*Para Ulama Ingin Kedaulatan Bangsa Kembali Ditegakkan*
MOJOKERTO
- Pertemuan para ulama, habaib, profesional dan tokoh-tokoh hari ini
sangat luar biasa. Dari sisi yang hadir, ada ulama-ulama sepuh seperti
KH. Maruf Amin, KH. Sholahuddin Wahid, KH. Soleh Al-Qasim, KH. Maksum
(Bondowoso), KH. Nasiruddin (Tuban), Gus Munip (Langitan), Gus Zaim
(Lasem), Gus Akomadhien (Brebes), Dr. KH. Fauzi Tidjani (Madura), dan
puluhan ulama lainnya. Ada pula para habaib: Habib Husen Al-Idrus, Habib
Soleh, Habib Muhsin Al-Jufri, dan lain-lain.
Beberapa
akademisi, rektor dan tokoh: Prof. Dr. Muhammad Nuh (Mantan Mendiknas),
Prof. Dr. M. Bisri (Rektor Univ. Brawijaya), Prof. Dr. Imam Suprayogo
(mantan Rektor UIN Malang), Prof. Dr. Ahmad Zahro, Dr. H. Marzuki Ali,
Ir. H. Heppy Trenggono, dan lain-lainnya. Sekitar 200an ulama, habaib
dan akademisi berkumpul dari segala penjuru tanah air.
Diskusinya
sangat produktif, dinamis dan semua kalimat yg keluar dari para
ulama-ulama benar-benar visioner, nasionalis dan kental sekali komitmen
keumatan & kebangsaannya.
Saya
merasakan suasana kebatinan yg luar biasa dahsyat, ada energi yg sedang
bergerak melalui para ulama pengasuh pesantren ini.
Saya
melihat jg suatu sinergi yg mulai dibangun dan dirancang yg menembus
batas sekat golonganisme umat: tidak ada sekat ormas, sekat salaf
modern, dll. Semuanya berbicara ke depan utk umat dan bangsa: untuk
Indonesia.
Beberapa
rumusan dan 'teriakan' telah didengungkan menyikapi kondisi terkini
keumatan dan kebangsaan: politik, sosial, budaya, ekonomi bahkan hingga
keamanan dan pertahanan bangsa.
Prof.
Dr. Bisri, Rektor Univ. Brawijaya Malang mengatakan perlunya sinergi
akademisi perguruan tinggi dan santri. Banyak hasil riset perguruan
tinggi yang bisa dimanfaatkan oleh pesantren. Beliau juga menegaskan
bahwa akses pesantren kpd perguruan tinggi harus dibuka, karena menurut
pengakuannya SDM pesantren rata-rata lebih unggul. Selama ini mereka
tidak banyak diberi kesempatan. Ini tidak adil.
Sementara
itu, Prof. Dr. M. Nuh menyoroti tentang pentingnya pemetaan peran dan
strategi keumatan. Potensi besar jika pemetaannya tidak tepat dan tidak
strategis maka selamanya umat Islam akan kalah. Ia juga menandaskan lagi
perlunya sinergi perguruan tinggi dg pesantren hukumnya adalah wajib.
Maka, ia mendorong para rektor untuk membuka akses seluas-luasnya kepada
santri. Salah satu harapan bangsa ini ke depan adalah para santri.
Habib
Muhsin Al-Hamid dalam sambutannya menginginkan agar forum-forum spt ini
harus terus digalakkan. Menurutnya ini adalah jembatan hati umat, yang
jika kiblatnya adalah Rasulullah akan ketemu dan bersatu. Tapi jika
kiblatnya adalah semata akal pikiran pasti akan berbeda.
Habib
juga menyoroti bahwa umat islam ini pny masalah, tapi tdk pernah
selesai, krn ulamanya tdk pernah ketemu. Yang penting adalah ketemu
hati, baru pikiran. Maka, hrs ada orang yg amanah utk menghimpun potensi
dan mempersatukan umat ini. l
Potensi
umat yang harus digarap adalah maritim, peternakan, agrobisnis.
Bidang-bidang ini yang selama ini diabaikan umat, padahal kita punya
kekuatan di situ dan strategis. Ini soal kedaulatan bangsa dan umat
sekaligus.
Habib yang
punya TV Nabawi ini menyoroti pula tentang lemahnya umat dalam media.
Sehingga, umat selalu menjadi korban media dan semua yang terjadi pada
umat dikapitalisasi oleh media mereka.
KH.
Maruf Amin mengingatkan para ulama tentang dua tanggungjawab: yaitu
tanggungjawab keumatan dan kebangsaan. Ia pun menegaskan bahwa jika dulu
merenut kemerdekaan melalui gerakan politik, skrg ini umat gerakannya
adalah politik dan ekonomi.
Umat
melalui saluran yang ada harus mendesak pemerintah untuk membuat
regulasi yang berpihak pada umat. Pemerintah hrs didesak dan dikawal
terus dalam hal ini.
Gerakan
yang dilakukan oleh ulama ada 4, yaitu: gerakan perlindungan, gerakan
penguatan, gerakan penyatuan & gerakan pengabdian. Ulama jgn
melepaskan diri pada gerakan kebangsaan.
Suasana
negeri saat ini memprihatinkan. Maka, perlu mendesak Presiden untuk
menyelenggarakan dialog nasional untuk menyelamatkan negeri. Jika
Presiden tdk berkenan, maka MUI dan para ulama yang akan adakan. Akan
ada deklarasi semua ormas Islam komitmen pada NKRI dan Pancasila.
Telah
pula dibentuk *Dewan Tinggi Ekonomi Umat* terdiri dari para kiai
pengasuh pesantren berkolaborasi dengan para pengusaha dan profesional.
Suatu gerakan pemberdayaan ekonomi yang berbasis pesantren. KH. Mahfudz
Syubari pengasuh PP Raudhatul Jannah bersama Prof. Dr. KH. Muhammad Nuh
(mantan Mendiknas), Prof. Dr. Imam Suprayogo (Mantan Rektor UIN Malang),
Habib Muhsin (Owner Nabawi TV), KH. Maksum (Bondowoso), Dr. H. Marzuki
Ali, Heppy Trenggono, dan lain-lain didaulat utk mengawal gerakan ini.
Telah
pula dibentuk formatur sementara Yayasan Penguatan Peran Pesantren
Indonesia (YP3I), sebuah Yayasan yang nanti akan mendorong kemajuan
pesantren dan memobilisasi potensi pesantren baik dari sisi pendidikan,
SDM, ekonomi dan jejaring kerjasam-kerjasama.
KH.
DR (HC) Sholahuddin Wahid didaulat menjadi Ketua Dewan Pembina bersama
Prof. Dr. KH. Amal Fathullah Zarkasyi (Gontor), KH. Mahfudz Syubari
(Mojokerto), Habib Soleh Al-Jufri, KH. Akbar, Dr. KH. Muzammil Basyuni
dan Prof. Dr. KH. Ahmad Zahro.
Sedangkan
Dr. H. Marzuki Ali dan Ir. Heppy Trenggono didaulat sebagai Ketua Umum
dan Wakil Ketum. Adapun Sekretaris Umum dipercayakan kepada KH. Bahrul
Hayat, Ph.D (Mantan Sekjen Kemenag) dan Drs. KH. Rusli Effendi, M.Si
sebagai Wakil Sekum. Bendahara Umum diamanatkan kepada KH. Anang Rikza
Masyhadi, MA dari PM Tazakka Batang.
Disepakati
pula tentang perlunya penguatan karakter dan mental umat melalui
pendidikan keagamaan yang berkesinambungan baik melalui jalur formal
pendidikan dan pesantren maupun melalui informal. Ulama harus menjadi
kendali moral dan karakter kebangsaan. Ulama harus ambil peran
strategis. Ulama harus dijaga muruah dan wibawanya.
Banyak
hal didiskusikan, yang tidak mungkin disebut satu per satu di sini.
Namun, pertemuan selama kurang lebih 6 jam baik pada sesi umum maupun
sesi khusus terbatas, saya menyaksikannya sebagai suatu komitmen yang
luar biasa.
Ya, intinya para ulama menyerukan kepada semua elemen bangsa khususnya Pemerintah untuk mengembalikan lagi kedaulatan bangsa.
Ya Rabb, berilah kami kekuatan untuk mengemban amanah ini; mengawal dan membimbing umat dan bangsa yang besar ini.
Pacet, Mojokerto
23 R. Tsani 1438
21 Januari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar