Berkhidmat Kepada Umat Berbakti Kepada Negeri, Memacu Kinerja, Mengawal Kemenangan Indonesia

Minggu, 30 September 2018

Silatda KPNU Kabupaten Mojokerto 2018






Hari ini Ahad, 30 September 2018 ribuan kader NU kabupaten Mojokerto berkumpul dalam rangka Silaturrahmi Daerah kader penggerak Nahdlatul Ulama kabupaten Mojokerto. Acara ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka Konferensi Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Mojokerto 2018-2023 yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu 6 Oktober 2018 di kantor PCNU kabupaten Mojokerto.
Silaturrahmi yang dimulai pada pukul 09.20 ini dihadiri oleh 1.200 kader NU dari 18 kecamatan di kabupaten Mojokerto serta para pengurus PCNU Mojokerto. Sebelum dimulainya acara, terlebih dahulu dibacakan yel yel PKPNU. Semua hadirin berdiri dan mengikuti yel yel dengan semangat luar biasa sambil mengepalkan tangan kanan.
Rencananya kegiatan ini akan dihadiri oleh Rais syuriah PWNU Jawa Timur, KH Anwar Manshur dan KH. Anwar Iskandar. Beliau akan memberikan taushiyah pemantapan , pembaiatan dan ijazah kubro kepada kader NU kabupaten Mojokerto.
Sambutan pertama atas nama panitia dilanjutkan oleh KH Irfan Arif selaku ketua PCNU kab. Mojokerto. Selanjutnya sambutan testimoni dari MWCNU Ngoro, Jatirejo dan Sooko. Ketiga MWCNU ini dinilai mempunyai keberhasilan menuju kemandirian NU setelah melaksanakan PKPNU.
Selanjutnya instruktur PKPNU Jatim didaulat untuk memberikan sambutan. Yang pertama menyampaikan adalah H Khoiri. Beliau mengatakan bahwa mencari pemimpin NU harus mempunyai tiga syarat. Yaitu mempunyai ilmu, keberanian dan kekayaan. Hal ini penting agar NU tidak dimanfaatkan untuk lahan mencari harta demi kepentingan pribadi.
Sambutan kedua disampaikan oleh DR Rubaidi yang baru saja pulang dari PBNU di Jakarta. Beliau memaparkan manfaat dan pemantapan pendidikan kader NU. Pada saat terjadi gempa Lombok, NU Jawa Timur yang digerakkan oleh kader dapat menyumbang 5,5 milyar. Kader NU di Jatim saat ini telah mencapai 100 ribu orang dari 879 angkatan PKPNU. Beliau mengatakan NU mempunyai ciri khas yang beda dengan ormas lain, yaitu :
1. Sanad keilmuan. Aqidah, tasawuf dan fiqih yang semuanya itu tercover dalam Tradisi NU.
2. Sanad perjuangan, ruhnya NU. Kenapa kemudian harus ikut pkpnu, urunan. Itu contoh Pengabdian santri kpd kyai. Pengabdian tanpa batas santri kepada NU dan kyai. Ini kemudian yang melahirkan tokoh2 besar di Indonesia.
3. Sanad keturunan. Nasab kyai NU sdh jelas sebagai penerus aqidah ahlussunh wal jamaah yang bersambung kepada Rosululloh Saw.
Acara kemudian dilanjutkan dengan mendengarkan taushiyah pemantapan aswaja dari KH Anwar Iskandar, wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur. Beliau mengingatkan pentingnya menyadari tujuan berdirinya NU. NU berdiri untuk memberi kemaslahatan. Ini prinsip dasar yang harus selalu dipegang
Maslahat yang dimaksud adalah maslahat domestik dan maslahat internasional.
1. Maslahat yang Bersifat domestik/ dakhiliyah. Yaitu memberi kebaikan untuk NU itu sendiri dan NKRI secara luas. Disini NU mempunyai peran besar :
A. NU menjadi jaminan ajaran aswaja annahdliyah harus tetap lestari di indonesia
B. NU menjadi bagian penting dalam penguatan eksistensi NKRI, menerima pancasila, mengakui Bhinneka Tunggal Ika, dll. Ini adalah jariyah ulama NU.
C. NU menjadi jaminan umat/rakyat untuk mencapai baldatun toyyibatun warobbun ghofur, membawa umat sejahtera lahir  dan batin.

2. Maslahat Bersifat internasional untuk perdamaian dunia. Menjaga perdamaian kebangsaan, ukhuwah wathoniyah dan basyariyah. Saat ini Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim menjadi model percontohan sebuah negara yang berhasil mewujudkan kedamaian di tengah kemajemukan. Hal ini dapat terwujud karena muslim terbesarnya adalah warga NU yang sejak negara Indonesia belum lahirpun, nilai nilai luhur kebangsaan sudah ditanamkan oleh para auliya. Dunia eropa memandang kepemimpinan negara negara muslim di Timur Tengah sudah mencapai titik nadir yg mengkhawatirkan menuju kehancuran. Devisa negara semakin menipis karena habis percuma untuk membiayai perang. Ironisnya untuk menghancurkan sesama muslim yang berbeda faham dan politik. Disinilah peran NU sangat dinantikan untuk memberikan andil besar dalam usaha menciptakan perdamaian dunia.
Tidak ada guna perkumpulan jamiyah kalau tdk dapat memberikan 3 manfaat.
1. Menggerakkan kegiatan ekonomi,
2. menegakkan kebaikan bagi bangsa.
3. Mendamaikan dunia.

Program, tujuan, gerakan NU itu baik.  Maka perlu ditata dg baik. Agar tdk menjadi buih yang jumlahnya banyak tapi mudah dihempaskan ombak. Umatnya banyak tetapi hanya akan dimanfaatkan atau dinikmati oleh kepentingan lain. Sebagaimana dawuh imam Ali r.a, alhaqqu bila nidhomin sayaghlibuhul bathilu binidhomin. Kebenaran yang tidak ditata dengan baik, akan dapat dikalahkan oleh barang bathil yang terorganisir.
Dalam penentuan program NU mempunyai prinsip almuhafadotu alal qodimis sholih wal akhdzu biljadidil ashlah.
Tujuan utama/ al maqosid tetap dapat, inofasi/ wasaid dapat berkembang. NU harus ditata dg ikhlas, bersatu, saling sayang menyayangi dan waspada terhadap tantangan serta ancaman.
Memasuki pukul 12.30 peserta silatda diberikan waktu untuk istirahat, sholat dzuhur dan makan siang. Jam satu siang peserta harus berkumpul kembali untuk melakukan sidang komisi. Komisi Aswaja annahdliyah bertempat di depan panggung, komisi kemandirian di lantai 2 kantor PCNU dan komisi koin NU bertempat di lantai 2 aula pesantren Al Amin. Sekitar satu jam para peserta silatda mendapatkan arahan, bimbingan dan petunjuk dari nara sumber yang kompeten di bidangnya untuk mengembangkan kemandirian di MWCNU masing masing.
Setelah itu peserta kembali berkumpul di arena silatda untuk menerima ijazah kubro dari Rais PWNU Jawa Timur, KH Anwar Manshur. Hizib yang diijazahkan beliau yaitu hizib imam Nawawi, hizib Nashor, hizib Ibnu Alwan dan Hizib Autad.
Sebelum acara ditutup, KH Anwar Manshur juga membaiat kembali kader PKPNU dan memberikan pembekalan aswaja. Acara silatda kemudian ditutup dengan doa dan selesai pada pukul 15.40. (Agus Santoso)

Jumat, 28 September 2018

Kalender MWCNU Pacet 2019, Bingkai Kegiatan NU

MWCNU Pacet Mojokerto kembali meluncurkan kalender 1440/1441 H atau 2019 kepada warga NU se kecamatan Pacet. Kalender yang terdiri dari empat halaman itu berisi tentang laporan berbagai macam kegiatan selama kurun waktu satu tahun 2018.
Kalender itu akan segera didistribusikan melalui kegiatan kubroan muslimat dan fatayat NU. Teknis selanjutnya akan dikordinadikan dengan pengurus ranting NU, Ansor dan IPNU IPPNU tingkat ranting.
Halaman pertama berisi foto kegiatan NU. Halaman kedua berisi kegiatan Muslimat NU. Sedangkan halaman tiga berisi foto kegiatan Fatayat NU dan IPPNU. Adapun halaman keempat berisi tentang kegiatan GP Ansor dan IPNU se kecamatan Pacet.
Menurut sekretaris MWC NU Pacet sekaligus konseptor kalender, Agus Santoso, kalender terpadu ini sudah berada di Graha NU Pacet dan siap edar. Sebagai ganti cetak tiap eksemplarnya dihargai infaq sebesar 15.000 rupiah. Besaran infaq itu sudah sangat sebanding dengan ukuran Kalender 62x42 tersebut. Bahkan kualitas kertas dan gambarnya tergolong bagus.
Sisa biaya cetak kalender itu seluruhnya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan aula utama Graha NU di lantai tiga. 
Melalui kalender yang rutin dicetak tersebut diharapkan akan semakin merekatkan ukhuwah nahdliyah sesama warga NU dan pengurus. Begitu pula kegiatan yang sudah dilaksanakan dapat dievaluasi, dikenang dan ditingkatkan melalui visual kalender. (Agus Santoso)


Selasa, 18 September 2018

Ketua MWCNU Pacet Pertama Seorang Veteran Hizbullah



Ketika kantor MWCNU Pacet yang sekarang dikenal dengan sebutan Graha NU Pacet sudah mulai dilanjutkan pembangunannnya, saya bersama bapak ketua MWCNU Pacet, M.Yusuf, S.Pd.I berkeinginan mendokumentasikan foto para pendahulu pejuang NU di kecamatan Pacet terutama rais dan ketua era pertama secara struktural di MWCNU kecamatan Pacet. Foto itu akan dipasang di kantor MWCNU Pacet sebagai bentuk penghormatan kepada beliau beliau dan suri tauladan bagi generasi sekarang dan yang akan datang.
Sejak tahun 2015 saya mulai mencari dan mengumpulkan foto foto beliau dari dokumentasi keluarga masing masing. Menurut dokumen buku panduan konferensi MWCNU tahun 2011 disebutkan, Rais pertama MWCNU Pacet adalah KH Faqih Abdul Wahab Pasinan Cepokolimo dan ketua tanfidznya adalah Kyai Danun Treceh Sajen tahun 1940 - 1970. Data itu dibenarkan oleh tokoh tokoh NU dan masyarakat termasuk pelaku sejarah yang waktu itu masih hidup.
Foto KH Faqih Abdul Wahab sudah saya koleksi dan terpasang di dinding Graha NU pacet, sedangkan foto Kyai Danun saya belum menemukan. Foto para sesepuh pengurus MWCNU Pacet yang lain juga sudah berhasil saya kumpulkan diantaranya foto Kyai Abdul Shomad (tokoh Ansor), KH. Amir Syuhadak, KH Syamsul Huda Amir, dan KH. Abdul Munif.
Dengan meminta bantuan para pengurus MWCNU dan warga Nahdliyin, pencarian foto Kyai Danun terus saya upayakan. Namun sekian lama usaha itu belum juga mendapatkan hasil. Mungkin dikarenakan kurang sungguh sungguhnya saya untuk mencarinya, wallahu a'lam.
Tetapi Alhamdulillah pencarian itu kemarin sudah berakhir. Saya berhasil menemukan foto kyai Danun yang seakan terlupakan untuk didokumentasikan tersebut. Karena mencari foto jejak sejarah itu memang membutuhkan ketekunan dan kesungguhan. Ketika niat itu muncul kembali saya segera mencari informasinya dan usaha itu bersamaan dengan turunnya hidayah dari Allah SWT sehingga akhirnya berhasil. Bagaimana proses penemuan foto tersebut ? Berikut ceritanya.
Kemarin (Senin, 17 September 2018) jam 13.30 saya berangkat ke PCNU Mojokerto guna mengambil SK ranting NU yang baru melaksanakan musran di kecamatan Pacet. Setelah melakukan pengecekan data akhirnya SK itu saya foto kopi jadi dua baru setelah itu distempel.
Foto kopi yang satu untuk arsip PCNU Mojokerto, satu lagi untuk arsip MWCNU Pacet dan yang asli akan diberikan kepada ranting-ranting NU se kecamatan Pacet.
Setelah itu saya sholat Ashar dan segera pulang ke Pacet karena bermaksud mengantarkan surat undangan rapat persiapan Konfercab PCNU Mojokerto kepada Rais dan ketua ranting NU yang belum menerima undangan. Sebagian undangan sudah diberikan kepada ketua atau rais ranting NU ketika mengikuti pertemuan kader PKPNU pada hari Jumat kemarin di Graha NU Pacet.
Ketika tiba mengantarkan surat ke Ust Musyaffa, ketua ranting NU desa Sajen saya teringat tentang Kyai Danun, ketua MWCNU kec Pacet pertama sekitar tahun 1940 an. Dari penuturan bibi ipar saya, ibu Mariatun Baraan Cepokolimo yang berasal dari Treceh bahwa Kyai Danun masih mempunyai anak yang masih hidup sampai sekarang yaitu ibu Hj. Juwariyah treceh. Dari informasi itulah saya kemudian menanyakan kepada ketua ranting NU sajen tentang keberadaan ibu Hj Juwariyah. Ust Musyaffa yang juga menjadi menantu Gus Mian ini menjawab kalau rumah ibu Hj Juwariyah berada di sebelah jalan Raya dekat musholla Pak Umar. Pak Umar sendiri adalah saudara ibu Hj Juwariyah.
Akhirnya pada pukul 18.30 saya bergegas ke rumah beliau. Setelah memastikan kebenaran rumah beliau kepada tetangga dekatnya akhirnya saya yakin dan memberanikan diri mengetuk pintu sambil mengucap salam. Dari dalam rumah terdengar suara seorang nenek yang sedang membaca ayat suci Alquran.
Begitu mendengar salam saya, nenek itu bergegas ke pintu sambil menjawab salam. Tampak tangan kanannya masih memegang kitab suci Alquran. Nenek itu seakan ragu membukakan pintu karena memang beliau sedang sendirian di rumah. Apalagi belum kenal saya sama sekali.
Setelah saya memperkenalkan diri utusan dari pengurus NU beliau langsung membukakan pintu. Saya dipersilahkan masuk dan duduk di sofa. Setelah memperkenalkan nama saya lanjutkan dengan mengutarakan niat saya bertamu. Beliau nampak sumringah ketika saya menyebut perjuangan Kyai Danun pada NU pada masa penjajahan Belanda. Akhirnya beliau mengatakan bahwa kyai Danun adalah ayahnya. Kyai Danun mempunyai dua orang anak yaitu Arkat atau Pak Umar dan Juwariyah, beliau sendiri. Dengan bersemangat Ibu Hj Juwariyah kemudian bercerita tentang perjuangan kyai Danun di NU. Bahkan beliau sendiri mengaku sering diajak ayahnya blusukan ke kampung kampung untuk berdakwah mengenalkan Islam dan NU.
Beliau menuturkan bahwa kyai Danun adalah veteran dari laskar Hizbulloh bersama KH Amir Syuhadak Pacet yang ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ketika saya menanyakan foto kyai Danun, beliau mengaku tidak punya fotonya karena satu satunya foto yang pernah ada tidak terawat dan rusak.
Saya pun tidak putus asa. Barangkali masih ada foto dari sumber lain yang mungkin bisa saya cari jejaknya. Dengan rendah hati saya mengutarakan niat MWCNU pacet yang ingin menghormati kyai Danun dengan memajang fotonya di kantor MWCNU agar generasi muda mengetahui sejarah perjuagannya, ibu Hj Juwariyah akhirnya bercerita. Ketika itu pihak keluarga disuruh mengurus dokumen pengajuan veteran untuk kedua kalinya. Pengajuan pertama sudah berhasil. Salah satu syarat di pengajuan itu harus dilampirkan foto orang yang diajukan. Entah apa yang terjadi ternyata pengajuan itu tidak pernah ada kabar hasilnya. Ketika ditanyakan kepada KH Amir Syuhadak sebagai pihak pengumpul data, beliau mengaku belum menerima surat ajuan. Padahal berkasnya sudah dibuatkan dengan data yang lengkap.
Ketika foto satu satunya telah rusak, keluarga sudah merasa kehilangan kenangan dengan wajah kyai Danun semenjak wafatnya. Ketika istri kyai Danun, ibu Siti Fatimah juga wafat, ibu Juwariyah teringat akan berkas ajuan veteran itu. Yang beliau ingat adalah disana ada foto kyai Danun.
Akhirnya berkas berhalaman empat itu ditemukan dan disimpan baik baik oleh anak kyai Danun. Ibu Hj Juwariyah baru mencarinya kembali ketika saya menginginkan foto itu.
Pada awalnya beliau ragu untuk menyerahkan dokumen tersebut kepada saya, takut saya bawa dan tidak kembali. Saya segera menangkap kekhawatiran ibu Hj Juwariyah. Dengan lirih saya sampaikan bahwa saya hanya ingin memfotonya dengan kamera HP saja. Beliau setuju. Setelah saya foto dokumen itu saya serahkan kembali kepada beliau. Alhamdulillah.
Sebelum saya pulang, saya meminta izin bila suatu hari nanti saya akan kembali dan ingin ditunjukkan letak makamnya kyai Danun dan dapat berdoa di sana bersama para pengurus NU. Saya juga menyampaikan bahwa setiap harlah NU, pengurus MWCNU dan Banomnya serta ranting NU mengadakan ziarah ke makam para pendahulu NU di kecamatan Pacet. Dan Harlah NU tahun depan mudah mudahan dapat menziarahi makam kyai Danun. Ibu Hj Juwariyah mengangguk dan mengatakan bahwa pesarehan ayahnya tidak ada tanda khusus. Sebelum wafat kyai Danun berpesan agar kuburnya tidak dikijing/ ditembok karena menghormati hak sesama muslim lainnya yang dikuburkan di pesarean umum desa tersebut. Kyai Danun lahir pada tahun 1915 dan wafat pada tahun 1970. Semoga amal bhakti beliau diterima oleh Allah SWT dan dapat berkumpul bersama para pejuang NU, para ulama dan syuhada di alam akhirat. Aamiin yaa Rabbal Aalamiin. (Agus Santoso)


Senin, 17 September 2018

Antologi Islam Nusantara


Antologi ISLAM NUSANTARA

Di mata Kyai, Habib, Santri dan Akademisi

© Pesantrenpedia Press


13.5 x 20.5 cm; iv + 84 halaman

Cetakan I: Agustus 2015



Penyusun: Abi Attabi’

Editor: Ridlo

Desain Cover: Agung Istiadi

Layout: Iqbal Novian


Dilarang memproduksi atau memperbanyak seluruh maupun sebagian dari buku ini dalam bentuk atau cara apapun tanpa izin tertulis dari penulis.

Penerbit & Percetakan:

Aswaja Pressindo

Anggota IKAPI No. 071/DIY/2011

Jl. Plosokuning V, No 73 Minomartani

Sleman, Yogyakarta

Email: aswajapressindo@gmail.com

Web: www.aswajapressindo.co.id

Telp: 0274-4462377




 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kaum muslimin yang terhormat, beberapa tahun belakangan ini kita sering mendengar istilah atau sebutan Islam Nusantara. Secara sederhana istilah itu diarahkan kepada umat Islam yang berada di Nusantara atau Indonesia. Namun sesuai dengan perkembangannya umat Islam yang bermukim di Indonesia tersebut mempunyai pendapat beragam tentang penggunaan istilah Islam Nusantara. Ada yang pro dan kontra. Ada pula yang berdiam diri tidak mau langsung menyalahkan pihak pencetus dan pendukung.
Untuk lebih jelasnya agar kita dapat berfikir secara obyektif dan ilmiah tentang Islam Nusantara, maka ada baiknya para pembaca yang budiman untuk membaca salah satu buku yang mengulas tentang Islam Nusantara karangan Abi Attabi'. Buku tersebut dapat anda Downloud DI SINI.

Kamis, 06 September 2018

Sosialisasi Kartu Pelajar NU di Kecamatan Pacet

Menindak lanjuti surat himbauan dari pengurus cabang LP Maarif NU kabupaten Mojokerto, tadi siang diadakan rapat Sosialisasi kartu pelajar berbasis Kartanu di Graha NU Pacet.
Rapat yang dihadiri para kepala madrasah ini dimulai pada pukul 09.30 wib. Selain kepala madrasah, LP Maarif MWCNU pacet juga mengundang Sekolah yang berbasis pesantren atau yayasan yang islami. Madrasah atau sekolah yang diundang meliputi tingkat MI/SDI, MTs/SMP, MA/SMA/SMK. Sedangkan pemateri berasal dari pengurus wilayah (PW) LP Maarif NU Jawa Timur.
Hal ini dimaksudkan agar lembaga pendidikan Islam formal yang di lingkungan NU dapat memiliki identitas secara penuh sebagai bagian dari kebesaran NU atau ahlussunnah waljamaah.
Rencananya semua siswa siswi di madrasah atau lembaga formal pondok pesantren atau yayasan Islam ahlussunnah waljamaah di kecamatan akan diusahakan agar memiliki kartu pelajar berbasis kartanu. Biaya cetak kartu diperkirakan mencapai 8.000 rupiah persiswa.

Sosialisasi Konfercab NU Mojokerto 2018



Hari ini, Kamis 6 September 2018 PCNU kabupaten Mojokerto mengadakan rapat sosialisasi Konfercab NU kepada MWC dan ranting NU se kec. Pacet. Mojokerto bertempat di ponpes Husnul Hidayah ketanen Gondang. Undangan terdiri dari pengurus PCNU yang tergabung dalam panitia konfercab, empat orang dari syuriah dan tanfidziyah MWCNU dan rais serta ketua ranting se kabupaten Mojokerto.
Panitia konfercab mengatakan bahwa konfercab NU mojokerto sedianya akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 Oktober 2018.
Adapun berkas yang dibutuhkan berupa
 1. data pribadi, foto berwarna (setor ke PCNU tgl 29 Seb
Ptember)
2. Surat mandat lembaga dan foto copy SK yang masih berlaku (dikumpulkan tgl 29 september 2018.)
Salah satu materi yang disampaikan adalah berkenaan dengan proses pemilihan ahwa yang akan memilih rais dalam konfercab NU kabupaten Mojokerto tersebut.
Selain itu akan dilaksanakan silatda kader PKPNU se jawa timur di Sumenep bulan oktober 2018 nanti

Minggu, 02 September 2018

Ustadz Zaki Ahmadi Tutup Usia






Innaa lillaahi wainnaa ilaihi raajiuun. Warga NU kecamatan pada pukul 19.12 wib dikejutkan dengan kabar wafatnya ust. Zaki Ahmadi, S.Ag. Beliau adalah pengurus MWCNU Pacet yang sudah cukup lama berjuang di NU. Jabatan terakhir di MWCNU Pacet adalah wakil katib II. 
Selain itu beliau juga menjadi Rais ranting NU desa Pacet yang baru saja terpilih untuk masa khidmad 2018-2023. Di lembaga Aswaja NU center pacet beliau juga menjadi wakil ketua. Beliau adalah salah satu aktifis dan pengurus NU yang banyak berkiprah diberbagai kegiatan NU sehingga banyak pengurus ranting dan warga masyarakat yang mengenal. 
Disamping itu ust. Zaki Ahmadi diakhir hayatnya juga masih berstatus sebagai pengajar di pondok pesantren Riyadlul Jannah pacet dan Pondok pesantren Amanatul Ummah Pacet. Sehingga tidak mengherankan pelayat yang datang ikut memberi penghormatan terakhir berjumlah ratusan orang. Beliau wafat dengan meninggalkan istri dan tiga orang anak. Dari keterangan kerabat dekatnya ust. Zaki Ahmadi beberapa bulan ini memang terlihat sering drop kondisi kesehatannya. Hal ini disebabkan penyakit diabetes yang dideritanya serta banyaknya aktifitas yang diembannya. Segala upaya pengobatan telah dilakukan namun Allah SWT berkehendak lain dengan memanggil beliau untuk selama lamanya.
Menurut istri almarhum, Ibu Hanik Muniah, S.Ag yang juga menjabat sebagai ketua PAC Fatayat kecamatan Pacet, bahwa suaminya selama ini memang tidak banyak mengeluhkan kondisi kesehatanya yang semakin menurun. Semangat perjuangan dan pengabdiannya memang luar biasa. Jenazah almarhum dimakamkan di pemakaman keluarga yang lokasinya berada di sebelah barat pondok pesantren Fathul Ulum pacet.
Semoga amal kebaikan beliau diterima oleh  Allah SWT dan segala khilafnya diampuni serta keluarga yang ditinggalkan mendapat kesabaran dan lindungan-Nya. Aamiin ya Rabbal alamin