Berkhidmat Kepada Umat Berbakti Kepada Negeri, Memacu Kinerja, Mengawal Kemenangan Indonesia

Rabu, 29 Desember 2021

Perkuat Aset, MWCNU Pacet Adakan Ikrar Waqaf 2 Musholla Bernadzir BHPNU

 


Graha NU Pacet-Mojokerto
, Dalam rangka memperkuat dan menyelamatkan aset NU dan warga NU, MWCNU Pacet bersama tim LWPNU mengadakan ikrar waqaf dua musholla sekaligus pada hari Rabu, 29 Desember 2021.

Ikrar waqaf tersebut berlokasi di musholla Baitul Jannah dan musholla Baitul Mukminin. Keduanya berada di dusun/desa Sumberkembar kecamatan Pacet Mojokerto.

Ikrar pertama di musholla Baitul Jannah dipimpin oleh PPAIW kecamatan Pacet, bapak Abdul Kholiq. Bertindak sebagai nadzir MWCNU Pacet bapak Agus Santoso, M.Pd.I. Sedangkan waqifnya adalah ibu Riati. Dan disaksikan oleh kepala dusun bapak Suwito dan bapak Shodiqin. Yang menggembirakan adalah dalam proses ikrar waqaf tersebut juga disaksikan bapak kepala desa Sumberkembar dan beberapa staff KUA Pacet


Selanjutnya ikrar waqaf kedua dilaksanakan di musholla Baitul Mukminin yang berada di RT 004 RW 002 dusun Sumberkembar. Petugas ikrarnya tetap sama tetapi saksinya adalah bapak kepala dusun dan bapak mujib. Sedangkan waqifnya bapak Riadi Santoso. 

Bapak Agus Santoso selaku ketua nadzir MWCNU Pacet mengatakan bahwa pihaknya telah berkomunikasi dengan kepala desa Sumberkembar dan beliau menyetujui akan merubah nadzir waqaf dari beberapa masjid musholla di desanya yang asalnya perseorangan menjadi nadzir BHPNU. (Gus)

Beberapa foto dokumentasi lainnya :






Sabtu, 25 Desember 2021

Pasca Pandemi, MWCNU Pacet Awali Lailatul Ijtima di Ranting Mojokembang

 

Graha NU Pacet-Mojokerto, MWCNU Pacet melalui LDNU nya melaksanakan kembali lailatul ijtima pasca pandemi covid-19 pada hari Sabtu, 25 Desember 2021 di ranting desa Mojokembang Pacet.

Kegiatan utama warga NU itu dihadiri oleh KH Iskandar Munir (Mustasyar), KH Abdul Jamil (Rais), ust Agus Santoso (Ketua) dan beberapa pengurus Harian MWCNU serta lembaga. Dan tentunya pengurus Lembaga Dakwah MWCNU Pacet, ust Nur Khozin, ust M. Toha dan ust H Yasin Abdulloh.

Sedangkan dari tuan rumah tampak hadir ketua ranting NU dan jajarannya, pengurus takmir masjid, perangkat desa, Muslimat, Fatayat dan Ansor serta warga NU desa Mojokembang

Lailatul ijtima itu sendiri diletakkan di masjid Al Hikmah yang berada di Mojokembang Barat. Pada pagi harinya di masjid itu juga dilantunkan ayat suci Alquran oleh para hafidhoh dari JQHNU kecamatan Pacet.

Dalam sambutannya ketua MWCNU Pacet menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut menyukseskan kegiatan lailatul ijtima tersebut. Selain itu beliau juga memaparkan program program NU diantaranya ziarah NU, kalenderisasi dan koin NU serta meminta dukungan dan doanya. 

Selanjutnya dalam taushiyahnya, KH Iskandar Munir mengupas tentang pentingnya ber-NU bagi warga, bangsa Indonesia bahkan warga dunia.

Acara lailatul ijtima kemudian ditutup dengan pembacaan doa bersama yang dipimpin oleh KH Abdul Jamil, rais MWCNU Pacet. (Gus)

Dokumentasi lailatul ijtima :








Kamis, 23 Desember 2021

Perkokoh Arah Program, LTN MWCNU Pacet Diskusi Dengan Ketua MWCNU

 



Graha NU Pacet-Mojokerto
, Untuk memperkokoh arah program Lembaga Ta'lif wan Nasyr MWCNU Pacet melakukan silaturrahmi dan koordinasi dengan ketua MWCNU Pacet, Bapak Agus Santoso (23/12/2021).

Pertemuan yang dilakasanakan di Graha NU Pacet tersebut diikuti oleh pengurus inti LTN MWCNU Pacet masa khidmat 2021-2026 dipimpin langsung oleh ketuanya, mas Afifurrohman.

Dalam kesempatan itu tim LTN menyampaikan beberapa program sekaligus meminta nasehat dan petunjuk kepada ketua MWCNU Pacet. Kebetulan bapak Agus begitu panggilannya, sebelum menjadi ketua MWCNU Pacet beliau adalah admin web MWCNU Pacet dan sangat aktif membuat postingan.

Dari situlah tim LTN ingin mengetahui lebih banyak sejarah NU pacet dan juga webnya. Selain itu mereka juga mengajak diskusi terkait problem jurnalistik khususnya yang terkait dengan perkembangannya di kecamatan.

Pak Agus yang didampingi mbah Mut menyatakan bahwa sudah waktunya MWCNU Pacet mempunyai web yang representatif untuk mengembangkan dakwah Islam. Khususnya berita dan karya ilmiah berupa tulisan yang berasal dari kader NU kecamatan Pacet.

Dalam kesempatan itu ketua MWCNU Pacet juga menyampaikan gagasan untuk pendirian studio mini di lantai tiga Graha NU yang berfungsi sebagai base camp LTN dan pusat penyiaran digital MWCNU Pacet. 

Ketua LTN menyambut gembira wacana itu dan berharap terus bisa memberikan kontribusi di bidang jurnalistik melalui LTN MWCNU Pacet dengan terus bergerak, koordinasi dengan lembaga dan banom serta konsolidasi internal LTN. (Gus)

 

Senin, 20 Desember 2021

MWCNU Pacet Ikut Saksikan MOU PCNU dangan Kemenag dan BPN Mojokerto Terkait Perwakafan.

 



Graha NU Pacet-Mojokerto, Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan perwakafan, PCNU Mojokerto kembali  menggelar rapat Sosialisasi MOU percepatan sertifikat wakaf pada Ahad, 12 Desember 2021.

Kegiatan yang dihadiri oleh seluruh ketua MWCNU dan dua pejuang waqaf dari unsur LWP MWCNU itu menghasilkan beberapa point penting. Diantaranya kesiapan petugas BPN untuk memberikan layanan pengurusan Sertifikat tanah perwakafan secara graris dan cepat.

Selain itu acara sosialisasi MOu perwakafan itu terbilang sukses karena dihadiri bpk Mustain ketua LWP PWNU Jawa Timur, Drs Barozi kepala kankemenag kabupaten mojokerto , ketua BWI Mojokerto, KH Dimyati dan tokoh tokoh lainnya. 

Dengan adanya MOU ini diharapkan para pejuan waqaf yamg dikomandani ketua MWCNU akan semakin semangat dalam berjihad menyelamatkan aset umat Islam dan juga warga NU dengan sertifikat wakaf bernadzir BHP NU. (Gus)



Senin, 13 Desember 2021

Peduli Korban Erupsi Semeru, LP Maarif NU-Lazisnu MWCNU Pacet Galang Donasi

 

Graha NU Pacet-Mojokerto, Menindaklanjuti seruan LP Maarif NU dan Lazisnu PCNU kabupaten Mojokerto  terkait penggalangan dana untuk korban erupsi Semeru, LP Maarif NU-Lazisnu MWCNU Pacet kembali mengadakan rangkaian kegiatan galang dana sosial.

Program itu dimulai dengan penggalangan dana melalui Musyker MWCNU Pacet (5/12/2021), galang dana dari pengguna jalan disekitar bunderan Pacet (12/12/2021), melalui lembaga MI se kecamatan Pacet (13/12/2021) dan UPZIS ranting NU. 

Ketua Lazisnu MWCNU Pacet, Nur Rohim membeberkan bahwa penggalangan dana sosial ini seyogyanya dapat disempuyung oleh semua elemen NU di kecamatan Pacet. 

Menurut H Tarwi EW selaku ketua LP Maarif MWCNU Pacet mengatakan bahwa semua dana yang terkumpul nantinya akan dikirim ke PCNU. Selanjutnya PCNU Mojokerto akan menyalurkan secara langsung ke lokasi bencana di Lumajang. Tentunya tetap berkoordinasi dengan PW Lazisnu dan PCNU kabupaten Lumajang. 

Berikut beberapa foto kegiatan yang berhasil kami himpun..








Minggu, 12 Desember 2021

Ranting Belum Siap, Kubroan Muslimat Dipusatkan di Graha NU Pacet


Graha NU Pacet- Mojokerto, Untuk mengistiqomahkan kegiatan, muslimat menggelar kubroan tingkat kecamatan di Graha NU Pacet, Ahad 12 Desember 2021

Menurut ketua PAC Muslimat kecamatan Pacet, Hj Asfiyatin, S.Pd kubroan di Graha NU Pacet ini dilakukan karena ranting/desa belum siap ketempatan.

Beliau memaklumi bahwa sampai saat ini pemerintah desa masih belum siap mengadakan kegiatan skala kecamatan. Sehingga pengurus ranting muslimat juga tidak bisa memaksa.

Sementara itu ketua MWCNU Pacet, ust Agus Santoso dalam sambutannya menyampaikan bahwa Graha NU Pacet terbuka bagi kegiatan muslimat termasuk kubroan atau majelis taklim dan sudah sering dilakukan.

"Tentunya harus tetap koordinasi dengan pengelola Graha NU", ungkapnya. "Hal ini penting dilakukan agar tidak bentrok dengan kegiatan lain di Graha NU dan pengelola bisa menyiapkan tempat dan sound sistem yang dibutuhkan", imbuhnya. (Gus)


Sabtu, 04 Desember 2021

LDNU Pacet Sukses Gelar JIMAT


 

Pacet, NU Pacet Mojokerto – Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kecamatan Pacet sukses menyelenggarakan kegiatan Ngaji Aswaja pada Jumat (03/12) setelah sholat ashar tepatnya pukul 15:00 WIB bertempat di Graha NU Pacet. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutinan tiap Jumat Pon yang dinamai dengan JIMAT (Ngaji Jumat).

 Hadir dalam acara tersebut KH. Iskandar Munir sebagai Qori’ dan Gus Khotib (asnuter), ketua LDNU Pacet, Nur Khozin dan sejumlah pemateri yang terdiri dari unsur Syuriah dan Mustasyar MWC NU Pacet.

Bapak Toha selaku Bendahara LDNU Pacet menerangkan bahwa dalam kegiatan JIMAT ini banyak perihal kelimuan yang disampaikan, di antaranyaNgaji Asnuter Hujjah Aswaja, Muallif KH. Makhsum lalu Adabul Alim wal Mutallim KH Hasyim Asy’ari dan Risalah Aswaja Karangan KH. Hasyim Asy’ari yang mana dalam realisasinya dilaksanakan secara bergantian.

 “Harapannya dari kegiatan JIMAT ini mampu memberikan pondasi ke Aswaja an kepada seluruh banom MWC NU lebih khususnya pengurus LDNU Kecamatan Pacet,” pungkasnya.

 

Kontributor: Ysrl LTN NU Pacet

Minggu, 21 November 2021

Sukses! Rutinan Takmir Masjid LTM MWCNU di Sendi Pacet Selatan

 


Graha NU Pacet-Mojokerto, Salah satu kegiatan rutin warga NU yang cukup terkenal di Pacet adalah Pengajian Takmir Masjid dan takmir musholla se kecamatan yang biasanya disebut koordinasi masjid. Jamaahnya selalu membludak.

Hal serupa juga terjadi pada Ahad wage, 21 Nopember 2021. Kegiatan yang masuk dalam program LTMI MWCNU pacet hari ini ditempatkan di masjid dusun Sendi Desa Pacet. Sendi adalah sebuah dusun yang berada di tengah hutan antara jalur Pacet-Cangar Batu. 

Di Jawa Timur jalur ini sangat terkenal ekstrem dan berbahaya. Disamping  medan jalan yang menanjak, di kanan kirinya terdiri dari jurang jurang yang dalam. Sehingga sangat membahayakan dan sering terjadi kecelakaan baik mobil maupun motor. Karena itulah masyarakat menyebut jalur ini dengan sebutan jalur tengkorak. Sebutan yang yang cukup seram.

Meskipun medannya turun naik yang memacu adrenalin, kenyataanya tidak menyurutkan niat dan semangat para takmir masjid dan musholla untuk berbondong bondong datang ke masjid Sendi. Keren!!!

Bagi yang tidak berani membawa motor ke atas,  masyarakat Sendi dan Gothean telah menyediakan mobil yang siap antar jemput para jamaah takmir masjid musholla. Mobil gratis antar jemput ini stand by di sekitar masjid Gothean Pacet.   

Para kyai yang menjadi qori kitab kajian adalah KH Iskandar Munir, KH Abdul Jamil, KH Mubayyin Syafii dan KH Khotibul Umam. Selain itu para pengurus kordinasi masjid dan Banser Ansor pengaman jalan juga tampak kompak. 

Dalam kegiatan itu dihadiri pula oleh ketua MWCNU Pacet, ust Agus Santoso, M.Pd.I  dan para sesepuh NU yang lain. Menurut ketua MWCNU Pacet, Kegiatan takmir masjid di Sendi ini tergolong sukses karena persiapan masyarakat yang baik dan tetap kompaknya para jamaah takmir masjid dan musholla se kecamatan Pacet. (Gus)

Rabu, 10 November 2021

Refleksi Hari Pahlawan, Melawan Ketidakadilan Pembuat Sejarah

 

Warta Graha NU Pacet Mojokerto.

Mengapa kalangan muslim modernis dan kalangan sosialis kecewa kepada kepemimpinan Presiden Jokowi?

Dalam sejarah pertempuran 10 November 1945, awalnya tidak ada yang mau mengakui fatwa & resolusi jihad itu pernah ada. Tulisan Prof. Ruslan Abdul Gani, yang ikut terlibat, resolusi jihad disebut tidak pernah ada.

Bung Tomo yang berpidato teriak-teriak, dalam bukunya juga tidak pernah menyebutkan bahwa fatwa & resolusi jihad pernah ada. Laporan tulisan Mayor Jendral Sungkono juga tidak menyebut pernah ada fatwa & resolusi jihad.

Karena itu, banyak orang menganggap fatwa & resolusi jihad itu hanya dongeng dan cerita orang NU saja.

“Di antara elemen bangsa Indonesia yang tidak memiliki peran dan andil dalam usaha kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia itu hanya golongan pesantren khususnya NU,” itu kesimpulan seminar nasional di PTN besar di Jakarta tentang perjuangan menegakkan Negara Republik Indonesia, pada 2014. Bahkan dengan sinis salah seorang mereka menyatakan, “Organisasi PKI, itu saja pernah berjasa karena pernah melakukan pemberontakan tahun 1926 melawan Belanda. NU tidak pernah.” Aneh.

Pandangan ini juga pernah dianut oleh tokoh-tokoh LIPI. Gus Dur juga mengkonfirmasi bahwa sejarah ulama dan kiai memang sudah lama ingin dilenyapkan. Tahun 1990 ada peringatan 45 tahun pertempuran 10 November. Yang jadi pahlawan besar dalam pertempuran 10 November diumumkan dari golongan itu, yakni orang terpelajar yang berpendidikan tinggi. Nama-nama mereka muncul tersebar di televisi, koran, dan majalah.

“Itu ceritanya, 10 November yang berjasa itu harusnya Kyai Hasyim Asy'ari dan para kiai. Kok bisa yang jadi pahlawan itu wong-wong sosialis?" begitu komentar Nyai Sholihah, ibu Gus Dur.

Dari situlah Gus Dur diminta untuk klarifikasi. Lalu Gus Dur meminta klarifikasi, menemui tokoh-tokoh tua & senior di kalangan kelompok sosialis, mengenai 10 November. Sambil ketawa-ketawa mereka menjawab, “Yang namanya sejarah dari dulu kan selalu berulang, Gus. Bahwa sejarah sudah mencatat, orang bodoh itu makanannya orang pintar!”

“Yang berjasa orang bodoh, tapi yang jadi pahlawan wong pinter. Itu biasa, Gus”, katanya kepada Gus Dur. Gus Dur marah betul dibegitukan. Sampai tahun 90-an NU masih dinganggap bodoh oleh mereka. Tahun 1991 Gus Dur melakukan kaderisasi besar-besaran di kalangan anak muda NU.

Anak-anak santri dilatih mengenal analisis sosial (ansos) dan teori sosial, filsafat, sejarah, geopolitik, dan geostrategi. Semua diajarkan supaya tidak lagi dianggap bodoh. Dan kemudian berkembang hingga kini. “Saya termasuk yang ikut pertama kali kaderisasi itu, karena itu, agak faham,” kata Dr. H. Agus Sunyoto.

Saat penulis sejarah Indonesia menyatakan fatwa dan resolusi jihad tidak ada, Dr. H. Agus Sunyoto menemukan tulisan sejarawan Amerika, Frederik Anderson. Dalam tulisanya tentang penjajahan Jepang di Indonesia selama 1942-1945, ia menulis begini:

"Pada 22 Oktober 1945 pernah ada resolusi jihad yang dikeluarkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama di Surabaya. Tanggal 27 Oktober, Koran Kedaulatan Rakyat juga memuat lengkap resolusi jihad. Koran Suara Masyarakat di Jakarta, juga memuat resolusi jihad."

Peristiwa ini ada, sekalipun orang Indonesia tidak mau menulisnya karena menganggap NU yang mengeluarkan fatwa sebagai golongan lapisan bawah. Sejarah dikebiri. Dokumen-dokumen lama yang sebagian besar berbahasa Belanda, Inggris, Perancis, Jepang, dan sebagainya, dibongkar.

Patahlah semua anutan doktor sejarah yang menyatakan NU tidak punya peran apa-apa terhadap kemerdekaan.

Ketika Indonesia pertama kali merdeka 1945, kita tidak punya tentara. Baru dua bulan kemudian ada tentara. Agustus, September, lalu pada 5 Oktober dibentuk tentara keamanan rakyat (TKR). Tanggal 10 Oktober diumumkanlah jumlah tentara TKR di Jawa saja. Ternyata, TKR di Jawa ada 10 divisi. 1 divisi isinya 10.000 prajurit. Terdiri atas 3 resimen dan 15 batalyon.

Artinya TKR jumlahnya ada 100.000 pasukan. Itu TKR pertama yang nantinya menjadi TNI. Dan komandan divisi pertama TKR itu bernama Kolonel KH. Sam’un, pengasuh pesantren di Banten. Komandan divisi ketiga masih kiai, yakni kolonel KH. Arwiji Kartawinata (Tasikmalaya). Sampai tingkat resimen kiai juga yang memimpin.

Fakta juga, resimen 17 dipimpin oleh Letnan Kolonel KH. Iskandar Idris. Resimen 8 dipimpin Letnan Kolonel KH. Yunus Anis. Di batalyon pun banyak komandan kiai. Komandan batalyon TKR Malang misalnya, dipimpin Mayor KH. Iskandar Sulaiman yang saat itu menjabat Rais Suriyah PCNU Kabupaten Malang. Ini dokumen arsip nasional, ada di Sekretariat Negara dan TNI.

Tapi semua data itu tidak ada di buku bacaan anak SD/SMP/SMA. Seolah tidak ada peran kiai. KH. Hasyim Asy'ari yang ditetapkan pahlawan nasional oleh Bung Karno pun tidak ditulis. "Jadi jasa para kiai dan santri memang dulu disingkirkan betul dari sejarah berdirinya Republik Indonesia ini."

Waktu itu, Indonesia baru berdiri. Tidak ada duit untuk membayar tentara. "Hanya para kiai dengan santri-santri yang menjadi tentara dan mau berjuang sebagai militer tanpa bayaran." Hanya para kiai, dengan tentara-tentara Hizbullah "yang mau berkorban nyawa tanpa dibayar." Sampai sekarang pun, NU masih punya tentara swasta namanya Banser, yang juga tidak dibayar.

Tentara itu baru menerima bayaran pada tahun 1950. Selama 45 sampai perjuangan di tahun 50-an itu, tidak ada tentara yang dibayar negara. Kalau mau sedikit berpikir, pertempuran 10 November 1945 di Surabaya adalah peristiwa paling aneh dalam sejarah. Kenapa? Kok bisa ada pertempuran besar yang terjadi setelah perang dunia selesai 15 Agustus 1945.

"Sebelum pertempuran 10 November, ternyata ada perang 4 hari di Surabaya, yakni 26, 27, 28, 29 Oktober 1945. Kok ‘ujug-ujug’ muncul perang 4 hari ini ceritanya bagaimana? Jawabnya: Karena sebelum 26 Oktober, Surabaya bergolak, yakni setelah ada fatwa resolusi jihad PBNU pada tanggal 22 Oktober. Kini diperingati sebagai Hari Santri.

Tentara Inggris sendiri aslinya tidak pernah berpikir akan berperang dan bertempur dengan penduduk Surabaya. Perang selesai kok. Begitu pikirnya. Tapi karena masyarakat Surabaya terpengaruh fatwa dan resolusi jihad, mereka siap menyerang Inggris, yang waktu itu mendarat di Surabaya. "Sejarah inilah yang selama ini ditutupi".

Jika resolusi jihad ditutupi, orang yang membaca sekilas peristiwa 10 November akan menyebut tentara Inggris ‘ora waras’. Ngapain mengebomi kota Surabaya tanpa sebab? Tapi kalau melihat rangkaian ini dari resolusi jihad, baru masuk akal. “Oya, marah mereka karena jenderal dan pasukannya dibunuh arek-arek Bonek Suroboyo”.

Fatwa Jihad muncul karena Presiden Soekarno meminta fatwa kepada PBNU: "apa yang harus dilakukan warga Negara Indonesia kalau diserang musuh mengingat Belanda ingin kembali menguasai ???". Bung Karno juga menyatakan "bagaimana cara agar Negara Indonesia diakui dunia ???". Sejak diproklamasikan 17 Agustus dan dibentuk 18 Agustus, tidak ada satu pun negara di dunia yang mau mengakui.

Oleh dunia, Indonesia diberitakan sebagai negara boneka bikinan Jepang. Bukan atas kehendak rakyat. Artinya, Indonesia disebut sebagai negara yang tidak dibela rakyat. Fatwa dan Resolusi Jihad lalu dimunculkan oleh PBNU. Gara-gara itu, Inggris yang mau datang 25 Oktober tidak diperbolehkan masuk Surabaya karena penduduk Surabaya sudah siap berperang.

Ternyata sore hari, Gubernur Jawa Timur mempersilakan. “Silahkan Inggris masuk tapi di tempat yang secukupnya saja”. Ditunjukkanlah beberapa lokasi, kemudian mereka masuk. Tanggal 26 Oktober, ternyata Inggris malah membangun banyak pos-pos pertahanan dengan karung-karung pasir yang ditumpuk & diisi senapan mesin.

“Lho, ini apa maunya Inggris. Kan sudah tersiar kabar luas kalau Belanda akan kembali menguasai Indonesia dengan membonceng tentara Inggris,” begitu kata arek-arek. Pada 26 Oktober sore hari, pos pertahanan itu diserang massa. Penduduk Surabaya dari kampung-kampung keluar ‘nawur’ pasukan Inggris. “Ayo ‘tawur..tawuran...!”

Para pelaku mengatakan, itu bukan perang mas, tetapi tawuran. Kenapa? Gak ada komandanya, tidak ada yang memimpin. “Pokoke wong krungu jihad... jihad… Mbah Hasyim... Mbah Hasyim…”. Berduyun-duyun, arek-arek Suroboyo sudah keluar rumah semua dan langsung tawur sambil teriak ‘Allahu Akbar’ dan itu berlangsung 27 Oktober.

Mereka bergerak karena seruan jihad Mbah Hasyim itu disiarkan lewat langgar-langgar, masjid-masjid, dan speaker-speaker. Pada 28 Oktober tentara ikut arus arek2-arek, ikut gelut dengan Inggris. Massa langsung dipimpin tentara. Dalam pertempuran 28 Oktober ini 1000 lebih tentara Inggris mati dibunuh.

Tapi tentara tidak mau mengakui karena Indonesia meski sudah merdeka, belum ada yang mengakui. Itu jadi urusan besar tingkat dunia jika ada kabar tentara Indonesia bunuh Inggris. Tentara tidak mau ikut campur. Negara belum ada yang mengakui kok sudah klaim bunuh tentara Inggris. Itu semua ikhtiyar arek-arek Suroboyo kabeh.

Pada 29 Oktober pertempuran itu masih terus terjadi. Inggris akhirnya mendatangkan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta untuk mendamaikan. Pada 30 Oktober ditandatanganilah kesepakatan damai tidak saling menembak. Yang tanda tangan Gubernur Jatim juga. Sudah damai, tapi massa kampung tidak mau damai.

Pada 30 Oktober akhirnya Brigadir Jenderal Mallaby digranat arek-arek Suroboyo. Mati mengenaskan "di tangan pemuda Ansor." Ditembak dan mobilnya digranat di Jembatan Merah. Sejarah kematian Mallaby ini tidak diakui oleh Inggris. Ada yang menyebut Mallaby mati dibunuh secara licik oleh Indonesia. Aneh, jenderal mati tapi disembunyikan penyebabnya karena malu.

Inggris marah betul. Masa negara kolonial kalah. Mereka malu dan bingung. Perang sudah selesai, tapi pasukan Inggris kok diserang, jenderalnya dibunuh. Apa ini maksudnya? “Kalau sampai tanggal 9 Nopember jam 6 sore pembunuh Mallaby tidak diserahkan, dan tanggal itu orang-orang Surabaya masih yang memegang bedil, meriam dst. tidak menyerahkan senjata kepada tentara Inggris, maka tanggal 10 Nopember jam 6 pagi Surabaya akan dibombardir lewat darat, laut, dan udara," begitu amuk jenderal tertinggi Inggris.

Datanglah tujuh kapal perang langsung ke Pelabuhan Tanjung Perak. Meriam Inggris sudah diarahkan ke Surabaya. Diturunkan pula meriam Howidser yang khusus untuk menghancurkan bangunan. Satu skuadron pesawat tempur dan pesawat pengebom juga siap dipakai. Surabaya kala itu memang mau dibakar habis karena Inggris marah kepada pembunuh Mallaby.

Pada 9 November jam setengah empat sore, Mbah Hasyim yang baru pulang usai Konferensi Masyumi di Jogja sebagai ketua, mendengar kabar arek-arek Suroboyo diancam Inggris. *“Fardhu a'in bagi semua umat Islam yang berada dalam jarak 94 kilometer dari Kota Surabaya untuk membela Kota Surabaya.”* Ukuran 94 kilometer itu adalah jarak dibolehkannya meng-qoshor dan men-jamak salat.

Wilayah Sidoarjo, Tulungagung, Trenggalek, Kediri, wilayah Mataraman, Mojokerto, Malang, Pasuruan, Jombang datang semua karena dalam jarak radius 94 kilometer. 

Dari Kediri, Lirboyo ini datang dipimpin Kyai Mahrus 'Ali (salahsatu kiai pengasuh generasi awal Ponpes Lirboyo, Kediri)* *Seruan Mbah Hasyim langsung disambut luar biasa. Bahkan Cirebon yang lebih dari 500 kilometer datang ke Surabaya ikut seruan jihad PBNU.

Anak-anak kecil bahkan orang-orang dari lintas agama juga ikut berperang. Orang Konghucu, Kristen, dan Budha semua ikut berjihad. Selain Mallaby, yang juga terbunuh dalam pertempuran di Surabaya adalah Brigadir Jendral Loder Saimen. 

Luar biasa pengorbanan arek-arek Surabaya, para kiai, dan santri. Tapi perjuangan ini belum mendapatkan apresiasi yang semestinya tertulis di buku sejarah nadional Indonesia. 

Meskipun demikian umat Islam khususnya kaum sarungan cukup berbangga hati karena peristiwa resolusi jihad 22 Oktober 2021 sebagai pintu masuk terbukanya jihad melawan penjajah telah ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional.

Selain itu ada banyak tokoh dari kalangan Nahdliyin yang mendapat anugerah sebagai pahlawan nasional. (Gus)


Rakor Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Di Kecamatan Pacet

Warta Graha NU Pacet-Mojokerto, Dalam upaya menanggulangi bencana, camat Pacet mengadakan rapat koordinasi kesiapsiagaan penanggulangan bencana di pendopo kecamatan Pacet, Rabu 10/11/2021.
Rapat koordinasi itu dihadiri oleh forkopimcam pacet, dinas bina marga kabupaten, dinas pengairan, relawan kebencanaan, MWCNU dan Ansor kecamatan Pacet serta kepala desa se kecamatan Pacet dan beberapa unsur lainnya.
Camat Pacet H. Abd Malik, MM menginisiasi rakor ini dengan tujuan agar mengetahui situasi kondisi terkini wilayah pacet terutama yang rawan bencana. Selanjutnya merumuskan program tindakan yang diperlukan.
Dari beberapa laporan dan pantauan diketahui bahwa di Pacet sudah terbentuk tiga desa tanggap bencana yaitu Padusan, Pacet dan Kemiri. Tiga desa itu merupakan daerah aliran sungai kromong yang tahun 2004 lalu sempat mengalami banjir bandang. Dampaknya bukan hanya di kecamatan Pacet tetapi sampai ke kecamatan Gondang, Jatirejo, Sooko dan kota Mojokerto.
Belajar dari kejadian tersebut forum rapat koordinasi mengusulkan agar mulai ada peninjauan, pemantauan, dan penanganan dini terkait kesiapan kebencanaan bagi dinas yang terkait. Terutama kebersihan sungai dari sampah dan bangunan liar. Termasuk penertiban bangunan liar di pinggir jalan atau yang tidak sesuai dengan tata ruang. 
Secara umum, kepala desa sudah siap dan tanggap bila sewaktu waktu terjadi bencana. (Gus)

Minggu, 07 November 2021

Mengikuti Baiat, Kader PKD Ansor Pacet Menangis Haru

 


Warta Graha NU Pacet Mojokerto, Sejumlah kader Ansor Pacet yang mengikuti baiat PKD anggota Ansor terlihat menangis haru. Kejadian ini terlihat ketika acara pwnutupan PKD, Ahad 7/11/2021.

Apel penutupan tersebut dilaksanakan di lantai dak atap pondok pesantren Al Falah Pacet. Para peserta PKD berbaris di sebelah utara disusul tiga banser pembawa bendera merah putih, NU dan Ansor yang berjejer di sebelah barat.

Para kyai MWCNU dan ketua banom berada di sebelah selatan dan panitia serta pengurus PAC Ansor Pacet berderet di sebelah timur. 

Setelah peserta PKD dibaiat kemudian maju satu persatu dan kepalanya disiram dengan air kembang yang harum. Selanjutnya mereka mengadakan gerakan hormat kepada bendera merah putih dan menciumnya. Disusul menundukkan kepala dan mencium bendera NU dan Ansor dengan penuh bangga.

Dengan gerakan menunduk atau berjongkok mereka satu persatu sungkem kepada para kyai MWCNU Pacet dan Pengasuh ponpes Al Falah. Juga bersalaman dengan pengurus PAC Ansor yang hadir dengan penuh hangat dan kekeluargaan.

Setelah prosesi baiat selesai ketua MWCNU Pacet memberikan sambutan apel penurupan. Beliau amat bersyukur dan sangat bangga serta berterima kasih atas keikhlasan peserta PKD dan panitia. Kader inilah yang akan meneruskan tonggak perjuangan NU. Menjaga kyai dan memberikan manfaat yang luas kepada warga NU dan masyarakat.

Sebelum acara dibubarkan diberikan penghargaan bagi tiga peserta terbaik. Yaitu berupa piala, piagam dan bingkisan. Terbaik satu diberikan kepada salah satu peserta dari perwakilan IKHAC Bendunganjati, dilanjutkan dari ranting Pacet dan Warugunung. Semoga diklat ansor ini akan menelorkan kader kader ansor yang kuat dan istiqomah berjuang dibawah naungan Nahdlatul Ulama. Aamiin (Gus)

Sabtu, 06 November 2021

Keren! 68 Pemuda Pacet Ikut Pelatihan Kepemimpinan Dasar GP Ansor

 

Warta Graha NU Pacet-Mojokerto, Sebanyak 68 pemuda se kecamatan Pacet ikut Pelatihan Kepemimpinan Dasar yang dilaksanakan oleh PAC GP Ansor kecamatan Pacet, Sabtu 6/11/2021.

Mereka akan mengikuti pelatihan kader dasar selama dua hari. Acara dibuka pada Sabtu siang dan akan berakhir pada Ahad siang, 7/11/2021. Turut hadir dalam acara pembukaan, Rais dan wakil ketua MWCNU Pacet, ketua PC GP Ansor kabupaten Mojokerto, Gus Atho, ketua DPRD kabupaten Mojokerto dan pengasuh PP Al Falah Pacet.

Melihat rundown acaranya PKD ini akan berjalan ketat full sehari semalam. Pemateri berasal dari instruktur Ansor PCNU Mojokerto dan para kyai MWCNU Pacet. Sedangkan kegiatan mujahadah akan dipimpin oleh KH Mubayyin Syafii selaku pengasuh pesantren Al Falah. (Gus)


Muslimat NU Kecamatan Pacet Sowan ke Habib Lutfi Pekalongan

 

Warta Graha NU Pacet-Mojokerto, Majlis taklim Muslimat NU kecamatan Pacet hari ini mengadakan rihlah, ziarah dan sowan kepada al mukarrom Habib Lutfi bin Yahya Pekalongan Jawa Tengah, Sabtu, 6 November 2021.

Rombongan berangkat dari Pacet didampingi oleh wakil Rais KH Suyadi Tamsir, wakil katib H M. Yusuf dan wakil sekretaris MWCNU Pacet pak Fadlan. Rombongan muslimat ini terdiri dari pengurus PAC dan ketua ranting Muslimat se kecamatan Pacet.

Menurut Hj Asfiyatin ketua PAC Muslimat NU Pacet, kegiatan ini merupakan agenda kepengurusan Muslimat tahun lalu yang tertunda karena covid19.

Sayangnya Habib Lutfi ada acara mendadak di luar kota sehingga tidak bisa bertemu dengan rombongan muslimat asal Pacet Mojokerto tersebut. Meski begitu ibu ibu muslimat itu tetap semangat dan bersyukur bisa berkunjung ke ndalem Habib Lutfi. Selain sowan kepada Habib Lutfi, mereka juga melakukan ziarah ke beberapa makam wali di Jawa Tengah. (Gus)

Jumat, 05 November 2021

Lazisnu MWCNU Pacet Kembali Bantu Bedah Rumah Warga Desa Claket

 

Warta Graha NU Pacet - Mojokerto, Dalam rangka memantapkan program sosial, lazisnu MWCNU kecamatan Pacet kembali ikut ambil bagian dalam mwnyukseskan program bedah rumah seorang warga kurang mampu dusun Claket desa Claket kecamatan Pacet Mojokerto, Jumat 5 November 2021.

Program ini merupakan inisiasi dari pemerintah dan warga desa Claket kecamatan Pacet. Melihat salah satu rumah seorang warga yang kurang layak dan membahayakan di musim hujan, ketua RT dan masyarakat kemudian berunding dengan pemdes Claket dan disepakati akan memberikan bantuan berupa bedah rumah.

Dari laporan ketua RT sekaligus ketua Ranting NU Claket, pak Daeri, didapatkan informasi bahwa program bedah rumah itu menelan biaya sekitar 58 juta rupiah.

Alhamdulillah Lazisnu MWCNU Pacet dapat memberi bantuan sebesar 3 juta rupiah dalam program bedah rumah tersebut. Selain itu Lazisnu Ranting desa claket juga ikut memberikan bantuan tenaga dan uang untuk penyelesaian pembangunan rumah tersebut. Meski tidak besar, ini adalah wujud kepedulian pengurus NU terhadap warganya. (Gus)

Rabu, 03 November 2021

Perkuat Militansi PC GP Ansor Mojokerto Adakan Kirab Bendera NU

Warta Graha NU, Pacet Mojokerto-Dalam kegiatan lanjutan peringatan hari santri 2021, PC GP Ansor Kabupaten Mojokerto mengadakan kirab bendera NU, Rabu 3 November 2021.
Tak tanggung tanggung bendera NU yang akan dikirab mulai dari kecamatan Dawarblandong itu berjumlah 46 buah sesuai dengan bendera NU, Lembaga dan Banom.
Upacara pelepasan kirab bendera NU yang diawali dari Wisma PCNU Kabupaten Mojokerto itu dipimpin langsung oleh ketua PCNU KH Abdul Adzim Alwi didampingi Gus Ali Muhammad Nasih ketua PC GP Ansor kabupaten Mojokerto.
Bendera itu nantinya akan dibawa oleh pasukan kebanggan kyai, Banser dan akan diarak mulai dari wilayah utara sampai selatan kabupaten Mojokerto. (Gus)

Minggu, 31 Oktober 2021

Hanik Muniah Terpilih Kembali Untuk Pimpin Fatayat Pacet Mojokerto

 

Warta Graha NU, Mojokerto-Sahabat Hanik Muniah, S.Ag kembali dipercaya memimpin Fatayat NU Pacet dalam Konferensi PAC Fatayat NU Pacet, Ahad 31 Oktober 2021.

Hanik adalah ketua fatayat pada periode sebelumnya. Karena dianggap cukup mumpuni dan terbukti membawa kemajuan dalam Fatayat NU Pacet, ia kembali terpilih setelah menjadi kandidat tunggal.

Di waktu terpisah, ketua MWCNU Pacet juga memberikan apresiasi yang besar terhadap kinerja sahabat Hanik dan jajarannya ketika memberi sambutan pada pembukaan konferensi anak cabang Fatayat NU tersebut.

Ia berharap agar periode selanjutnya akan melahirkan pemumpin pemimpin perempuan yang inovatif dan berkarakter sesuai visi misi Fatayat NU. (Gus)


Jumat, 22 Oktober 2021

Peringati HSN 2021 Semua Unsur NU Pacet Adakan Apel Kebangsaan

 

Warta graha NU Pacet-Mojokerto, Dalam memeringati Hari Santri Nasional 2021 MWCNU Pacet Mojokerto melakukan apel kebangsaan bersama badan otonom NU lainnya (Jumat 22 Oktober 2021).

Apel yang digelar di depan Graha NU Pacet itu berjalan khidmat. Bertindak sebagai komandan apel, Kasatkoryon Banser NU Pacet, M. Bahrul Ulum. Sedangkan inspektur apel diemban oleh Agus Santoso, M.Pd.I ketua MWCNU Pacet.

Panitia pelaksana HSN Pacet, Mujibur Rohman menyampaikan bahwa peringatan Hari Santri kali ini dilaksanakan secara terbatas. Hal ini untuk menghormati pemerintah terkait dengan situasi terakhir di masyarakat yang belum diperbolehkan mengadakan kegiatan berskala besar.

Dalam sambutan amanat apel, ketua MWCNU Pacet menyampaikan pentingnya mengenal sejarah perjuangan para ulama dan santri dalam perannya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, mempertahankan dan mengisinya.

Ia juga menyampaikan bahwa santri hendaknya mempunyai tekad untuk berjalan kearah kebaikan, siap menjadi penerus ulama, meninggalkan maksiat, senang perdamaian dan optimis menggapai keselamatan dunia dan akhirat. (Agus San)

Peringati HSN 2021, MWCNU Pacet Adakan Doa Bersama dan Maulid Nabi saw

 

Warta Graha NU Pacet-Mojokerto, Melanjutkan puncak rangkaian peringatan Hari Santri Nasional tahun 2021 MWCNU Pacet memggelar doa bersama dan Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw, 22/10/2021.

Acara ini diikuti oleh semua pengurus elemen NU kecamatan Pacet. Mulai dari pengurus MWCNU, Banom dan Ranting NU sekecamatan Pacet. 

Acara diawali dengan pembacaan sholawat banjari yang dibawakan Lesbumi MWCNU. Kemudian acara dibuka oleh dua orang MC dari IPNU-IPPNU Pacet. 

Acara dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Alquran, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Subbanul wathon dan mars NU. Selanjutnya mahallul qiyam diisi dengan syrokalan al banjari oleh Lesbumi MWCNU Pacet.

Setelah itu acara dilanjutkan dengan sambutan MWCNU Pacet sekaligus mewakili panitia. Ada hal menarik ketika sambutan akan berakhir, yaitu prosesi penyerahan secara simbolis mobil Layanan Umat yang pengadaanya  dikordinasi oleh Lazisnu MWCNU Pacet.

Dalam sambutan singkatnya pak Malkan selaku perwakilan Lazisnu berharap agar program koin NU tetap berjalan baik dan mobil layanan umat ini dapat menambah kesemangatan dan kelancaran dalam melaksanakan program NU.

Puncak acara yaitu orasi kebangsaan disampaikan oleh KH Iskandar Munir (mustasyar MWCNU) dan dilanjutkan pembacaan istigosah serta tahlil oleh katib syuriyah. Acara kemudian ditutup dengan pembacaan doa dari para kyai Syuriyah MWCNU Pacet. (Gus)


Kamis, 30 September 2021

Menyegarkan Nasionalisme Anti Komunis

 

KESAKSIAN DR. AMOROSO KATAMSI DAN PUTRI D.I. PANDJAITAN 

==========================


Kemarin pagi di acara AKI (Apa Kabar Indonesia) Pagi, sekitar jam 06.40 wib, TV One menghadirkan dr. Amoroso Katamsi, pemeran Soeharto dalam film Pengkhianatan G30S PKI. Pak Amoroso Katamsi ditanya, umur berapa beliau ketika memerankan Soeharto. Dijawabnya ketika dimulai shooting tahun 1981 beliau berumur 43 tahun. 

Lalu ditanya lagi umur berapa saat peristiwa G30S PKI terjadi. Beliau menjawab spontan "umur 27 tahun".

Ini artinya sinkron, beliau lahir tahun 1938.

Menurutnya saat itu dia sudah mahasiswa hampir selesai, tinggal menunggu pengambilan sumpah dokter saja. 

Beliau lalu ditanya, apa yang diingatnya seputar kejadian tanggal 30 September  1965 dan sesudahnya. 

Pak Amoroso menjelaskan bahwa dia ingat betul saat itu di pagi hari tanggal 1 Oktober 1965 sekitar jam 7 pagi, RRI menyiarkan pidato Letkol Untung yang mengklaim bahwa ada gerakan 30 September serta pembentukan Dewan Revolusi,  kemudian mendemisionerkan kabinet, dll. Pokoknya seperti yang ditulis dalam buku-buku sejarah.

Baru pada sore/malam harinya, dari RRI ada pidato Pak Harto. 

Ketika dikonfirmasi apakah cerita yang ada dalam film yang dirinya ikut berperan didalamnya sesuai/sama atau tidak dengan kejadian sebenarnya di saat itu, tegas dr. Amoroso Katamsi menjawab "SAMA! Sama dengan yang saya tahu".

Apalagi beliau saat itu adalah yang berhadapan dengan PKI, karena dia tergabung dalam HMI. 

Nah, kesaksian dari seorang Amoroso Katamsi yang saat itu sudah berusia 27 tahun, pemuda yang berpendidikan baik, cerdas (djaman doeloe bisa sekolah sampai jadi dokter disaat sebagian besar orang sebangsanya cuma tamat SD/SMP, tentu tidak sembarangan lho!), seorang aktivis mahasiswa saat itu,  semestinya lebih layak dipercaya ketimbang kesaksian seseorang yang kala itu masih bocah usia 6 tahun yang cuma tahu bahwa bapaknya tidak merokok. Tanyalah apa yang disiarkan RRI, pasti dia tidak tahu. Anak kecil mana mudheng siaran berita serius. 

Cerita seorang berpendidikan dokter, asli tidak aspal, yang sepanjang hidupnya tidak bermasalah soal integritas dirinya, juga lebih layak untuk dipertimbangkan ketimbang cerita seseorang yang pernah melakukan tindakan kebohongan. 

*** *** ***

Dua tahun lalu, September 2015, ketika ramai issu bahwa negara akan meminta maaf kepada PKI, plus adanya "pengadilan/gugatan" yang digelar di negeri Belanda, mengadili negara Republik Indonesia, dimana pak Todung Mulya Lubis dan ibu Nursyahbani Katjasungkana ikut hadir disana, acara ILC TV One juga mengupas seputar kejadian 30 September 1965.

Saat itu dihadirkan putera puteri jendral korban G30S dan juga anak tokoh PKI.

Putri para jendral yang  hadir saat itu ibu Amelia Yani dan ibu Catherine Pandjaitan. 

Putri jendral Ahmad Yani, ibu Amelia Yani bercerita apa yang dia alami, lihat dan dengar sendiri malam itu. Pak Yani yang dibangunkan oleh pasukan Tjakra Bhirawa dan diminta segera ikut mereka dengan alasan dipanggil Paduka Jang Mulia (PJM) Presiden. Pak Yani meminta waktu untuk mandi dulu, namun tidak diijinkan karena harus cepat. Akhirnya Pak Yani menawar, setidaknya cuci muka dan ganti baju, namun anggota Tjakra Bhirawa yang sudah tidak sabar kemudian menembak Jendral Ahmad Yani dari belakang.

Apa yang diceritakan ibu Amelia Yani sama dengan yang ada dalam adegan film G30S PKI. Saat itu bu Amelia Yani usianya sudah belasan tahun. Artinya keterangan beliau cukup bisa dianggap valid.

Putri Jendral DI Pandjaitan, ibu Catherine, juga bercerita bagaimana beliau menyaksikan sendiri bagaimana proses ayahnya dibunuh dengan sadis. Saat itu usianya 17-18 tahun, dia melihat dari atas balkon rumahnya, ketika bapaknya dipukul dengan popor senjata kemudian ditembak tepat di kepala oleh Tjakra Bhirawa. Kemudian tubuhnya diseret sampai ke depan rumah. Lalu ketika di depan pagar rumah, tubuh jendral DI Pandjaitan dilemparkan lewat pagar kemudian dimasukkan ke dalam truk. 

Catherine muda saat itu berusaha mengejar bapaknya yang diseret, tapi tentu saja tak terkejar. Dalam keputus-asaan dia histeris dan meraupkan ceceran darah bapaknya ke wajahnya. Catherine mengakui memang itu yang dilakukannya saat itu, sama persis dengan yang digambarkan dalam adegan film. 

Kesaksian Catherine 2 tahun lalu, diulang tadi malam sekitar jam 8 di iNews TV. Ibu Catherine diwawancarai secara live by phone oleh host iNews, dan ditanya pendapatnya soal nyinyiran sebagian masyarakat yang mengatakan film G30S PKI adalah TIDAK SESUAI dengan kejadian sebenarnya alias TIDAK BENAR. 

Catherine balik mempertanyakan : bagian mana yang tidak benar?! 

Beliau kembali mengulang cerita kejadian 52 tahun lalu, sama persis dengan yang diceritakannya saat diundang hadir di ILC, 2 tahun lalu. 

Sampai pada bagian dia melihat bapaknya dipukul dengan senjata lalu ditembak di kepala hingga otaknya berceceran, Catherine mengaku dia masih merinding saat menceritakan itu. Shocknya tidak mudah hilang bertahun-tahun karena dia menyaksikan sendiri kejadiaan malam itu, saat usianya 17 tahunan.

*** *** ***

Jajang C. Noor, istri almarhum Arifin C. Noor sang sutradara film G30S PKI, malam ini juga dihadirkan di iNews TV. Saat pembuatan film tersebut, Jajang menjadi pencatat adegan. Dia bercerita bahwa suaminya melakukan riset selama 2 tahunan untuk membuat film itu. Semua istri para pahlawan revolusi diminta menceritakan kejadian yang mereka alami saat rumah mereka mendadak didatangi pasukan Tjakra Bhirawa. Para ibu itu didampingi putra dan putrinya yang ikut menjadi saksi hidup. Khusus ibu Ahmad Yani yang malam itu tidak sedang berada di rumah, karena sedang di rumah dinas, kesaksian diberikan oleh anak-anak beliau. Bahkan ibu Ahmad Yani sampai nyaris pingsan ketika mengetahui bagaimana kematian suaminya. 

Menurut Jajang, setiap peristiwa penculikan jendral shootingnya selama 1 minggu. Misalnya serangkaian shooting peristiwa penculikan dan pembunuhan Jendral Ahmad Yani, waktunya satu minggu. Shooting kejadian di rumah Pak Nasution juga satu minggu, begitu pula shooting di rumah korban yang lainnya.

Uniknya,  shooting schene penculikan secara tidak sengaja selalu tepat pada malam Jum'at. Sama dengan kejadian sebenarnya yang terjadi pada Kamis malam Jum'at.

Setiap shooting film, anggota keluarga jendral yang bersangkutan selalu hadir untuk menyaksikan adegan demi adegan, untuk memastikan akurasinya. Apalagi lokasi shooting memang di rumah kediaman tempat kejadian sebenarnya berlangsung. 

Jadi, dimana letak ketidakbenarannya?! 

Kalau soal Aidit merokok, diakui oleh Jajang bahwa itu memang tafsiran Arifin untuk menggambarkan seseorang yang sedang mencari ketenangan di tengah ketegangan, biasanya merokok. Efek asap diperlukan oleh sutradara untuk memberikan efek dramatisasi suasana. 

Hal ini dibenarkan oleh Prof. Salim Said Selasa malam di acara ILC, bahwa tafsiran sutradara itu sesuatu yang LUMRAH untuk memberikan dampak dramatis dalam suatu adegan. 

Jadi tidak layak diributkan, hanya karena adegan Aidit merokok maka semua adegan dalam film itu bohong. 

Lagipula, Ilham Aidit hanya meributkan soal  bapaknya yang tidak merokok, bukan? Tapi dia tidak bisa membantah alur gerakan 30 September malam itu.  Anak umur 6 tahun mana tahu hal-hal  serius? Sesuai dengan usianya yang dia tahu hanyalah bermain, makan dan mungkin ingatan tentang kenangan manis bersama keluarga terdekat. 

Ade Irma Suryani Nasution saat itu juga berumur 6 tahun. Dia juga tidak paham apa yang sedang terjadi malam itu.

Itu sebabnya dia tertembak. Kalau saja dia sudah dewasa atau minimal remaja, tentu nalurinya akan merasa takut dan logikanya pasti akan menuntunnya untuk berlindung, cari aman. 

Justru karena dia bocah cilik lugu yang tak tahu apa-apa, maka malam itu dia menjadi martir.

*** *** ***

Soal dipilihnya Arifin C. Noor sebagai sutradara, Jajang bercerita saat itu Pak Dipo (G. Dwipayana), Direktur PPFN (Pusat Produksi Film Negara), mencari sutradara yang akan diminta untuk membuat film sejarah tentang peristiwa G30S PKI. 

Goenawan Mohammad menyarankan nama Arifin C. Noor dan Teguh Karya sebagai sutradara kawakan saat itu. 

Pak Dipo kemudian memilih Arifin.

Jadi, kalau akan dibuat film baru soal peristiwa G30S PKI, sanggupkah menghadirkan saksi mata yang masih hidup dari setiap pelaku dan korban?! 

Istri para Jendral pahlawan revolusi, setelah 52 tahun berlalu, saya yakin sudah banyak yang wafat (atau malah sudah wafat semuanya?).

Putera puteri para pahlawan revolusi yang saat peristiwa itu terjadi berusia setidaknya 17 tahun, sekarang mestinya berusia 69 tahun.

Masa iya yang akan dijadikan rujukan adegan adalah anak usia 5-6 tahun saat itu? Malah jadi meragukan dan konyol. 

Alih-alih membuat film yang lebih akurat, bisa jadi malah makin banyak meleset dari aslinya.

Jangan sampai nanti para jendral yang sudah mengorbankan nyawanya itu justru jadi tokoh antagonis dan para anggota PKI justru jadi "korban" yang layak diberi simpati.

PKI kan bukan hanya 30 September 1965 saja melakukan pemberontakan keji dan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara. Bukankah tahun 1926-1927 dan tahun 1948 PKI juga memberontak??! 

Anehnya, mereka yang ngotot PKI tidak bersalah dan hanya jadi korban, biasanya tidak mampu menjawab kalau disodorkan fakta pemberontakan PKI tahun 1948.

Itu sebabnya mereka hanya berputar-putar di seputar peristiwa G30S PKI saja. 

Tak ada argumen apapun yang mampu menyanggah kekejaman PKI tahun 1948.

Kalau mau membuat film tentang PKI, sekalian saja dibuat panjang, mulai pemberontakan tahun 1926-1927 dan tahun 1948. Agar generasi muda sekarang lebih bisa memotret sejarah secara utuh dan mendapat gambaran tentang PKI dengan lebih komplit.

Embie C. Noor,  adik almarhum Arifin C Noor, yang menjadi ilustrator musik di film G30S PKI, mengatakan senang sekali jika film bisa dibalas dengan film juga. 

Tapi yang terpenting jangan ada pemutarbalikan sejarah!


*KISAH BENGIS PKI*

MELAWAN PIKUN

Bukan melawan lupa seperti TV ituu...

(Copas)

Sejarah Indonesia pasca merdeka ditandai dengan adanya pemberontakan *Partai Komunis Indonesia (PKI)*. 

Didahului gerakan revolusioner yang disebut formal fase nonparlementer, yakni pengambilalihan kekuasaan dari pemerintah yang sah.

Usaha kudeta itu disertai pula penculikan dan penganiayaan serta pembunuhan sejumlah penduduk sipil, para ulama, santri, pejabat, dan polisi.

Aksi dalam bentuk kekerasan terjadi di beberapa daerah, berikut diantaranya:

- *Tegal* dan sekitarnya. Kekejian pertama PKI yaitu pada penghujung tahun 1945, tepatnya oktober. Di kota ini, ada seorang pemuda PKI di slawi, tegal, jawa tengah, berjuluk Kutil (nama asli Sakyani), telah menyembelih seluruh pejabat pemerintah disana. Kutil juga melakukan penyembelihan besar-besaran di brebes dan pekalongan. Si Kutil mengarak Kardinah (adik kandung RA Kartini) keliling kota dengan sangat memalukan, syukurlah ada yg sempat menyelamatkan Kardinah, tepat beberapa saat sebelum Kutil memutuskan mengeksekusi Kardinah.

- *Kota Lebak, Banten*. Kekejian datang dari Ce'Mamat, pimpinan gerombolan PKI dari Lebak (Banten) yg merencanakan menyusun pemerintahan model Uni Soviet. Gerombolan Ce'Mamat berhasil menculik dan menyembelih bupati Lebak R.Hardiwinangun di jembatan sungai Cimancak pada tanggal 9 desember 1945.

- *Jakarta, Jalan Oto Iskandar Dinata* di selatan kampung melayu. Ingatlah kisah pembunuhan tokoh nasional Oto Iskandar Dinata yg dihabisi secara keji oleh laskar hitam ubel-ubel dari PKI, pada desember 1945.

- *Sumatera Utara*, ternyata banyak menyimpan kisah miris. Sebab PKI juga menumpas habis seluruh keluarga (termasuk anak kecil) Istana Sultan Langkat Darul Aman di tanjung pura, pada maret 1946, serta merampas harta benda milik kerajaan. Dalam peristiwa ini, putra mahkota kerajaan Langkat, Amir Hamzah (banyak dikenal sebagai penyair), ikut tertumpas. Tak ada lagi penerus kerajaan Langkat.

- *Dibelahan lain Sumatra, pematang siantar*. PKI menunjukkan kebrutalannya. Pada 14 mei 1965, PKI melakukan aksi sepihak menguasai tanah-tanah negara. Pemuda Rakyat, Barisan Tani Indonesia (BTI), dan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) melakukan penanaman secara liar di areal lahan milik Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Karet IX bandar betsi. Pembantu letnan dua yg sedang ditugaskan di perkebunan kebetulan menyaksikan aksi perilaku anggota PKI tersebut. Sudjono pun memberi peringatan agar aksi dihentikan. Anggota PKI bukannya pergi, justru berbalik menyerang dan menyiksa Sudjono. Akibatnya, Sudjono tewas dengan kondisi yg amat menyedihkan.

- *Berbagai kota di jawa timur*. Kekejian di jawa timur, yaitu saat Gubernur Jawa Timur RM Soerjo, pulang dari lawatan menghadap Soekarno. Di tengah jalan, mobil Gubernur Soerjo bersama dua pengawalnya dicegat pemuda rakyat PKI, lalu diseret menggunakan tali sejauh 10 kilometer hinga meregang nyawa, lalu mayatnya dicampakkan di tepi kali.

- *Madiun,* PKI menusuk dubur banyak warga desa Pati dan Wirosari (Madiun) dengan bambu runcing. Lalu, mayat mereka ditancapkan di tengah-tengah sawah, hingga mereka kelihatan seperti pengusir burung pemakan padi. Salah C diantaranya wanita, ditusuk kemaluannya sampai tembus ke perut, juga ditancapkan ke tengah sawah.

- *Magetan,* Algojo PKI merentangkan tangga melintang di bibir sumur, kemudian bupati magetan dibaringkan diatasnya. Ketika telentang terikat itu, algojo mengggergaji badannya sampai putus dua, lalu langsung dijatuhkan ke dalam sumur.

- *Kyai Sulaiman dari Magetan* ditimbun di sumur Soco bersama 200 orang santri lainnya, sembari tetap berdzikir, pada september 1948.

- *Kisah Kyai Imam Musyid Takeran* yg hilang tak tentu rimbanya, genangan darah setinggi mata kaki di pabrik gula gorang gareng, ayah dari Sumarso Sumarsono yg disembelih dibelakang pabrik gula, baru ketemu rangka tubuhnya setelah 16 tahun. Bahkan para PKI mengadakan pesta daging bakar Ulama dan santri di lumbung padi.

- *Kisah Isro* yg sekarang menjadi guru di jawa timur. Ketika dulu masih berumur 10 tahun pada tahun 1965, Isro hanya bisa memunguti potongan-potongan tubuh ayahnya yg sudah hangus dibakar PKI di pinggir sawah dan hanya bisa dimasukkan ke dalam kaleng.

- *Blora,* pasukan PKI menyerang markas Kepolisian Distrik Ngawen pada 18 september 1948. Setidaknya, 20 orang anggota polisi ditahan. Namun, ada 7 polisi yg masih muda dipisahkan dari rekan-rekannya. Setelah datang perintah dari Komandan pasukan PKI Blora, mereka dibantai pada tanggal 20 september 1948. Sementara, 7 orang polisi muda dieksekusi secara keji. Ditelanjangi, kemudian leher mereka dijepit dengan bambu. Dalam kondisi terluka parah 7 orang polisi dibuang ke dalam kakus/jamban (WC) dalam kondisi masih hidup, baru kemudian ditembak mati.

- *Desa Kresek, Kecamatan wungu, Dungus*. PKI membantai hampir semua tawanannya dengan cara keji. Para korban dtemukan dengan kepala terpenggal dan luka tembak. Di antara para korban, ada anggota TNI, polisi, pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, dan Ulama.

- *Wonogiri, Jawa Tengah*, ternyata akrab dengan amis darah kekejian PKI yg menculik pejabat pemerintahan, TNI, Polisi, dan Wedana. Semua dijadikan santapan empuk PKI di sebuah ruangan bekas laboratorium dan gudang dinamit di Tirtomoyo. Saat itu PKI menyekap 212 orang, kemudian dibantai satu per satu dengan keji pada 4 oktober 1948.

- *Kecamatan Kras, Kediri.* Training Pelajar Islam Indonesia tanggal 13 januari 1965, diserang oleh PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia). Massa komunis ini menyiksa dan melakukan pelecehan seksual terhadap para pelajar islam perempuan. Tidak hanya sampai disitu, massa PKI pun menginjak-injak al-Qur'an. Mereka pun memiliki pertunjukan Ludruk dari LEKRA dengan lakon "Matinya Gusti Allah", dan berbagai lakon lain yg biadap dan tak bisa dimaafkan.

- *Lubang Buaya Jakarta* adalah bukti otentik aksi kejam PKI dengan gerakan 30 September 1965. Tidak tanggung-tanggung 6 orang jenderal (Letjen TNI A.Yani, Mayjen TNI Soeprapto, Mayjen TNI MT Hardjono, Mayjen TNI S.Parman, Brigjen TNI DI. Panjaitan, Brigjen TNI Soetodjo Siswomiharjo), ditambah Lettu Piere Andries Tendean, dimasukkan kedalam sumur. Para Gerwani dan Pemuda Rakyat bersorak dan bergembira ria melihat para jenderal dimasukkan ke dalam sumur lubang buaya di Jakarta Timur.

*Semua negara Komunis* di dunia ini melakukan pembantaian dan penyembelihan kepada rakyatnya sendiri. 

500.000 rakyat Rusia dibantai Lenin (1917-1923), 

6.000.000 petani kulak Rusia dibantai Stalin (1929), 

40.000.000 dibantai Stalin (1925-1953), 

50.000.000 penduduk rakyat cina dibantai Mao Tse Tung (1947-1976),

2.500.000 rakyat Kamboja dibantai Pol Pot (1975-1979), 

1.000.000 rakyat eropa timur diberbagai negara dibantai rezim Komunis setempat dibantu Rusia Soviet (1950-1980),

150.000 rakyat Amerika Latin dibantai rezim komunis disana,

1.700.000 rakyat diberbagai negara di Afrika dibantai rezim Komunis, 

dan 1.500.000 rakyat Afghanistan dibantai Najibullah (1978-1987).

Barangkali, jika waktu itu komunisme berhasil menguasai negeri ini, kita tak akan bisa membaca karya-karya sastra relijius milik Hamka, Taufiq Ismail, dan lain-lain. Karena, Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) yg dikomandani oleh Pramoedya Ananta Toer, sempat menuding Hamka sebagai plagiator atas novelnya yg berjudul Tenggelamnya Kapal Van der Wijk. Tekanan politik terhadap karya-karya non-komunis dilakukan oleh LEKRA. Hujatan-hujatan terhadap sastrawan anti-LEKRA terus dilakukan. 

Penyair Chairil Anwar (pelopor angkatan 45) juga digugat dan dinilai sudah tidak punya arti apa-apa. Bahkan, buku-buku sastra karya sastrawan anti-LEKRA dibakar.

Ini hanya sebagian, Masih banyak sejarah kebiadaban PKI yang lain di berbagai daerah.

Bagaimanapun, kelompok Palu Arit ini telah dua kali melakukan kudeta dengan keji. Mereka menyembelih para santri, para Kyai, para agamawan, para penjaga NKRI yg menolak paham kiri.

Bagikan kabar ini agar generasi saat ini tau bahwa komunis memang bengis.

*(Dikutip dari: Ayat-ayat yang Disembelih, Sejarah Banjir darah para Kyai, Santri, dan penjaga NKRI oleh aksi-aksi PKI.* _Penerbit Cordoba, tahun 2015. Anab Afifi dan Thowaf Zuharon_

Jumat, 24 September 2021

Diklat Kader Pejuang Wakaf NU se Kabupaten Mojokerto

 

Warta Graha NU-Mojokerto, Dalam rangka menindaklanjuti program 1000 wakaf, Lembaga Wakaf dan Pertanahan (LWP) PCNU Kabupaten Mojokerto menggelar Diklat perwakafan Jumat 24 September 2021 di Pondok Pesantren Segoro Agung Trowulan Mojokerto.

Kegiatan yang didukung penuh oleh PCNU Mojokerto tersebut bertujuan untuk mencetak kader kader NU yang siap berjuang di bagian perwakafan tanah dan aset NU.

Dalam kegiatan itu setiap MWCNU mengirimkan dua peserta dari pengurus LWP MWCNU atau yang berkompeten dan tentunya bersemangat juang dalam bidang perwakafan dan penyelamatan aset NU. Dalam diklat itu MWCNU Pacet diwakili oleh oleh ketua LWP MWCNU  Pak Sutrisno, M.Pd.I dan Pak Jaini, M.Pd.I

Perwakafan menjadi hal yang sangat penting dan ternyata selama ini masih sangat kurang mendapat perhatian. Terbukti tidak tersedianya data yang valid dari LWPNU baik di kabupaten maupun kecamatan termasuk KUA.

Padahal status tanah yang diwakafkan sangatlah penting diformalkan sampai tingkat akta ikrar wakaf terlebih bisa sampai ke sertipikat wakaf. Hal lain yang juga sangat urgent adalah penentuan nadzir wakaf atau pengelola/ penanggungjawab aset wakaf.

Salah satu hal penting yang diamanatkan pasca diklat perwakafan tersebut, adalah menyelesaikan pendataan potensi dan obyek wakaf secara valid di semua ranting NU sebagai dasar kebijakan program selanjutnya.

Setelah itu baru mengupayakan agar semua aset wakaf milik warga NU segera dapat diaktakan atau disertifikatkan dengan menggunakan nadzir Badan Perkumpulan Nahdlatul Ulama (BPNU).

Dengan bernadzir BPNU maka kelangsungan aset wakaf tidak perlu diragukan lagi karena nadzirnya berstatus selamanya bukan terbatas umur perseorangan.

Disinilah NU akhirnya dapat berbicara tentang asetnya secara de jure dan de vacto, bukan hanya pengakuan sepihak dari organisasi. 

Program mulia namun berat ini optimis bisa dilaksanakan demi untuk menyongsong dan mempersembahkan khidmat terbaik bagi Nahdlatul Ulama yang sebentar lagi berusia satu abad. (Agus S)

Jumat, 10 September 2021

Pantau Gerakan 1000 Waqaf, LWP PCNU Mojokerto Turba di MWCNU Pacet

 

Warta Graha NU - Mojokerto, Tim LWP PCNU kabupaten Mojokerto hari ini melakukan kunjungan turun ke bawah (turba) kepada MWCNU Pacet Mojokerto, Jumat 10 September 2021.

Tim berjumlah empat orang tersebut tiba di graha NU Pacet sekitar pukul 13.00 sesuai jadwal. Tim ini dikomandani oleh H. Muchid Badri. Sedangkan kordinator dari kesekretariatan PCNU diwakili oleh Gus Zamroni Umar.

Tim LWP PCNU disambut oleh ketua MWCNU Pacet, Agus Santoso, sekretaris MWC dan tim LWP MWCNU Pacet diantaranya pak Jaini, H Sugiyanto dan pak Sukir.

Tujuan utama turba itu adalah memantau proses sekaligus memberi arahan tentang program validasi data obyek wakaf khususnya tempat ibadah, kantor dan sarana pendidikan yang dikelola warga NU. 

Dalam pertemuan itu juga diafakan sharing antar pengurus perwakafan dan masukan masukan untuk menyukseskan program 1000 wakaf yang dicanangkan oleh PCNU Mojokerto. 

Diantaranya program pertama berupa pendataan ulang atau validasi data aset wakaf terutama milik NU dan warga NU di semua kecamatan. Diantaranya apakah kendala yang dihadapi oleh tim MWC untuk menjalankan program ini.

Kedepan, program utamanya adalah menyelamatkan aset wakaf warga NU dengan meyematkannya ke dalam wakaf bernadzir atau berbadab hukum Nahdlatul Ulama. 

Setelah kordinasi dan bincang santai dianggap selesai tim LWP PCNU Mojokerto kemudian melanjutkan turbanya ke MWCNU Trawas dan Ngoro. (Agus Sant)

Selasa, 07 September 2021

Menyambut Program 1000 Wakaf, MWCNU Pacet Kumpulkan Ketua Ranting NU

 

Warta Graha NU - Mojokerto, Dalam rangka menyukseskan program 1000 wakaf, sebanyak 20 orang ketua ranting NU se kecamatan Pacet hari ini berkumpul di Graha NU Pacet Selasa 7 September 2021.

Rapat ini merupakan tindak lanjut dari keputusan PCNU mojokerto melalui LWP nya yang tiga hari sebelumnya mengadakan rapat kordinasi dengan MWC-LWP di kantor PCNU Mojokerto.

Dalam rapat itu diputuskan agar ketua ranting NU selaku penanggung jawab lapangan segera membentuk tim dan siap berkordinasi dengan aparat desa yang mempunyai kewenangan dalam penanganan wakaf. 

MWCNU Pacet sendiri kemudian membentuk tim kordinator lapangan yang terdiri dari ketua LWP Pak Sutrisno dibantu oleh anggotanya yaitu Sulton Maarif, Sukir dan H Sugiyanto. Sedangkan kordinator dari sekretariat MWC dihandle oleh sekretaris 1 pak Jaini.

Dalam kesempatan itu pula banyak ketua ranting yang menanyakan perihal berbagai macam persoalan wakaf yang terjadi di masyarakat. Terutama bagaimana teknik validasi data wakaf dan ketentuan ikrar wakaf sampai ke pengajuan sertifikatnya. (Agus sant)

Rabu, 01 September 2021

Sambut Program Vaksinasi, MWCNU Pacet Rapat Koordinasi

 

Warta Graha NU Pacet - Mojokerto. Sambut program vaksinasi dari PCNU Mojokerto, MWCNU Pacet mengadakan rapat koordinasi , Rabu 02 September 2021 di Graha NU Pacet.

"Program ini sebagai tindak lanjut dari hasil rapat yang dicanangkan oleh PC LP Maarif NU kabupaten Mojokerto kemarin siang", terang H Tarwi ketua LP Maarif MWCNU Pacet yang ikut hadir di wisma NU.

Dalam rapat koordinasi malam ini H Tarwi menjelaskan bahwa setiap MWCNU akan mendapat jatah 300 vaksin. Vaksin itu diutamakan bagi pengurus NU, banom dan guru TPQ Madin yang berada di bawah naungan NU.


Senin, 16 Agustus 2021

Bulan Khidmat Tasyakkuran HUT RI ke 76 MWCNU Pacet

 


Warta Graha MWCNU Pacet - Dalam rangka menyemarakkan HUT RI ke 76 sekaligus memperingati Tahun Baru Hijriyah 1443, MWCNU kecamatan Pacet menyelenggarakan Doa bersama dan santunan anak yatim serta veteran, Senin 16 Agustus 2021.

Kegiatan itu diselenggarakan di Graha NU Pacet dan semua masjid di ranting NU se kecamatan Pacet sesuai instruksi dari PCNU kabupaten Mojokerto.

Dalam kegiatan doa bersama itu juga dilaksanakan santunan bagi anak yatim. Santunan yatim di tingkat ranting dikordinir oleh pengurus lazisnu ranting bersama ranting NU dan banom.

Sedangkan Lazisnu MWCNU Pacet menggalang dana untuk santunan sejumlah anak yatim dan veteran atau ahli warisnya. Tercatat 45 anak yatim dan dhuafa dari desa Claket yang mendapat santunan dan puluhan lainnya dari desa desa se kecamatan Pacet.

Selain itu ada 20 anak yatim yang juga mendapat santunan di graha NU Pacet dan 2 orang veteran. Kegiatan itu juga diisi dengan orasi kebangsaan, pembacaan istigosah dan tahlil.

Sebelum acara dimulai hadirin dengan semangatnya menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Syubbanul Wathon.

Doa bersama itu dihadiri pengurus harian dan lembaga MWCNU Pacet, ketua sekretaris bendahara PAC Banom NU dan sejumlah undangan lainnya.

Dalam kesempatan yang bersamaan itu ketua MWCNU Pacet, ust Agus Santoso mengikuti acara yang sama di PCNU kabupaten Mojokerto. Sambutan atas nama MWCNU disampaikan oleh ust Moh Malkan, wakil ketua dua sekaligus mewakili Lazisnu MWCNU Pacet. (Agus Sant) 


Jumat, 16 Juli 2021

Ust Supriyadi Mukhtar, Rais Ranting NU Kemiri Pacet tutup usia

 

Graha NU Pacet - Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Kabar duka kembali menyelimuti warga NU Pacet Mojokerto. Pagi ini Jumat 16 Juli 2021, ust Supriyadi Mukhtar Rais Ranting NU Kemiri wafat.

Beliau menghembuskan nafas terakhir pada pukul 07.30 di rumahnya. Menurut putranya, ust Supriyadi Mukhtar memang sudah sakit sejak dua pekan yang lalu.

Ketika beliau hendak dibawa berobat ke rumah sakit ternyata Alloh SWT berkehendak lain.

Semasa hidupnya, pak Pri sapaan di lingkungannya termasuk salah satu tokoh agama masyarakat Kemiri. Beliau pernah menjabat sebagai ketua ranting NU pada tahun 2008-2018. Jabatan terakhirnya yaitu sebagai rais Ranting desa Kimiri 2018-2023.

Ketika pemberangkatan jenazah, ketua MWCNU Pacet, ust Agus Santoso menyatakan bela sungkawa yang mendalam atas kepergian ust Supriyadi menghadap Alloh SWT. Ia juga mendoakan agar keluarga diberikan kesabaran dan ikhlas karena ust Supriyadi termasuk orang baim dan selama hidupnya ikut berjuang dalam pendidikan agama dan di NU.

Dalam kesempatan itu KH Iskandar Munir selaku tetangga dan Mustasyar MWCNU Pacet juga mengajak berdoa semoga ust Supriyadi Mukhat senantiasa mendapat rahmat dan pengampunan dari Alloh SWT. Selamat jalan pak Pri.  (Agus sekr)