebagai penangkal,” Seru Kyai dengan tegas dan mantap.

“Sudah, Pak Kyai?” Ujar para petani dengan nada ragu dan tanda tanya.

“Ya sudah,” Jawab Mbah Kholil menandaskan.

Mereka puas mendapatkan penangkal dari Mbah Kholil. Para petani pulang ke rumah mereka masing-masing dengan keyakinan kemujaraban penangkal dari Mbah Kholil.

Keesokan harinya, seperti biasanya petani ladang timun pergi ke sawah masing-masing. Betapa terkejutnya mereka melihat pemandangan di hadapannya. Sejumlah pencuri timun berdiri terus-menerus tidak bisa duduk. Maka tak ayal lagi, semua maling timun yang selama ini merajalela diketahui dan dapat ditangkap. Akhirnya penduduk berdatangan ingin melihat maling yang tidak bisa duduk itu, semua upaya telah dilakukan, namun hasilnya sia-sia. Semua maling tetap berdiri dengan muka pucat pasi karena ditonton orang yang semakin lama semakin banyak.

Satu-satunya jalan agar para maling itu bisa duduk, maka diputuskan wakil petani untuk sowan ke Mbah Kholil lagi. Tiba di kediaman Mbah Kholil, utusan itu diberi obat penangkal. Begitu obat disentuhkan ke badan maling yang sial itu, akhirnya dapat duduk seperti sedia kala. Dan para pencuri itupun menyesal dan berjanji tidak akan mencuri lagi di ladang yang selama ini menjadi sasaran empuk pencurian.

Maka sejak saat itu, petani timun di daerah Bangkalan menjadi aman dan makmur. Sebagai rasa terima kasih kepada Mbah Kholil, mereka menyerahkan hasil panenannya yaitu timun ke pondok pesantren berdokar-dokar. Sejak itu, berhari-hari para santri di pondok kebanjiran timun, dan hampir-hampir di seluruh pojok-pojok pondok pesantren dipenuhi dengan timun.

4. Kisah Ketinggalan Kapal Laut

Kejadian ini pada musim haji. Kapal laut pada waktu itu, satu-satunya angkutan menuju Mekkah. Semua penumpang calon haji naik ke kapal dan bersiap-siap, tiba-tiba seorang wanita berbicara kepada suaminya: “Pak, tolong saya belikan anggur, saya ingin sekali,” Ucap istrinya dengan memelas.

“Baik, kalau begitu. Mumpung kapal belum berangkat, saya akan turun mencari anggur,” Jawab suaminya sambil bergegas ke luar kapal.

Suaminya mencari anggur di sekitar ajungan kapal, nampaknya tidak ditemui penjual buah anggur seorangpun. Akhirnya dicobanya masuk ke pasar untuk memenuhi keinginan istrinya tercinta. Dan meski agak lama, toh akhirnya anggur itu didapat juga. Betapa gembiranya sang suami mendapatkan buah anggur itu. Dengan agak bergegas, dia segera kembali ke kapal untuk menemui isterinya. Namun betapa terkejutnya setelah sampai ke ajungan, kapal yang akan ditumpangi semakin lama semakin menjauh. Sedih sekali melihat kenyataan ini. Ia duduk termenung tidak tahu apa yang mesti diperbuat.

Di saat duduk memikirkan nasibnya, tiba-tiba ada seorang laki-laki datang menghampirinya. Dia memberikan nasihat: “Datanglah kamu kepada Mbah Kholil Bangkalan, utarakan apa musibah yang menimpa dirimu!” Ucapnya dengan tenang.

“Mbah Kholil?” Pikirnya. “Siapa dia, kenapa harus ke sana, bisakah dia menolong ketinggalan saya dari kapal?” Begitu pertanyaan itu berputar-putar di benaknya.

“Segeralah ke Mbah Kholil minta tolong padanya agar membantu kesulitan yang kamu alami, insya Allah,” Lanjut orang itu menutup pembicaraan.

Tanpa pikir panjang lagi, berangkatlah sang suami yang malang itu ke Bangkalan. Setibanya di kediaman Mbah Kholil, langsung disambut dan ditanya: “Ada keperluan apa?”

Lalu suami yang malang itu menceritakan apa yang dialaminya mulai awal hingga datang ke Mbah Kholil. Tiba-tiba Kyai itu berkata: “Lho, ini bukan urusan saya, ini urusan pegawai pelabuhan. Sana pergi!”

Lalu suami itu kembali dengan tangan hampa. Sesampainya di pelabuhan sang suami bertemu lagi dengan orang laki-laki tadi yang menyuruh ke Mbah Kholil, lalu bertanya: ”Bagaimana, sudah bertemu Mbah Kholil?”

“Sudah, tapi saya disuruh ke petugas pelabuhan,” Katanya dengan nada putus asa.

“Kembali lagi, temui Mbah Kholil!” Ucap orang yang menasehati dengan tegas tanpa ragu.

Maka sang suami yang malang itupun kembali lagi ke Mbah Kholil. Begitu dilakukannya sampai berulang kali. Baru setelah ketiga kalinya, Mbah Kholil berucap: “Baik kalau begitu, karena sampeyan ingin sekali, saya bantu sampeyan.”

“Terima kasih Kyai,” Kata sang suami melihat secercah harapan.

“Tapi ada syaratnya,” Ucap Mbah Kholil.

“Saya akan penuhi semua syaratnya,” Jawab orang itu dengan sungguh-sungguh.

Lalu Mbah Kholil berpesan: “Setelah ini, kejadian apapun yang dialami sampeyan jangan sampai diceritakan kepada orang lain, kecuali saya sudah meninggal. Apakah sampeyan sanggup?” Seraya menatap tajam.

“Sanggup Kyai,“ Jawabnya spontan.

“Kalau begitu ambil dan pegang anggurmu pejamkan matamu rapat-rapat,” Kata Mbah Kholil.

Lalu sang suami melaksanakan perintah Mbah Kholil dengan patuh. Setelah beberapa menit berlalu dibuka matanya pelan-pelan. Betapa terkejutnya dirinya sudah berada di atas kapal tadi yang sedang berjalan. Takjub heran bercampur jadi satu, seakan tak mempercayai apa yang dilihatnya. Digosok-gosok matanya, dicubit lengannya. Benar kenyataan, bukannya mimpi, dirinya sedang berada di atas kapal. Segera ia temui istrinya di salah satu ruang kapal.

“Ini anggurnya, dik. Saya beli anggur jauh sekali,” Dengan senyum penuh arti seakan tidak pernah terjadi apa-apa dan seolah-olah datang dari arah bawah kapal.

Padahal sebenarnya dia baru saja mengalami peristiwa yang dahsyat sekali yang baru kali ini dialami selama hidupnya. Terbayang wajah Mbah Kholil. Dia baru menyadarinya bahwa beberapa saat yang lalu, sebenarnya dia baru saja berhadapan dengan seseorang yang memiliki karomah yang sangat luar biasa.

Senin, 06 Juli 2020

Launching BMT PCNU Mojokerto

Graha NU Pacet Mojokerto- Sejarah baru ditorehkan oleh PCNU Mojokerto. Pasalnya, hari ini Senin, 5 Juli 2020 mereka melaunching Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Nusantara Mojopahit.

Kegiatan ini dihadiri oleh ketua PCNU, KH Abd Adhim Alwy, Bupati Mojokerto, H. Pungkasiadi dan ketua Lembaga Perekonomian PWNU Jawa Timur, pengurus PCNU Mojokerto, Banom dan ketua MWCNU se kabupaten Mojokerto.

Dalam sambutanya, ketua PCNU Mojokerto menyatakan rasa harunya atas berdirinya BMT di PCNU. "PCNU Mojokerto jauh tertinggal dari PCNU yang lain dalam hal kemandirian ekonomi, tetapi kita tetap harus optimis demi kemashlahatan warga NU kabupaten Mojokerto" jelasnya.

BMT Nusantara Mojopahit PCNU Mojokerto yang baru berdiri ini dimanajeri oleh H Sutrisno dan didampingi oleh konsultan ahli, mas Erwin. Kantornya berada di lantai bawah wisma PCNU.

Pelauchingan BMT dilaksanakan oleh Rais PCNU Mojokerto, KH Jamzuri Syarif setelah didoakan oleh para kyai jajaran Syuriah.

Sebelumnya, beberapa hari yang lalu launching pertama dilaksanakan bersamaan dengan kunjungan Menaker RI, Hj Ida Fauziyah di PCNU Mojokerto serta Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar.

Setelah BMT Nusantara Mojopahit berjalan, tahun depan rencananya akan didirikan BMT kantor pembantu di MWCNU se kabupaten Mojokerto. (Agus Sekr)

Jumat, 26 Juni 2020

Liwetan, Ajang Komunikasi Para Kyai dan Santri

Graha NU Pacet-Mojokerto. Liwetan merupakan tradisi kyai dan santri nusantara. Dari liwetan lahir pemikiran brilian dalam situasi kekeluargaan dan kehangatan. Hal inilah yang dilaksanakan oleh para kyai pengurus MWCNU Pacet, liwetan di ndalem KH Suyadi Tamsir Sumbersuko desa Sumberkembar, Jumat, 26 Juni 2020.

Dalam liwetan itu tak lupa para pengurus MWCNU Pacet juga membahas persoalan keumatan, program program MWCNU Pacet serta topik terkini di masyarakat.

Sedangkan program utama yang dibahas pada malam itu adalah mencari solusi atas tertundanya lagi pelaksanaan Ziarah NU Pacet yang sedianya dilaksanakan pada bulan april lalu.

Meskipun rapat pertama (Maret lalu) di ndalem KH Abdul Jamil diputuskan akan dilaksanakan pada Agustus bulan depan, tetapi karena situasi pandemi covid19 belum mereda, akhirnnya ziarah NU Pacet 2020 ini secara resmi diundur tahun 2021 ke depan.

Selasa, 19 Mei 2020

Indahnya Berbagi Bersama Ranting NU Kembangbelor Pacet





Masyarakat Desa Kembangbelor Pacet merasa terbantu karena mendapat bantuan sembako dari pengurus Ranting NU Kembang belor.

Gerakan sosial ini dimotori oleh pengurus ranting NU,Lazisnu  Kembangbelor bersama umaro / pemerintah desa dalam menyikapi kondisi perekonomian warganya dibulan Ramadhan.

Bantuan yang di berikan berupa sembako dan uang tunai . dana  bersumber dari para agniya dan donatur masyarakat desa kembang belor. Juga tak lupa andil koin NU desa kembangbelor yang di prakarsai Lazisnu Desa Kembangbelor.

Dari para donatur dan koin NU dapat dibelikan 60 paket sembako dan uang tunai.

Bapak kepala desa kb. Belor dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih banyak atau kepeduliannya pengurus NU dan Lazisnu terhadap warganya. Harapan beliau semua program yg bagus ini bisa di lanjutkan tahun yang akan datang.

Salah satu Tim koin NU Ibu nyai Saodah, mengatakan, pengurus ranting NU dan tim koin NU   ingin yang ikut andil dalam membantu warga kurang mampu terutama untuk mencari keberkahan di bulan ramadhan ini dengan slogan Idahnya berbagi untuk mencari ridho ilahi. (Kontributor : Sanwani)

Minggu, 17 Mei 2020

Anak Ranting NU Sumbersuko Pacet Bagi Sembako ke Warga Kurang Mampu


Graha NU Pacet-Sedikitnya 41 warga kurang mampu dusun Sumbersuko desa Sumberkembar Pacet merasa terbantu karena mendapat bantuan sembako dari pengurus Anak RantingNU Sumbersuko.

Gerakan sosial ini diinisiasi oleh pengurus anak ranting NU Sumbersuko Sumberkembar dan elemenya untuk menyikapi kondisi perekonomian warga dusunnya dibulan Ramadhan. Apalagi di tengah wabah pandemi virus corona.

Bantuan sembako tersebut dananya bersumber dari iuran koin NU dusun Sumbersuko dan sebagian dari zakat mal salah satu warga. 

Dari dana koin NU dapat dibelikan 30 paket sembako. Sementara zakat mal salah satu warga dirupakan 11 paket sembako. 

Salah satu Tim koin NU Sumbersuko, Moh Syafii mengatakan, pengurus anak ranting NU dan tim koin NU Sumbersuko  ingin ikut andil dalam membantu warga kurang mampu terutama untuk mencari keberkahan di bulan ramadhan ini dengan slogan Dari NU, oleh NU dan Untuk NU. (Agus sekr)

Sabtu, 16 Mei 2020

Mencari Berkah, PCNU Bagi Nasi Untuk Berbuka Puasa Warga Nogosari Pacet


Graha NU Pacet - Warga desa Nogosari Pacet merasa senang karena sore tadi (Sabtu, 16-05-2020) dapat berbuka puasa bersama secara gratis. Pasalnya mereka mendapat pembagian 300 nasi kotak dari Tim NU Peduli  PCNU Kabupaten Mojokerto.

