Berkhidmat Kepada Umat Berbakti Kepada Negeri, Memacu Kinerja, Mengawal Kemenangan Indonesia

Senin, 08 Juli 2019

Kreatifitas Pemikiran Warga NU Pacet Dalam Menyongsong Pilkades 2019

Suasana Giat Istighotsah di Graha NU Pacet (3 Juli 2019)

Seperti kita ketahui bersama MWCNU Pacet Mojokerto mempunyai kegiatan rutin istighotsah bersama setiap Rabu malam Kamis yang diikuti oleh pengurus MWCNU dan banomnya. Tujuan awal kegiatan ini diperuntukkan untuk berdoa dan kordinasi suksesi koinisasi yang memang sedang digalakkan di wilayah kecamatan Pacet. Kemudian tujuannya meluas menjadi ajang silaturrahmi dan pemunculan ide serta kreatifitas pemikiran kekinian dalam memperjuangkan NU di berbagai lini kehidupan.

Diantaranya saya tertarik dengan tulisan saudara kami H Imron Rosyadi (wakil ketua MWCNU Pacet) dalam menyikapi pesta demokrasi di tingkat desa, pilkades serentak 2019 yang beliau posting di grup WA warga NU Pacet (7Juli 2019). Meski ditulis secara spontanitas dan sederhana namun ada kekuatan pemikiran di sana. Mungkin pengaruh syahwat kopi nya mbah Mut yang memang pas di lidah dan hati. Atau mungkin pengaruh magic setelah rutin ikut pembacaan istighotsah di graha NU. He he he

Menurut saya pendekatan ide yang digunakan dalam tulisan itu adalah pengalaman kita dalam pilpres 2019 yang baru saja selesai, terakhir diputuskan oleh MK.

Berikut saya tuangkan tulisan beliau secara orisinil, tanpa editan sama sekali. Tentunya akan kita temukan istilah baru di kuping kita atau mungkin ketidak lengkapan dalam pengetikan huruf. Saya mohon maaf. Ya... itulah namanya naskah otentik. Tapi yang pasti bahasanya santai, lugas dan jelas.
=====
```MENGUKUR KEBERANIAN KADER MUDA NU DAN LOYALITAS WARGANYA
( Catatan ringan menjelang pilkades serentak)


Hiruk pikuk pileg n pilpres usai sudah, meski harus melalui proses yg sangat melelahkan bahkan tidak sedikit yg memprihatinkan dan harus berakhir di palu MK, membuahkan banyak catatan penting untuk sll di ingat n diperhatikan.

Selanjutnya kita memasuki gerbang baru yg juga krusial di tingkat grass root, khususnya di kab. Mojokerto yaitu pilkades serentak.

Dg tingkat kompetisi di ruang yg relatif sempit maka tak terelakkan lagi, antar sahabat, tetangga, famili bahkan keluarga bisa terjadi beda pandang bahkan potensi konflik sangat rentan terjadi akibat beda pandang terhadap calkades.
Namun ada hal yg strategis yg bagi keluarga besar NU.

Pertama-tama Belajar dari trend terbaru pilpres yg kita semua tahu, bahwa menjadi seorang pemimpin (calon) membutuhkan sikap kedewasaan yg tinggi untuk menghadapi segenap kemungkinan, kalah dan menang adalah keniscayaan yg harus dihadapi dg senyum dan ketenangan. Sikap ini seperti ini bukan sesuatu yg instan tapi akibat proses pembelajaran yg panjang, terstruktur sistematis dan masif ( 3 kata terakhir menjadi bulan2an akhir2 ini, tapi kali ini hanya sekedar mengenang saja biar nggak lupa sama salah satu tim sukses pilpres atas kreativitasnya dalam merangkai kata.... he he he).
Mulai dini sikap ksatria harus kita punya.

Kedua. Trend desa sebagai fokus pembangunan indonesia ke depan, dg alokasi dana yg melimpah, maka dibutuhkan sosok2 yg muda dan luar biasa, juga bisa membaca trend pengembangan ekonomi ke depan yg cenderung berubah cepat n pro teknologi komunikasi yg berkembang cepat.

Ketiga . Perkembangan teknologi utamanya komunikasi yg dahsyat ini, membuat desa2 menjadi "never sleep community" kawasan yg nggak pernah tidur. Sebagai contoh desa Pacet. Kawasan dan sekitarnya adalah tempat yg hidup sehari semalam. Diikuti juga dg kawasan yg dekat dg pasar misalnya, akibat revitalisasi/penguatan kembali pasar seperti sekitaran pasar kutorejo , pugeran dan sangat mungkin diikuti kawasan2 yg lain.

Sementara bertolak dari 3 hal itu, maka desa butuh sosok2 muda, sosok2 yg gak takut melek an, nggak takut ngopi, terangkum dalam sosok milenial dalam arti usia ataupun esensinya. Ber usia milenial atau minimal berjiwa mienial.

Di kita sangat melimpah kader2 milenial maupun jiwa n pemikirannya yg milenial, kita punya GP Ansor yg hebat, maupun kader2 muda NU, yg masih ke Ansor2 an, mgkin gak tega ninggalkan Ansor.

Sosok inilah kedepan layak kita ajukan, paska kades dia akan jadi kader NU n partai yg kuat..yg akhir jadi kader2 pimpinan daerah yg mantap.

Itu semua bisa kita lakukan namun butuh keberanian yg akan maju juga loyalitas warga NU, mentalitas warga NU yg sempat di amati n di rilis oleh Lakpesdam mojokerto paska pemilu lalu, memprihatinkan yg mayoritas memilih berdasarkan rupiah yg dia dapat . Mudah di giring oleh kemampuan finansial.

Ayo2 maju2 jadi cakades mumpung gratis n sambil menunggu saktinya mantra "nderek kyai sampai mati" bukan nderek yg menyangoni.

Wallahu'alam bisshawab


Graha NU pacet, 7719
Penikmat kopine pak De mut
Yg luar biasa nikmat n gratis```

(Agus Sekr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar