Berkhidmat Kepada Umat Berbakti Kepada Negeri, Memacu Kinerja, Mengawal Kemenangan Indonesia

Minggu, 29 Desember 2019

Rakorda Komisi Dakwah MUI se Jawa Timur

Sejak kemarin sore, Sabtu 28 Desember 2019 sampai siang tadi Ahad 29 Desember 2019 pondok pesantren Amanatul Ummah Pacet menjadi tuan rumah pelaksanaan Rakorda Komisi Dakwah MUI se Jawa Timur.
Dalam orasi wawasan ketua umum MUI Jatim KH Abdus Shomad Buchori menyampaikan bahwa MUI harus selalu bergerak untuk menciptakan suasana keagamaan yang kondusif dengan berbagai ragam kegiatan yang bermanfaat. MUI siap bekerja sama dengan pemerintah sekaligus siap mengkritisi kebijakan yang merugikan umat Islam secara keseluruhan secara adil. Salah satu Yang harus diwaspadai adalah gerakan pemurtadan dan pendangkalan aqidah islamiyah.

Sementara pengasuh pesantren Amanatul Ummah Pacet, Prof DR KH Asep Saifuddin Chalim, MA mewanti wanti pentingnya mempersiapkan generasi muda yang dapat mewarnai kehidupan di era globalisasi ini. Pesantren Amanatul Ummah bertekad mencetak kader yang unggul yang dapat menerangi dunia dan bermanfaat bagi umat Islam khususnya Indonesia. Termasuk cita cita beliau mendirikan international univercity di Pacet, selain IKHAC yang sudah ada lebih dahulu.

Selanjutnya, ketua komisi Dakwah MUI Jatim KH Abdurrahman Navis, Lc, MA menghaturkan terima kasih kepada KH Asep yang telah menyediakan tempat dan segala fasilitas rakorda. Beliau juga memaparkan pentingnya mewujudkan Islam Wasathiyah menjadi perekat yang baik bagi keutuhan umat Islam dan NKRI. Terkait program yang harus dilaksanakan MUI kabupaten kota secara berkala adalah  membuat mudzakaroh dai yang memahami dakwah secara baik.

Kegiatan rakorda MUI ini juga mendapat support dari Pegadaian Syariah yang menawarkan berbagai kerjasama yang bermanfaat terkait tabungan emas, haji, dan pendanaan kegiatan/sosial. (Agus Sekr)

Sabtu, 28 Desember 2019

KH Masrur Sa'dulloh Medali Puri Mojokerto Wafat


Siang hari ini, warga NU Mojokerto kembali kehilangan ulama di jajaran Syuriah PCNU Mojokerto. Beliau adalah KH Masrur Sa'dulloh, pj Rais PCNU Mojokerto 2019-2024.
Kyai yang sekaligus pengasuh pesantren di medali Puri ini wafat setelah beberapa hari dirawat di ICU RSI Sakinah Mojokerto. Gus Dulloh, begitu beliau biasa dipanggil termasuk salah satu kyai sepuh mojokerto yang terkenal luwes dan bisa bergaul dengan siapa saja. Beliau sering membuka rapat atau kegiatan di PCNU atas nama Rais syuriah sejak era KH Chusaini Ilyas maupun setelah wafatnya KH Mashul Ismail.
Wejangan gus Dulloh selalu update dengan kaum muda sehingga dawuhnya sering ditunggu tunggu oleh mereka.
Semoga amal baiknya diterima oleh Alloh SWT dan kekhilafannya mendapatkan ampunan Nya. Aamiin

Minggu, 08 Desember 2019

KH Said Khozin, mustasyar MWCNU Pacet Wafat


Tadi malam, Sabtu 7 Desember 2019 ratusan pelayat ikut mendoakan KH Said Khozin Pasinan Cepokolimo Pacet. Kyai yang menjadi salah satu mustasyar MWCNU Pacet tersebut wafat secara mengejutkan. Tidak ada tanda tanda sebelumnya.
Menurut penuturan keluarga dan para jamaah masjid Al Hidayah Pasinan, beliau wafat tak lama setelah selesai mengimami sholat maghrib di masjid.

Seperti biasanya Kyai Said setiap maghrib menjadi imam sholat di masjid yang berada di sebelah selatan rumahnya. Malam itu beliau mengimami sama seperti biasanya. Setelah sholat dilanjutkan dengan wiridan dan sholat sholat sunnah.

Setelah itu beliau kembali ke rumah. Sesaat kemudian beliau mengadu kepada putrinya, Siti Makrifah bahwa merasa badanya tidak enak dan sempat sempoyongan. Setelah dibawa ke tempat tidur tak lama kemudian beliau menghembuskan nafas yang terakhir. Keluarga dan para tetanggapun terkejut dengan kepergian beliau yang tiba tiba.

Para pelayatpun berdatangan dari berbagai desa dan daerah lain. Maklum, Kyai Said selama hayatnya menjadi imam thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah di desanya meneruskan para leluhurnya. Beliau juga menjadi mustasyar MWCNU Pacet masa khidmat 2016 -2021.

Para pengurus dan kyai MWCNU Pacet banyak yang hadir diantaranya H M. Yusuf, KH Mubayyin Syafii, KH Suyadi Tamsir dan lain lain. Hadir pula KH Muslihuddin Abbas, mustasyar MWCNU Pacet  untuk memberikan sambutan atas nama keluarga dan para jamaah. Selain itu ratusan santri Ponpes Riyadlul Jannah Pacet dan Amanatul Ummah kembangbelor  juga ikut menyolatkan jenazah almarhum.
Seperti diketahui, kyai Said termasuk salah satu kyai yang memelopori berdirinya pengajian rutin Ahad Kliwon di ponpes Amanatul Ummah dibawah asuhan KH Asep Saifuddin Chalim.

Dalam dunia pendidikan, bersama dua orang saudaranya, Abdul Shomad dan Rufiah, beliau menjadi waqif tanah tempat berdirinya MI Miftahul Ulum Cepokolimo. Bersama kyai Abdul Shomad Kyai Said juga turut berjuang menghidupkan MI Cepokolimo dalam mencari murid dan mendatangkan para pengajar di awal awal berdirinya MI. Bahkan menurut penuturan almarhum kepada penulis, saat itu yang mendoakan berdirinya MI cepokolimo adalah Almukarrom KH Ismail (mbah Mail) Kedungmaling Brangkal Mojokerto yang mengantar salah satu muridnya, Pak Majid untuk mengajar di MI Cepokolimo tersebut.

Semoga kepergian beliau senantiasa dalam rohmat dan ridho Alloh SWT, husnul khotimah. Aamiin ya Robbal Aalamiin. (Agus sekr)

Kubroan Muslimat Fatayat Pacet di Mojokembang


Meskipun jalur menuju desa Mojokembang tergolong curam tetapi tak menyurutkan semangat ibu ibu muslimat dan fatayat untuk hadir dalam kubroan yang rutin dilaksanakan setiap ahad pahing. Hari ini kubroan diletakkan di masjid Mojokembang Timur.

Kebetulan para jamaah juga ingin mengetahui dan merasakan jalan cor yang menghubungkan desa Bendunganjati dengan Mojokembang yang baru saja selesai di bangun. Meskipun jalan cor itu luas tetapi aroma menakutkan masih tetap terasa karena kecuramannya yang tajam. Sehingga masih banyak para ibu ibu yang terpaksa jalan kaki menuju lokasi karena tidak berani naik kendaraan.

Pagi itu banyak sekali jamaah yang hadir hingga meluber ke rumah rumah warga. Para pengurus MWCNU Pacet seperti ketua, katib dan sekretaris juga hadir. Katib MWCNU Pacet, KH Suyadi secara khusus menyampaikan program ziarah NU Pacet yang rencananya dilajsanakan pada bulan April 2020 atau bulan Sya'ban 1441 H.

Pengajian kubroan kemudian diisi oleh KH Abd Jamil sekaligus doanya.  (Agus sekr)

Minggu, 17 November 2019

Kubroan Muslimat Tetap Padat

Kubroan rutin kembali dilaksanakan ibu ibu muslimat NU kecamatan Pacet Mojokerto, November 2019. Kegiatan kali ini bertempat di masjid Ar Rahmah Ngemplak Kesimantengah. Masjid yang baru selesai dibangun satu tahun yang lalu ini dipenuhi jamaah muslimat. Mereka datang dari 20 desa yang tersebar di kecamatan Pacet.
Acara kubroan ini memang menjadi ajang silaturrahmi ibu ibu muslimat se kecamatan Pacet setiap ahad wage. Hadir pula dalam acara tersebut ketua MWCNU Pacet untuk menyampaikan program NU terkini sekaligus membagikan kalender MWCNU Pacet 2020. Dalam kalender tersebut termuat gambar semua kegiatan MWCNU, Muslimat, Fatayat, Ansor, IPNU IPPNU Pacet selama satu tahun 2019.
Seperti biasanya, kubroan ini diisi kajian agama oleh KH Abdul Jamil. Beliau adalah anggota syuriah MWCNU Pacet yang diberi tugas membina di acara kubroan Muslimat. (Agus sekr)


Jumat, 15 November 2019

Musabaqoh Kaligrafi Kontemporer PC IPNU IPPNU Kab. Mojokerto



Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2019 PC IPNU IPPNU Kab. Mojokerto menyelenggarakan berbagai macam lomba, diantaranya Pildaraja, pembacaan puisi, vlog, kontes foto dan kaligrafi kontemporer. Puncak acara dilaksanakan pada tanggal 9 November 2019 yang lalu. Sekaligus memperingati malam Hari Pahlawan 10 November 2019
Lomba ini diperuntukkan bagi umum termasuk perwakilan dari PAC IPNU IPPNU juga diperbolehkan ikut dengan ketentuan umur minimal 13 tahun.
Masing masing lomba akan diambil juara satu dua dan tiga. Selain piala para pemenang juga akan menerima ppiagam dan uang pembinaan. (Agus Sekr)

Kamis, 14 November 2019

Pentingnya Menyiapkan Kader Penggerak Untuk Menyongsong 100 Tahun Nahdlatul Ulama


(Oleh : Agus Santoso, Sekretaris MWCNU Pacet Mojokerto)

Ketika memperingati harlah RSI Sakinah ke 29 di hotel Ayola Sunrise Mojokerto (26/10/2019) ada hal menarik yang disampaikan oleh Prof. DR. Muhammad Nuh, DEA dalam orasi ilmiahnya.

Beliau mengibaratkan kita (warga NU) ini sedang ditinggal pergi orang orang tua (Masyayikh) kita dalam waktu yang lama dan mungkin mereka akan kembali untuk menjenguk kita setelah kurun waktu 100 tahun.

Pertanyaanya, ketika mereka datang kembali menjenguk, apa yang akan kita suguhkan untuk menyambut dan  menyenangkan hati mereka. Apa yang akan kita ucapkan untuk menjawab pertanyaan mereka. Akankah kita nanti pantas disebut sebagai anak yang sholih atau tidak.
Inilah yang musti kita persiapkan dalam menyongsong 100 tahun Nahdlatul Ulama di tahun 2026.

Kesholehan itu tergantung bagaimana kita selaku pengemban amanat mampu menampakkan keberhasilan. Baik dari sisi pengelolaan organisasi, merawat dan mengembangkan ideologi aswaja an nahdliyah, menjaga silaturrahmi,  mencetak kader dan tidak kalah pentingnya berusaha mandiri untuk memberikan kemanfaatan yang lebih besar. NU itu besar dan harus dipandang sebagai sesuatu yang besar. Maka jangan sampai yang besar itu terlihat kecil karena ketidak berdayaan.
Sebagaimana sabda Rosululloh saw. Sebaik baik manusia adalah yang paling banyak bermanfaat bagi manusia lainnya. Begitu pula NU, sebaik baik jam'iyah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.

Oleh karena itu perlu adanya evaluasi diri secara terukur dan terorganisir dari semua tingkatan struktural NU termasuk Banomnya. Apa saja yang sudah kita perbuat, kita capai dan yang akan direncanakan. Sejauh mana amanat dan program yang sudah kita laksanakan. Tentu pertanyaan ini membutuhkan kemauan, keberanian dan keikhlasan untuk menjawabnya. Kita sadar tantangan zaman semakin besar.

Alhamdulillah saat ini telah tampak perubahan menuju muara kebangkitan  besar itu. Gerakannya menyentuh di berbagai bidang. Diantaranya  pemantapan ideologi aswaja, pendidikan, kesehatan, sosial dan perekonomian. Sehingga hari ini mulai banyak kita jumpai Universitas NU, Rumah Sakit, madrasah favorit, NUsantara Mart, BMT, dan lain lain. Selain itu kepedulian terhadap yatim, dhuafa, korban bencana alam dan lain lain juga semakin terasa.

Bagi kita yang bersentuhan langsung dengan kegiatan NU di masyarakat, salah satu faktor pendorongnya adalah suksesnya mencetak kader NU yang militan melalui PKPNU. Setelah mengikuti pendidikan selama tiga hari mereka akan kembali dan menyatu dengan lembaga NU serta Banomya dan bersama sama menghidupkan organisasi secara mandiri.

Dari situlah pemikiran kritis dan dinamis dimulai kembali. Baik untuk menjaga ideologi, semangat organisasi maupun kreatifitas kemandirian.
Banyak ranting NU yang tumbuh kembang begitu cepat bahkan melebihi kapasitas struktural diatasnya setelah kadernya banyak yang mengikuti PKPNU. Tentu ini kabar baik yang harus cepat direspon agar  melimpahnya kader menjadi sebuah tenaga pendorong kebangkitan NU dan bukan  malah menjadi beban organisasi. Itulah harokah kebangkitan yang seimbang dan terarah.

Salah satu RTL PKPNU yang sederhana tetapi amat besar manfaatnya adalah gerakan kotak infaq NU (koinisasi).  Koinisasi merupakan salah satu pintu kemandirian yang penting karena secara kultural lebih akrab dengan kondisi perekonomian warga nahdliyin yang sebagian besar menengah ke bawah.

Kita menyadari meskipun koinisasi sudah dicanangkan menjadi gerakan nasional khas NU akan tetapi masih minim kordinasinya. SOP nya masih bersifat lokal dan belum terorganisir sampai pusat. Sehingga perolehan infaq bisa subur di suatu lokasi sedangkan tempat lainnya tidak.
NU Care Lazisnu sebagai lembaga pelaksana resminya perlu menata menejemen operasionalnya secara profesional dan amanah untuk menjaga kredibilitas di masyarakat. Sedangkan para kyai dan pengurus NU yang lain memberikan dukungan dan  sosialisasi  kepada warga NU agar zakat, infaq dan sedekah mereka bisa dikelola, semakin besar dan bermanfaat.

Melalui koinisasi banyak ranting NU dan MWCNU berhasil menjalankan organisasi dengan baik dan memberikan manfaat nyata bagi umat. Bahkan banyak yang sudah mencanangkan mendirikan kantor Ranting NU seperti yang dilakukan Ranting NU Kesemen Ngoro Mojokerto (12/11/2019). Sesuatu yang mungkin hari ini baru terjadi.

Awal gerakan kebangkitan NU melalui PKPNU inilah yang musti kita tingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Saat ini banyak terobosan yang dapat dilakukan untuk mencetak kader sebanyak mungkin. Diantaranya melalui pondok pesantren dan lembaga pendidikan formal menengah ke atas.

Contohnya tanggal 8 November 2019 baru baru ini ponpes Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo melaksanakan PKPNU khusus bagi Santri dewasa dan kelas XII Madrasah Aliyah. Pesertanya mencapai 300 orang. Tentu ini amat baik sebagai upaya membekali  generasi muda NU dengan ajaran aswaja yang benar. Apalagi kelak mereka masuk ke perguruan tinggi dan bergaul dengan berbagai macam karakter teman dan pemikirannya.

Ada pula perguruan tinggi yang mewajibkan calon wisudanya mengikuti PKPNU seperti yang dilakukan Institut KH Abdul Chalim (IKHAC) Pacet Mojokerto pada tanggal 16 November 2019 mendatang. Tujuannya jelas agar para lulusannya dapat mengembangkan aswaja an nahdliyah di lingkungan pendidikan, tempat kerja dan masyarakatnya kelak.

Inilah sekelumit cerita yang dapat kita jadikan sebagai bahan referensi dan evaluasi untuk selalu berinovasi guna menyongsong kebangkitan NU di tahun ke 100 kelahirannya. Sebagaimana slogan NU, "al muhafadhotu alal qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah". Menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil  hal baru (inovasi) yang lebih baik.

Rabu, 30 Oktober 2019

MWCNU Pacet Kehilangan Dua Keder Muda



Belum sepekan setelah wafatnya ibu Kholifah, pengurus ranting Fatayat Warugunung yang beralamat di dusun Wonokerto pada Senin, 28 Oktober 2019, sekarang Ansor Kecamatan Pacet juga kehilangan salah satu kader yang baik, ust. Sukadi. Mereka berdua merupakan kader muda NU kecamatan Pacet yang aktif di berbagai kegiatan NU. Terakhir kali mereka ikut dua kegiatan besar, apel Hari Santri Nasional di lapangan Sajen (Selasa 22 oktober 2019) dan pawai taaruf HSN tanggal 27 Oktober 2019. Dalam keseharian diantara aktifitasnya adalah menjadi penggerak program koinisasi di desanya.
Seperti ust Sukadi, selain bekerja ia juga kader NU yang aktif di Ansor ancab Pacet sekaligus menjadi anggota Banser yang sering bertugas menjaga ketertiban di berbagai acara.
Dalam dunia pendidikan agama ia juga aktif sebagai pengajar di TPQ dan Madin di dusunnya, Karangan. Bahkan ia menjadi pengurus korbin Yanbua kecamatan Pacet.
Kepergian mereka berdua mengejutkan keluarga, teman dan para tetangga karena hanya mengalami sakit beberapa saat. Bahkan ketika ust Sukadi dirawat di RS Sumberglagah PAC Ansor Pacet sempat menggalang dana sosial untuk membantu meringankan beban biaya rumah sakit. Banyak pihak yang merasa kehilangan terutama teman seperjuangannya. Mereka ikut takziyah dan mengantarkan ke pemakaman. Pada malam harinya banyak pula yang ikut tahlilan mendoakan keduanya. Semoga amal baik mereka diterima Alloh dan segala khilafnya diampuni Alloh swt. Aamiin

Senin, 28 Oktober 2019

Kreatifitas Santri Dalam Pawai HSN 2019 MWCNU Pacet

Sejak pagi buta, ahad 27 Oktober 2019 ribuan santri tua dan muda telah memadati halaman Mojo Kembangsore Park (MKP) Pacet. Mereka berasal dari ranting NU se kecamatan Pacet yang akan mengikuti pawai taaruf dalam rangkaian kegiatan peringatan Hari Santri Nasional yang digelar MWCNU kecamatan Pacet.

Peserta pawai HSN tahun ini berjumlah 8000 peserta yang terdiri dari santri TPQ Madin, pondok pesantren, jamaah tahlil/ majlis taklim dan pengurus ranting NU serta Banomnya se kecamatan Pacet. Pemberangkatan pawai ditata per ranting atau desa yang terdiri dari berbagai unsur peserta diatas. Upacara Pemberangkatan pawai ini dihadiri oleh para pengurus MWCNU, Banom serta Forpimka kec. Pacet. Bahkan camat Pacet, kapolsek dan Danramil juga ikut mengibarkan bendera pemberangkatan peserta pawai.

Pawai yang finish di terminal pasar Pacet ini dimeriahkan oleh kolaborasi drumband dan angklung SMP Wali Songo pacet. Tak kalah menariknya banyak para peserta pawai yang menyuguhkan kreasi berupa musik kentongan, rebana dan sound system mobil serta berbagai mode busana yang unik dan menarik

Setelah peserta pawai tiba di finish mereka disambut panitia dan para pengurus NU dipanggung pasar Pacet dan diberikan door prize secara langsung. Ada sekitar 90 door prize yang dibagikan. Barang barang ini merupakan sumbangan dari paguyupan penjual di pasar Pacet. Salah satu penerima door prize berupa sepeda bmx adalah Rio, anak yatim dari ranting NU Cepokolimo. Tampak kegembiraan di wajah para santri yang menerima hadiah berbagai macam ini. (Agus Sekr)



Sabtu, 26 Oktober 2019

Harlah ke 29 RSI Sakinah Mojokerto


Graha NU Pacet
Untuk memperingati hari lahir (HARLAH) ke 29, Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto mengadakan silaturrahmi antara pengurus perkumpulan rumah sakit, karyawan bersama PCNU kota/kabupaten, banom dan MWCNU se kab/kota Mojokerto di gedung Ayola Sunrise.
Kegiatan tahunan ini lebih terasa lebih bermakna karena diisi orasi ilmiah oleh cendikiawan NU, Prof. Dr. Ir. KH Muhammad Nuh, DEA.
Dalam sambutannya, ketua pengurus perkumpulan RSI Sakinah Drs H. Mahsun Arif mengatakan bahwa RSI Sakinah saat ini samakin eksis dan tengah menuju kenaikan kelas dari tipe C menuju tipe B.
Rumah sakit kebanggan warga NU Mojokerto ini bahkan telah mampu memberikan SHU untuk operasional PCNU kota dan kabupaten Mojokerto sebesar 3,5 milyar setahun. Tentu ini menunjukkan kemajuan yang positif di tengah usaha jamiyah NU agar menjadi organisasi yang bermartabat secara lahir dan batin.
Pengurus PCNU kabupaten Mojokerto yang dalam sambutannya diwakili oleh Dr KH Falaqul Alam menyampaikan terima kasih atas keberhasilan Sakinah bersaing dengan rumah sakit lainnya. Menurut beliau kuncinya adalah ada rasa cinta kepada Sakinah sehingga sesuai dengan temanya, Terus berinovasi Mengabdi tiada henti.

Selasa, 22 Oktober 2019

Ling Tien Kung Ikut Meriahkan Apel Hari Santri 2019 MWCNU Pacet




Mojokerto, Graha NU Pacet-Sejak berdirinya sasana Ling Tien Kung (LTK)di Graha NU Pacet banyak kegiatan MWCNU Pacet yang diikuti oleh para anggota senam.

Seperti pada apel peringatan Hari Santri 22 Oktober 2020. Anggota senam LTK mengikuti apel yang dilaksanakan di lapangan desa Sajen. Dengan menggunakan kostum biru putih dan oranye hitam mereka tampak semangat mengikuti pembukaan apel hari Santri.

Sebelum apel dilaksanakan mereka membentuk formasi dan melakukan gerak senam LTK yang khas. Kegiatan senam ini dipimpin langsung oleh instruktur utama, bpk Yahya dan pendampingnya bpk Toha.

Selain apel HSN, mereka juga mengikuti ziarah NU Pacet dan gerak jalan perjuangan Pandan Pacet setiap bulan agustus. (Agus sekr)


Peringati HSN 2019 Pengurus MWCNU Pacet Ziarah Ke Makam Pejuang Hizbullah



Apel Hari Santri 2019 MWCNU Pacet Mojokerto













Minggu, 20 Oktober 2019

BEAUTY CLASS Semarak Hari Santri 2019 MWCNU Pacet

Semarak Hari Santri 2019 terasa berbeda saat kita menengok giat Fatayat PAC Pacet. Bekerjasama dengan perias makeup populer dari kecamatan pacet.

Beauty Class Muslimah, Mengawali Kegiatan HSN 2019 MWCNU Pacet



Graha NU Pacet
Hari ini Ahad, 20 Oktober 2019 MWCNU Kecamatan Pacet mengawali kegiatan Pelatihan tata rias (Beauty Class) bagi remaja putri dan ibu-ibu muslimat sebagai rangkaian kegiatan Peringatan Hari Santri Nasional di kecamatan Pacet. Kegiatan yang dipusatkan di lantai 3 Graha NU Pacet ini diikuti oleh kurang lebih 70 orang. Ini melebihi kuota yang direncanakan hanya 60 orang saja.
Panitia sengaja membatasi jumlah peserta demi efektifitas dan kenyamanan para peserta dan juga tim instruktur. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal Kegiatan ini dilaksanakan menjadi dua sesi, pagi dan sore. Kordinator pelaksana, Hanik muniah, S.Ag mengatakan pelatihan kecantikan yang pertama kali dilaksanakan di Graha NU Pacet ini mendapat sambutan yang bagus dari para remaja putri. "Banyak calon peserta yang kami tolak karena melebihi kuota yang kami siapkan", imbuhnya. Pelatihan ini juga mendapat fasilitasi dari Produk kecantikan Ines, salah satu rekanan kerja dari H Sholeh Sunardi, ketua Lesbumi MWCNU pacet. Diluar aktifitasnya sebagai pengurus Lesbumi, abah Nardi adalah seorang pengusaha di bidang jasa tata rias, kwade, pembawa acara, dan lain-lain.
Bahkan menurut Abah Nardi, panggilan H Sholeh Sunardi pada awalnya demi untuk pelaksanaan Beauty Class di Pacet ini, Ines Beauty harus merolling jadwal yang seharusnya tampil di Sidoarjo.
Dengan pelaksanaan kegiatan ini diharapkan para remaja putri akan semakin memahami tata cara merias wajah yang baik yang tentunya dipadukan dengan busana Muslimah dan sangat dibutuhkan pada event tertentu. (Agus Sekr)

PAC Ansor Pacet Juarai Lomba Festifal Banjari Pemkab Mojokerto


Pacet, Graha NU Pacet
Jumat, 18 Oktober 2019 adalah hari yang menggembirakan bagi PAC GP Ansor Kecamatan Pacet karena Grup Banjari mereka berhasil mendapat juara harapan II pada Festival Banjari yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Mojokerto. Festival ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari jadi Provinsi Jawa Timur ke-74.
Menurut panitia, festival banjari ini diikuti oleh 19 Kecamatan se- kabupaten Mojokerto. Setiap kecamatan hanya boleh mengirim satu grup perwakilan. Begitu pula kecamatan Pacet, Pak Camat meminta Sekretaris MWCNU Pacet untuk mencari grup banjari remaja yang bagus. Setelah berkordinasi dengan beberapa pihak yang terkait sholawat banjari akhirnya MWCNU Pacet memutuskan untuk mengirim grup PAC Ansor Pacet. Pak Camat pun menyetujuinya.
Akhirnya ketika tampil kemarin, mereka berhasil mendapat juara harapan II. Grup yang tampil semuanya bagus sehingga sulit untuk memprediksi grup yang terbaik. Dalam kejuaraan ini panitia menyediakan juara I,II dan III serta Harapan I, II dan III. Setelah pengumuman juara, banyak pengurus MWCNU Pacet dan Ansor mengucapkan selamat, termasuk Ketua PAC GP Ansor pacet, Mujiburrohman, S.Pd yang malam itu sedang berangkat umroh.  
Seperti diberitakan Graha NU Pacet sebelumnya, PAC Ansor Pacet tahun kemarin juga menjuarai Festival Banjari antar PAC Ansor se-kabupaten Mojokerto. Selamat semoga ke depan akan semakin baik dan berprestasi. (Agus Sekr)