Tim PCNU yang dipimpin oleh Bapak Syaiful Anam tiba di Dusun Bulakkunci Nogosari sekitar pukul 16.40 menggunakan minibus LPBI PCNU Mojokerto. Distribusi nasi kotak dibagi menjafi dua lokasi, dusun Bulakkunci dan Nogosari. Setelah menyerahkan nasi kotak ke pengurus Ranting NU Nogosari yang sudah standby di Dusun Bulakkunci, tim segera meluncur ke dusun nogosari dengan tujuan yang sama dan setelah itu langsung pamit pulang.

Dalam penyerahan dan ditribusi nasi kotak berbuka, pengurus Ranting NU Nogosari didampingi oleh sejumlah pengurus MWCNU Pacet, PAC Ansor-Banser, Fatayat, Lazisnu dan Tim Satgas NU Peduli Covid19 MWCNU Pacet.

Menurut ketua ranting NU Desa Nogosari Anisul Fuad, S.Pd,I, kegiatan ini sangat membantu dan menyenangkan warga Nogosari yang  tengah menjalankan ibadah puasa. Paket nasi selanjutnya disebar ke masjid masjid dan musholla yang tengah mengadakan taklim menjelang maghrib.

Ketua MWCNU Pacet HM.Yusuf yang didampingi sekretaris Agus Santoso juga mengapresisiasi kegiatan sosial ini. "Ini merupakan kegiatan konkrit untuk sedekah makanan kepada orang yang berpuasa. Dan pahalanya besar sekali " tuturnya.

Sebagaiman diketahui, bahwa di bulan Ramadhan ini PCNU Mojokerto mendirikan Dapur Umum bekerjasama dengan berbagai elemen NU dan pemkab Mojokerto. Programnya yaitu mencari berkah Ramadhan dengan memberi makanan/buka puasa kepada masyarakat muslim di kabupaten Mojokerto.

Selain dikirim ke 18 MWC, paket nasi kotak tersebut setiap hari juga dibagikan ke para penunggu pasien di RSI Sakinah Mojokerto, para PKL dan pengguna jalan di sepanjang jalan RA Basuni Sooko Mojokerto. (Agus sekr)


Rabu, 06 Mei 2020

Peduli Warga Terdampak Covid19, Ranting NU Padusan Bagi Sembako




Mojokerto, Graha NU Pacet - Terdampaknya kesejahteraan warga di tengah merebaknya dampak covid19, membuat pengurus ranting NU desa Padusan Pacet  ikut peduli dengan membagikan paket sembako, Rabu 6 Mei 2020 tadi pagi.

Sebanyak 64 paket sembako didistribusikan kepada warga desa Padusan yang ikut merasakan dampak merebaknya virus corona. Padusan merupakan kawasan wisata yang sejak akhir maret lalu telah ditutup kegiatan wisatanya. Secara otomatis para pedagang maupun pelaku usaha lainnya tidak bisa lagi operasi di sana. Padahal itu adalah ladang usaha yang selama ini menjadi tumpuan hidup.

Bagi pedagang kecil di warung warung, kaki lima, juru parkir, jasa cuci mobil dan lain lain situasi ini sangat merugikan. Mereka harus bekerja keras memeras otak agar tetap punya penghasilan demi kelangsungan hidup keluarganya.

Apalagi di bulan suci Ramadhan ini, kebutuhan keluarga semakin besar. Sementara usaha perdagangan di kawasan wisata Padusan belum ada tanda tanda dibuka kembali.

Situasi inilah yang menggerakkan pengurus ranting NU desa Padusan didukung Muslimat, Fatayat dan Ansor tergerak membantu dengan membagikan paket sembako 5 kg beras, 2 kg gula, 2 liter minyak dan mie instan.

Paket sembako tersebut dananya diambilkan dari donasi warga setempat melalui kotak infaq NU dan infaq para aghniya'.

Sujono, selaku ketua ranting NU Padusan berharap, dengan usaha ini bisa sedikit meringankan beban warga terdampak covid19, menumbuhkan kecintaan kepada NU dan menguatnya rasa kepedulian masyarakat agar menghadapi musibah ini dengan kebersamaan.

Sementara itu ketua MWNU Pacet, H M Yusuf ketika dikonfirmasi secara terpisah mengatakan, agar gebrakan ranting NU Padusan ini dapat berlanjut dan dapat ditiru oleh ranting ranting yang lain. (Agus sekr)