Berkhidmat Kepada Umat Berbakti Kepada Negeri, Memacu Kinerja, Mengawal Kemenangan Indonesia

Selasa, 01 Oktober 2019

Napak Tilas Mencari Makam Ketua MWCNU Pacet Pertama


Pada postingan sebelumnya sudah saya muat penelusuran sejarah tentang keberadaan ketua MWCNU Pacet pertama yaitu Kyai Danun, yang ternyata seorang mudin dan veteran prajurit Hizbulloh yang berasal dari Dusun Treceh Desa Sajen Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Sedangkan Rais Syuriahnya adalah KH Faqih Abdul Wahhab, seorang kyai dari Dusun Pasinan Desa Cepokolimo Kecamatan Pacet. KH Faqih Abdul Wahab adalah putra dari Kyai Moh. Arif Pasinan Cepokolimo yang menurut keterangan para tokoh masyarakat Pacet disebut-sebut sebagai seorang ulama yang mengajarkan ilmu agama Islam melalui pondok pesantren. Dengan kata lain, pondok pesantren pertama berdiri di wilayah kecamatan Pacet adalah pondoknya Kyai Moh. Arif Pasinan Cepokolimo.
Menurut catatan resmi MWCNU Kecamatan Pacet, Kyai Danun mengabdi di MWCNU bersama KH Faqih Abdul Wahab pada tahun 1940-1950. Setelah jabatan Rais diserahkan kepada KH Amir Syhadak Pacet tahun 1950-1970, Kyai Danun juga mendampingi KH Amir Syuhadak memimpin NU di kecamatan Pacet.

Sepulang takziyah atas wafatnya Rais PCNU dan Ketua MUI Kabupaten Mojokerto, al mukarrom KH Mashul Ismail Kemasan tani Gondang (1 Oktober 2019/2 Robiul Awal 1441 H), saya mampir ke rumah Ibu Hj Juwariyah putrinya Kyai Danun yang saat ini masih ada. Sayapun diterima dengan baik penuh kekeluargaan. Tidak tahu kenapa saya tiba-tiba pingin mampir dan berniat berziarah ke makam Kyai Danun. Akhirnya beliau mengantar saya ke pemakaman umum warga Treceh yang terletak di seberang jalan sebelah utara dusun. Makam Kyai Danun terletak di sebelah utara agak ke barat dari makam KH Samiun Rohim. Setelah berdoa di makam kyai Danun, saya mencoba melihat kondisi makamya secara detail. Makamnya sangat sederhana dan sempit sehingga ketika dibuat berdoa harus duduk diatas makam yang lain. Batu nisannyapun nyaris putus. Menurut ibu Juwariyah batu nisannya Kyai Danun dan beberapa batu nisan yang lain banyak yang rusak karena dirusak oleh orang gila yang pernah masuk ke pemakaman itu. Beliau berencana mengganti batu nisan itu dengan yang lebih baik. Tentunya setelah didapat data catatan tahun wafatnya Kyai Danun secara jelas dan benar.

Area makam Kyai Danun berada di tengah-tengah makam anggota keluarganya diantaranya almarhum bapak H Umar anaknya, adik serta istrinya kyai Danun dan beberapa makam keluarga lainnya. Di batu nisan itu tertulis samar-samar Kyai Danun wafat pada tahun 1975. Tanpa tanggal dan bulan. Ketika saya tanyakan kepada ibu Hj Juwariyah, beliau meragukan angka tahun wafatnya Kyai Danun tersebut. Akhirnya saya diajak pulang dan membuka buku catatan keluarga yang dirawat ibu Hj Juwariyah. Di buku tulis lama sampul warna coklat itu tercatat bahwa Kyai Danun wafat pada hari Sabtu Kliwon tanggal 29 Jumadil Awal, tanpa menyebutkan tahun hijriyahnya maupun tanggal, bulan dan tahun masehi. Saya pun berpikir sejenak, ini PR yang cukup sulit buat saya. Apakah saya harus membuka kitab Falakiyah untuk mencari data itu secara lengkap atau ada cara yang lain yang lebih simpel. Akhirnya saya pamit pulang dengan hati penasaran. 

Dari data sederhana ini saya mencoba mencari kebenaran data menggunakan metode cepat, yaitu online. Ada beberapa link yang menawarkan cara mengetahui tanggal kelahiran/kematian secara lengkap. Setelah mendapat angka tanggal, bulan, tahun alternatif melalui beberapa rumus, saya kemudian mencoba menggunakan Weton Online | Kusnendar.  Saya mulai dengan membuat perbandingan beberapa tahun sekitar tahun 1975 yang tertulis di batu nisan dengan menyandingkan hari Sabtu kliwon, tanggal 29 Jumadil Awal yang ada di buku catatan. Setelah mencoba mamasukkan beberapa tahun perkiraan yang tepat, akhirnya saya mendapat jawaban dari online tersebut bahwa (menurut saya) Kyai Danun wafat pada hari Sabtu Kliwon tanggal 29 Jumadil Awal 1393 H atau 30 Juni 1973 M. Ada perbedaan selisih dua tahun  yang tertulis di batu nisan dengan hasil hitungan aplikasi online saya. Tentunya kesimpulan saya ini masih perlu diuji coba lagi menggunakan aplikasi lain atau catatan/hitungan yang relevan sehingga hasilnya betul-betul akurat.

Harapan kita selaku warga NU Kecamatan Pacet, agenda ziarah ke makam tokoh NU Kecamatan Pacet yang rutin dilaksanakan menjelang peringatan Harlah NU dapat pula ziarah ke makam Kyai Danun dan KH Samiun Rohim di area pemakaman umum dusun Treceh desa Sajen. Semoga

Selanjutnya saya juga berniat menelusuri sejarah tokoh-tokoh awal NU di Kecamatan Pacet. Syukur kalau suatu saat dapat diterbitkan menjadi sebuah buku dokumen sejarah NU di Kecamatan Pacet.  Aamiin. (Agus Sekr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar