Berkhidmat Kepada Umat Berbakti Kepada Negeri, Memacu Kinerja, Mengawal Kemenangan Indonesia

Kamis, 30 Maret 2017

MWCNU Pacet Dalam Sejarah Perkembangannya



Sejarah mencatat Islam masuk Indonesia/ nusantara pada abad ke VII bersamaan dengan masuknya Islam ke Cina, India, Srilangka. Terbukti pada masa Kholifah Usman bin Affan telah mengirim utusan ke kaisar Cina pada tahun 31 H/ 651 M (Wangsa Tan) selain itu ada utusan yang ke pulau Jawa/ Nusantara, karena mereka memakan waktu 4 tahun. Di Tiongkok utusan itu diterima dengan baik oleh Kaisar, bahkan Kaisar memerintahkan untuk mendirikan masjid di Sian. Adapun tempat yang mula mula didatangi Islam di Indonesia/ Nusantara adalah Aceh tepatnya di pesisir utara pulau Sumatera, karena letaknya dekat dengan selat malaka sehingga tempat itulah yang menjadi persinggahan para pedagang yang datang dari Arab, India, Tiongkok dll.
Pada tahun 1200 an telah berdiri kerajaan Islam yang pertama di Aceh yaitu Samudra Pasai Rajanya yang mula mula menganut Islam bernama Marah Silu yang kemudian berganti nama Sultan Malik Saleh. Ia beristri dengan putra raja Perlak yang sudah menganut Islam. Kedua kerajaan itu bisa dipersatukan dibawah kekuasaannya. Pada masa pemerintahannya datanglah Marco Polo sang penjelajah dunia tahun 1292 M yang menerangkan dalam catatan perjalanannya: bahwa penduduk pantai utara Sumatra telah menganut Islam hanya daerah pedalaman masih memuja berhala sedangkan pada masa pemerintahan cucunya bernama sultan Muhammad datang pula Ibnu Batutah tahun 1345 M/746 H dalam buku pertamanya menerangkan bahwa kerajaan-kerajaan yang terdapat di pesisir Sumatra Utara telah menganut Islam. Sultan yang bergelar Malik Adz Dzahir adalah seorang raja bijaksana yang mempunyai rasa hormat kepada Alim Ulama’ dan setiap hari Jum’at datang ke masjid dengan berjalan kaki bersama rakyatnya.
Karena Samudra Pasai terletak di tepi pantai selat malaka yang merupakan kunci penghubung Negara luar nusantara, maka tempat itu cepat berkembang dengan pesatnya. Dimana berdatangan para saudagar muslim dari Arab, Persi, India dan lain sebagainya. Sehingga samudra pasai pada masa itu menjadi pusat persyiaran Islam dan pengkajian Islam. Sehingga pedagang dari Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Barat dan Irian Jaya berdatangan ke tempat itu selain mengambil dagangan juga belajar tentang islam. Dari sinilah islam bisa berkembang ke seluruh nusantara. Penyebaran islam di Indonesia/ Nusantara yang berjalan secara damai tanpa menimbulkan kekerasan merupakan cermin hakekat ajaran Islam yang menjadi “Rahmatan Lil Alamin”.
Adapun penyebaran Islam secara damai tersebut melalui dua cara yaitu :
1.      Perdagangan (sambil berdakwah)
2.      Pernikahan (untuk mengukuhkan posisi)
Pada abad XV telah berdiri kesultanan Islam Aceh pendirinya Sultan Ali Muqoyat Syah, kesultanan ini dikenal dengan nama Aceh Darussalam. Aceh Darussalam juga menjadi pusat penyiaran Islam. Diantara mumbalighnya yang paling masyur ialah Syeh Nuruddin Ar Raniry berasal dari Aceh Barat. Namanya diabadikan menjadi Perguruan Tinggi Islam di Banda Aceh yaitu IAIN Ar Raniry. Aceh mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Selain Aceh Sumatra masih terdapat kerajaan Islam lainnya seperti Kesultanan Palembang, Riau Minangkabau dll. Meskipun tidak menyamai kebesaran aceh namun perannya besar pula dalam penyiaran Islam di Sumatra dan sekitarnya.
            Perkembangan Islam di Jawa tidak bisa terlepas dari peranan para wali. Jumlah para wali yang terkenal dari peranan para wali. Jumlah wali yang terkenal ada Sembilan yang dikenal dengan sebutan Wali songo. Dari Wali Songo inilah Islam cepat berkembang keseluruh Pulau Jawa. Utamanya pesisir utara pantai jawa. Perjuangan dan penyiaran Islam di Jawa sangat mudah diterima di kalangan masyarakat akar rumput karena dakwahnya menyenangkan, masuk akal, tidak membedakan dan sangat mudah diterima dan tidak bertentangan aqidah dan syariah diberikan ala ahli sunah wal jama’ah yang disisipkan dalam berbagai bentuk dakwahnya. Selain itu para wali juga dikaruniai karomah penyembuhan dari berbagai penyakit. Dari itulah masyarakat Jawa berbondong bondong masuk Islam. Setelah datangnya penjajah Islam sedikit terusik karena penjajah punya tujuan :
  1. Gold : maksudnya agar memperoleh keuntungan besar
  2. Glory : maksudnya unutk mencapai kejayaan yang besar
  3. Gaspel : artinya usaha menyebarluaskan agama Kristen
Sehingga para ulama’ dan para mubaligh lebih meningkat usahanya mempertahankan, mendakwahkan dan memperjuangkan kelangsungan hidup tegaknya syariat Islam di muka Pulau Jawa ini. Alhamdulillah berkat kegigihan perjuangan para ulama’ Islam terus berkembang didalam menghadapi penjajah kolonial Belanda. Akhirnya pada abad XIX kebangkitan umat Islam Indonesia berjalan di mana-mana ditandai dengan berdirinya organisasi Islam dimana-mana. Terbukti pada tahun 1926 berdiri organisasi Islam NU (Nahdhatul Ulama) yang dipimpin oleh para Kyai utamanya K.H. Hasyim Asy’ary, K.H. Wahab Hasbulloh. Setelah terbentuknya organisasi NU di tahun 1926 itu, maka para kyai dan santri pondok pesantren utamanya Pondok Pesantren Tebuireng, Tambak Beras, Denanyar Dan lainnya se Jawa Timur semua telah mendirikan organisasi tersebut dan terus diperjuangkan kelestariannya. Tidak ketinggalan Kabupaten Mojokerto juga berdiri organisasi NU, yang pada waktu itu di seponsori dan di pimpin oleh santri Tebuireng, beliau adalah Al Mukarrom Al Manghfurullah Al Marhum KH Ahyat Halimi dan didampingi oleh para ulama’ dan tokoh NU se Kabupaten Mojokerto, tidak ketinggalan di Kecamatan Pacet. Saat itu di pimpin oleh beliau KH. Faqih Abd Wahab. CS. Dimasa yang sulit Negara sedang mempersiapkan dan usaha untuk terhindar dari cekaman penjajah. Alhamdulillah berkat keteguhan dan keuletan yang dijiwai ruhul jihad yang tulus dan tinggi, para pimpinan NU Pacet mampu menanamkan kepercayaan ditengah masyarakat pacet, sehingga disaat itu mampu membentuk kepengurusan NU ditingkat Kecamatan (MWC) dan di desa/tingkat ranting. KH Faqih Abd Wahab dengan ketulusan dan kerendahan hati serta akhlaqul karimah, ucapannya sebagai pimpinan dapat menembus hati masyarakat sehingga dapat menyatukan gerak dan langkah untuk memajukan NU. Usaha-usahanya adalah sebagai berikut:
  1. Menanamkan aqidah dan syariah  al ahli sunah wal jama’ah, di masyarakat pacet sehingga banyak berdiri masjid dan mushola.
  2. Menanamkan rasa jihad fi sabilillah sehingga banyak warga NU yang berani berkorban ikut serta dalam mengusir penjajahan dan mempertahankan kemerdekaan.
  3. Menanamkan rasa sosial sehingga masyarakat NU mau dan mampu membantu sesamanya dalam kesulitan.
  4. Menanamkan pentingnya organisasi sosial keagamaan di kalangan masyarakat Pacet
Catatan:
Pada saat itu kepengurusan NU belum seperti sekarang sudah jelas pembagiannya: ada syuriah, ada Tanfidiyah serta badan otonom-badan otonom. Sedangkan pada saat itu sebutannya hanya pengurus NU yang tampak menonjol pergerakannya Adalah : 1. Bp. K. Abdul Faqih, 2. Bp. Danun. Kalangan pemudanya adalah : Bpk. Amir Syuhadak, Bp. Abd Shomad dan Bp. Kastur. Dalam mengatur strategi perjuangannya di Cepokolimo di tahun 1950an Ketua Pengurus Nu diserahkan kepada Bp. Amir Syuhada’ karena beliau dianggap lebih giat lebih agresif dan lebih berwawasan tentang ke NUan. Sementara bapak K. Faqih sendiri telah disibukkan dengan pekerjaannya sebagai kepala desa Cepokolimo. Bpk Amir Syuhada’ sendiri telah menempa keilmuannya di Sumatra, sehingga punya idealis yang tinggi untuk memajukan NU. Beliau disamping mengurus pribadinya juga memperjuangkan bagaimana NU bisa menjadi organisasi masyarakat di Kecamatan Pacet melalui perjuangan tanpa menyerah sedikit demi sedikit semasa kepemimpinan beliau syariat Islam ahli sunnah wal jama’ah dapat berkembang dapat diterima masyarakat akar rumput di Kecamatan Pacet. Terbukti saat pemilu tahun 1955, NU yang juga sebagai organisasi peserta pemilu hasilnya juga memuaskan, mendapat urutan kedua dari 50 partai politik. Dari situ perjuangan Bp. Amir Syuhada’ bertambah semangat dan percaya diri, bahwa NU akan menjadi organisasi Islam yang besar di Indonesia. Beliau seorang idealis tetapi hormat dan taat kepada para ulama’ para kyai. Disetiap hari besar Islam beliau anjurkan untuk mengadakan peringatan yang berbentuk pengajian-pengajian yang harus mendatangkan kyai. Dengan cara itu Islam Ala Ahli Sunnah wal Jama’ah terus dapat berkembang keseluruh lapisan masyarakat. Setiap perjuangan pasti ada rintangan dan hambatan lebih di waktu itu partai komunis Idonesia juga berkembang pesat. Alhamdulillah berkat keteguhan keihklasan yang di dorong oleh ruhul jihad yang tinggi tetap bisa berjalan dengan baik dan selamat.
Usaha-usahanya :
  1. Membentuk kepengurusan NU tingkat ranting
  2. Membentuk berbagai ekonomi sebagai imbangan komunis
  3. Menumbuh kembangkan berdirinya masjid dan musholla
  4. Menumbuh kembangkan berdirinya Madrasah dan RA
  5. Usaha mengalihfungsikan tanah e.gendom menjadi tanah perjuangan
  6. Mencegah datangnya Cina masuk Desa yang terkenal dengan G 30S di tahun 1965
  7. Memimpin penumpasan orang komunis di Kecamatan Pacet
  8. Mengusahakan perangkat desa dari pengurus NU/ warga NU
Dan masih banyak yang lain, termasuk meningkatkan kwalitas guru MI tahun 1970. Beliau di tahun 1962 diangkat sebagai Kepala Desa Pacet, yang dipilih oleh masyarakat Pacet secara mutlak. Beliau itu pernah menjadi anggota DPR (1952) dari NU.
Di tahun 1968 sejak berdirinya sector Golkar yang didirikan oleh Bp. Suharto CS, yang mengharuskan ABRI, Peg. Negeri, Perusahaan BUMN, Perangkat Desa berada didalamnya (GOLKAR) maka warga Nahdiyiin mulai mendapat tekanan, ancaman, paksaan, sehingga sedikit terusik ke NUan nya, lebih-lebih yang berada di Pegawai Negeri dan Perangakat Desa (lirik-lirikan). Keadaan yang seperti itulah yang menjadikan warga Nahdiyiin banyak yang berjuang untuk menegakkan NU di balik layar.
Bapak Amir Syuhada’ sebagai Kades yang senior waktu itu bersama Kades Padusan, Tanjung Kenongo, Panda, Candi Watu dsb. Maka Bp. Amir Syuhada’ menyerahkan sebagai ketua pengurus NU Pacet kepada Al Mukarrom al Magfirullah Bp. K. Syamsul Huda Amir (secara pribadi) Mojoroto Petak. Sedangkan Bp. Abd. Munif waktu itu ditunjuk Al Mukarrom Al Maghfirullah Romo Kyai Haji Ahyat Halimi sebagai pengurus politik NU, yang akan mengikuti pemilu tahun 1971 yang diikuti 10 partai termasuk Golkar (NU No.2). Dari situlah bapak Syamsul Huda bersama-sama dengan Bp. Abd Munif mengatur NU sebagai pimpinan NU Ke. Pacet.
Selama kepemimpinan beliau berdua hanya memantapkan organisasi NUs ecara amaliyah dan ubudiyah, keorganisasiannya tidak begitu ditonjolkan. Maklum semua itu dilakukan karena banyak tekanan yang datang silih berganti, yang utamanya dari Golkar. Tetapi beliau mampu mengadakan Tahlil Muslimat dan pengajian muslimat secara anjangsana antar desa/putar ranting. Disitulah beliau tekuni secara terus menerus dengan ketabahan dan istiqomah.
 Berikut nama-nama pengurus (Ketua dan Rais) MWCNU Pacet dari awal berdiri :
1. KH Faqih Abd Wahab - P Danun (1940 - 1950)
2. KH Amir Syuhadak - P Danun (1950 - 1970)
3. KH Abd Munif - K Syamsul Huda (1970 - 1993)
    KH. Yunus Roihan - Sutaman (1993 - 1995)
4. KH Amir Syuhadak - KH Yunus Roihan (1995 - 2000)
5. Drs Nur Rokhmad - KH Muslihuddin Abbas (2001 - 2005)
6.  Drs H Nur Rokhmad, MM - KH Anif Muhith (2006 - 2011)
7. M. Yusuf, S.PdI - KH Iskandar Munir (2011 - 2016)
8. M. Yusuf, S.PdI - KH Iskandar Munir (2016 - 2021)

= Amar Makruf Nahi Mungkar ( KH Syamsul Huda)
= Taat guru + orang tua
    Untuk ziarah dikemas dengan bahasa yang ukhwah

Dengan keberhasilan tahlil muslimat, pengajian rutin, Bapak H. Abdul Munif mulai sibuk dengan program ziarah wali songo yang obyeknya diantaranya adalah ibu muslimat Kecamatan Pacet yang ada padapengajian rutin itu. Tetapi NU tetap berjalan sebagaimana mestinya karena sudah menjadi ideologi masyarakat akar rumput di Kecamatan Pacet. Walaupun secara administrasi (manajemen)  belum tertata dengan rapi. Usahanya :
  1. Mengadakan tahlil/ pengajian muslimat secara anjangsana antar desa/ ranting
  2. Mengadakan lailatul ijtimak di hari ahad
  3. Menggerakkan sumbangan bantuan berdirinya/ pembelian tanah mbok berek Rp. 200 juta, untuk mendirikan RSI Sakinah.
  4. Menggerakkan sumbangan bantuan pembelian tanah/ pendirian kantor NU cabang
 Demikian sekelumit sejarah MWCNU Pacet. Kita sambung sejarah selanjutnya, Insya Allah
 (Agus Albar'any)

                               

Jumat, 24 Maret 2017

Rapat Harlah NU ke 94 MWCNU Pacet


Jumat, 24 Maret 2017
Dalam rangka peringatan Harlah NU ke 94, MWC NU, Banom dan Ranting NU se kec Pacet mengadakan rapat untuk pelaksanaannya.
Agenda Rangkaian Harlah NU yang tercatat diantaranya :
1. 1-27 april 2017 : pengibaran bendera NU
2. 1,2,8,9,11 dan 15 april 2017 : ziarah wali dan tokoh NU dg rute Troloyo, Tebuireng, Blitar plus wisata ke kampung coklat dan istana gebang. Jumlah peserta 39 armada bus (2.200 jamaah)
3. 14 april 2017 : PKPNU Kec pacet
4. 26 april 2017 : tahlil akbar dan pengajian
5. Gerakan infaq untuk kelanjutan pembangunan Graha NU pacet.

Kamis, 16 Maret 2017

KH HASYIM MUZADI WAFAT




*Profil Singkat KH Hasyim Muzadi*

Ahmad Hasyim Muzadi lahir di Bangilan, Tuban, Jawa Timur pada 8 Agustus 1944 silam dari pasangan KH Muzadi dan Nyai Hj Rumyati. Ia mempunyai istri bernama Hj Mutamimah yang dari rahimnya lahir 6 orang anak yang terdiri dari 3 putra dan 3 putri.

Hasyim Muzadi mengawali pendidikannya di Madrasah Diniyah Tuban pada 1950-1953. Ia kemudian meneruskan ke jenjang pendidikan dasar di SD Tuban tahun 1954-1955 dan berlanjut di SMPN 1 Tuban pada 1955-1956.

Lulus dari sejumlah sekolah tersebut, Hasyim Muzadi meneruskan pengembaraan ilmunya ke berbagai pesantren di antaranya Pesantren Gontor, Ponorogo (1956-1962), Pesantren Senori Tuban (1963), dan Pesantren Lasem di tahun yang sama (1963).

Pendidikan tinggi ia tempuh di Institut Agama Islam (IAIN) Malang pada 1964-1969. Di masa mahasiswa inilah dia mulai aktif di berbagai organisasi. Pada saat awal masuk kuliah di tahun 1954, Hasyim Muzadi sudah diamanahkan memimpin Ranting Nahdlatul Ulama (NU) Bululawang. Setahun kemudian pada 1965, ia juga diamanahi memimpin Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Bululawang sebagai Ketua PAC.

Dua tahun kuliah di IAIN Malang, ia aktif menggerakkan mahasiswa saat menjadi Ketua Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Malang pada 1966. Di tahun yang sama, ia juga tercatat memimpin KAMMI Malang.

Seakan tak pernah putus akan kiprah gemilangnya ketika memimpin organisasi, setahun kemudian ia dipilih menjadi Ketua Pimpinan Cabang GP Ansor Malang pada 1967-1971. Keberhasilannya dalam menghidupkan ruh gerakan organisasi terus dia lakukan sehingga ketika selesai di Ansor Malang, ia dipercaya menjabat Wakil Ketua PCNU Malang 1971-1973 dan didaulat memimpin sebagai Ketua PCNU Malang pada 1973-1977. Pada rentang tahun yang sama, ia juga menjabat sebagai Ketua DPC PPP Malang.

Bukan hanya di tingkat kota, Hasyim Muzadi juga melakukan pengabdian secara luas di tingkat provinsi dengan terpilih menjadi Ketua PW GP Ansor Jawa Timur pada 1983-1987. Karir di GP Ansor tersebut ia teruskan di tingkat pusat dengan menjabat salah satu Ketua PP GP Ansor pada 1987-1988.

Pada tahun 1988, ia kembali ke mengabdi di kepengurusan NU di tingkat wilayah dengan menjabat sebagai Wakil Ketua PWNU Jawa Timur hingga tahun 1992. Atas komitmen pengabdian dalam mengembangkan gagasan dan aksi di PWNU Jatim, ia dipercaya oleh Nahdliyin Jawa Timur menjadi Ketua PWNU Jatim pada tahun 1992-1999. Dia juga tercatat pernah menjadi Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur.

Ketika perhelatan Muktamar NU tahun 1999 di Pesantren Lirboyo, Hasyim Muzadi salah seorang yang digadang-gadang dapat menggantikan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Tidak lain dan tidak bukan, Gus Dur-lah yang memunculkan nama KH Hasyim Muzadi untuk memimpin PBNU. Terbukti, Muktamirin secara mantap memilih Hasyim Muzadi sebagai sosok komplit karena telah teruji mampu memimpin organisasi dari tingkat ranting. Dia terpilih menjadi Ketua Umum PBNU menggantikan Gus Dur.

Kiai Hasyim Muzadi menjadi Ketua Umum PBNU selama dua periode, yaitu pada 1999-2004 dan 2004-2009. Bagi Kiai Hasyim, tidak mudah menggantikan sosok fenomenal seperti Gus Dur dalam memimpin jam’iyah NU. Selain perjuangan mengawal Islam Ahlussunnah wal Jamaah secara nasional, Gus Dur juga mampu menginspirasi dunia internasional untuk menyemai benih-benih perdamaian dan hak-hak kemanusiaan.

Berangkat dari kiprah gemilang Gus Dur itulah, Kiai Hasyim berupaya keras untuk meneruskan perjuangan Gus Dur dalam memoderasi Islam hingga ke level global. ICIS yang didirikan Kiai Hasyim menjadi wadah perjuangan moderasi Islam dari berbagai kalangan. Karena para ulama, akasemisi, cendekiawan, dan peneliti nasional dan internasional berupaya diakomodasi oleh Kiai Hasyim untuk bergerak bersama dalam mewujudkan kesatuan bangsa dan perdamaian dunia.

Selain menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) ICIS saat itu, Kiai Hasyim juga pernah menjabat sebagai Presiden World Conference on Religions for Peace (WCRP). Organisasi internasional para pemuka agama untuk perdamaian dunia ini juga pernah dipimpin Gus Dur. Jabatan terakhir yang ia emban di PBNU adalah sebagai Rais Syuriyah pada periode 2010-2015.

KH Hasyim Muzadi yang pernah menjadi tandem Megawati Soekarnoputri sebagai Calon Wakil Presiden pada era Pilpres 2004 menghembuskan napas terakhir pada Kamis, 16 Maret 2017 di kediamannya komplek Pondok Pesantren Al-Hikam Malang, Jawa Timur.

Beliau meninggal sekitar pukul 06.25 WIB setelah beberapa kali mengalami perawatan di ICU Rumah Sakit (RS) Lavalette Malang karena kondisi kritis. Namun, jenazah Kiai Hasyim Muzadi dimakamkan di Komplek Pondok Pesantren Al-Hikam Depok, Jawa Barat.

Di era Presiden RI Joko Widodo, KH Hasyim Muzadi ditunjuk sebagai salah seorang Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Pemakaman Kiai Hasyim dilakukan secara kenegaraan dengan Wakil Presiden HM. Jusuf Kalla sebagai Inspektur Upacara pemakamannya di Pesantren Al-Hikam Depok.

Iring-iringan kenegaraan juga dilakukan ketika jenazah Kiai Hasyim hendak diberangkatkan dari kediamannya di Malang ke Bandara Abdurrahman Saleh menuju Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta hingga ke Depok. Iring-iringan ini melibatkan sejumlah personel militer dari Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut. (Fathoni Ahmad)

Sumber: Nu Online



Versi lain

Nama Lengkap
KH. Hasyim Muzadi
Alias
KH. Achmad Hasyim Muzadi | Achmad Hasyim Muzadi
Politisi,Tokoh Agama
Tempat Lahir
Bangilan, Tuban, Jawa Timur
Tanggal Lahir
Selasa, 8 Agustus 1944
Ayah : H. Muzadi
Ibu : Hj. Rumyati
Istri : Hj. Muthomimah

KH. Ahmad Hasyim Muzadi adalah mantan Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU). Selain itu, Hasyim Muzadi pernah menjadi pengasuh pondok pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur. Hasyim lahir di Tuban pada tanggal 8 Agustus 1944 dari pasangan H. Muzadi dengan istrinya Hj. Rumyati.

Hasyim menempuh jalur pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah di Tuban pada tahun 1950 dan menuntaskan pendidikannya tingginya di Institut Agama Islam Negeri IAIN Malang, Jawa Timur pada tahun 1969. Suami Hj. Muthomimah ini nampaknya memang terlahir untuk mengabdi di Jawa Timur. Hasyim sendiri mengawali kegiatan organisasinya dengan berpartisipasi aktif dalam organisasi kepemudaan semacam Gerakan Pemuda Ansor (GP-Ansor) dan organisasi kemahasiswaan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) hingga akhirnya dia dia dipercaya menjadi pemimpin kedua organisasi tersebut.

Hal inilah yang menjadi struktural menjadi modal kuat Hasyim untuk terus berkiprah di NU. Nama Hasyim mulai mencuat ke publik setelah pada tahun 1992, dia terpilih menjadi Ketua Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Timur yang terbukti mampu menjadi batu loncatan bagi Hasyim untuk menjadi Ketua PBNU pada tahun 1999. Setelah itu, tercatat Hasyim pernah menjadi anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur pada tahun 1986, yang ketika itu masih bernaung di bawah Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Pada tahun 1999, Hasyim terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) pada Muktamar ke-30 di Lirboyo, Kediri.
Pada pemilihan presiden tahun 2004, Hasyim Muzadi menjadi Calon Wakil Presiden mendampingi Capres Megawati Soekarnoputri Presiden RI Kelima (2001-2004) Megawati Soekarnoputri. Namun langkahnya ini gagal menuai kemenangan. Setelah itu, dalam Muktamar NU ke-31 di Donohudan, Boyolali, Jateng, Hasyim kembali terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU)

Sebagai ulama, sosok Hasyim dikenal nasionalis dan pluralis. Apa saja yang dianggap perlu bagi agama, Indonesia, dan NU, Hasyim ikhlas melakukan. Pengasuh Ponpes Mahasiswa Al Hikam, Malang, ini dikenal sebagai sosok kiai yang cukup tulus memposisikan dirinya sebagai seorang pemimpin Indonesia.
Sebagai ulama, sosok Hasyim dikenal nasionalis dan pluralis. Apa saja yang dianggap perlu bagi agama, Indonesia, dan NU, Hasyim ikhlas melakukan.

PENDIDIKAN
Madrasah lbtidaiyah Tuban-Jawa Timur 1950-1953SD Tuban-Jawa Timur 1954-1955SMPN I Tuban-Jawa Timur 1955-1956KMI Gontor, Ponorogo-Jawa Timur 1956-1962PP Senori, Tuban-Jawa Timur 1963PP Lasem-Jawa Tengah 1963IAIN Malang-Jawa Timur 1964-1969

KARIR
PII (Pelajar Islam Indonesia) 1960 - 1964Ketua Ranting NU Bululawang-MalangKetua Anak Cabang GP Ansor Bululawang-Malang 1965
Ketua Cabang PMII Malang 1966
Ketua KAMI Malang 1966
Ketua Cabang GP Ansor Malang 1967-1971
Wakil Ketua PCNU Malang
1971-1973
Ketua DPC PPP Malang
1973-1977
Ketua PCNU Malang
1973-1977
Ketua PW GP Ansor Jawa Timur 1983-1987
Ketua PP GP Ansor
1985-1987
Sekretaris PWNU Jawa Timur 1987-1988
Wakil Ketua PWNU Jawa Timur 1988-1992
Ketua PWNU Jawa Timur 1992-1999
Ketua Umum PBNU 1999-2004
 Anggota DPRD Tingkat II Malang-Jawa Timur
Anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur 1986-1987

CATATAN :
Rabu, 15 Maret 2017 12:26:57 Usai menjenguk, Jokowi doakan Hasyim Muzadi segera diberi kesembuhan

Rabu, 15 Maret 2017 09:23:16
Presiden Joko Widodo jenguk Hasyim Muzadi di Pesantren Al Hikam
Minggu, 12 Maret 2017 18:34:00
Khofifah sebut kondisi Hasyim Muzadi sudah membaik

Senin, 16 Januari 2017 19:16:11 Kesehatan sudah pulih, Hasyim Muzadi besok diperbolehkan pulang
Senin, 16 Januari 2017 17:05:21 Wapres Jusuf Kalla besuk KH Hasyim Muzadi di Malang
Sabtu, 7 Januari 2017 14:25:08 Kelelahan, Wantimpres Hasyim Muzadi dirawat di RS Lavalette Malang

Senin, 19 September 2016 04:31:00 Hasyim Muzadi ajak ulama bangkit selamatkan agama dan negara

Hari ini tokoh agama negara kita telah berpulang Ke Rahmatullah

" Innalillahi wa innailahi rooji'un...
Telah berpulang ke Rahmatullah
" bpk Hasyim Muzadi"..
tadi pagi.
Dengan iringan Do'a Semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Alloh SWT, seluruh dosa2 nya diampuni oleh Alloh. Dan smg dilapangkan jalan kuburnya...
Keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan ketabahan.
Aamiin Allahumma Aamiin..

Minggu, 12 Maret 2017

Majelis Ta'lim Rutin Muslimat PAC Pacet


Graha NU Pacet, 12 Maret 2017
Ibu ibu muslimat se Kecamatan Pacet setiap Ahad Legi mengadakan ta'lim bersama untuk saling mengisi dan menasehati. Kegiatan selapanan itu tempatnya bergantian di Pandan dan Graha NU Pacet. Dalam Pengajian kali ini tampak pula hadir sahabati Fatayat. Hj Rosyidatul Ummah selaku ketua PAC muslimat beserta Hanik Muniah, S.PdI selaku ketua PAC Fatayat menghendaki pengajian kolaborasi ini dapat berlanjut agar kesolidan muslimat dan fatayat semakin manis. Apalagi Graha NU Pacet sebagai gedung milik warga NU Pacet sangat cocok digunakan sebagai pusatnya kegiatan dakwah Islam Aswaja. Selain ibu muslimat dan fatayat, hadir pula Katib MWCNU Pacet sekaligus ketua panitia Ziarah NU, KH Suyadi Tamsir dan Agus Santoso, M.PdI mewakili ketua MWCNU Pacet yang saat itu sedang berada di Surabaya untuk mengurus paspor keberangkatan haji tahun ini. 
Dalam sambutannya, ketua panitia ziarah mengharap agar muslimat dan fatayat terus mengupayakan perolehan jamaah ziarah yang memang salah satu tujuannya mencari dana untuk kelanjutan pembangunan aula utama Graha NU Pacet. sedangkan sekretaris MWCNU Pacet menyampaikan program MWCNU semester awal tahun 2017 ini yang jadwal pelaksanannya sudah dirumuskan dalam rapat pimpinan NU dan Banom bulan lalu terutama pembahasan kegiatan peringatan Harlah NU tahun ini. (Agus al Bar'any)

Jumat, 10 Maret 2017

SILABUS MATERI PAI MI

Lembaga Pendidikan Ma'arif NU MWCNU Kecamatan Pacet dalam tulisan kali ini ingin membagi ilmu kepada Bapak dan Ibu Guru yang mengajar di MI atau yang sederajat yang membutuhkan Silabus materi Agama (PAI) sebagai dasar untuk pembuatan perangkat pembelajaran. Panjenengan  dapat melihat dan mendownloudnya gratis di web kami. File tersebut monggo Didownloud
Silabus B Arab kelas 1 DI SINI
Silabus B Arab kelas 2 DI SINI
Silabus B Arab kelas 3 DI SINI
Silabus B Arab kelas 5 DI SINI
Silabus B Arab kelas 6 DI SINI

Senin, 06 Maret 2017

Giat Memakmurkam Masjid



Pacet, Ahad 5 Maret 2017
Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) MWCNU kecamatan Pacet bersama para pengurus masjid dan musholla se kecamatan pacet mengadakan Pertemuan rutin Ahad Wage, 5 Maret 2017 bertempat di masjid dusun Belor Kembangbelor Pacet. Pengurus takmir masjid yang hadir sebanyak 110 orang.
Dalam pertemuan rutin itu dibahas tentang Tata cara Perawatan jenazah yang dipandu oleh Rais MWCNU Pacet, KH Iskandar Munir menggunakan buku khusus yang dicetak oleh MWCNU Pacet.
Antusias jamaah begitu besar sehingga proses kajian berjalan aktif dan komunikatif . 
Selain itu KH Mubayyin Syafii yang mengisi sesi tanya jawab Fiqih Kemasyarakatan juga menyampaikan materi tentang kewajiban haji bagi orang yang mampu yang harus betul betul diperhatikan sebelum ajal menjemput.
Diakhir acara dibagikan kain seragam gratis sebagai wujud persatuan para pengurus masjid di kecamatan Pacet. Acara kemudian ditutup dengan Shalat Ashar berjamaah dan dilanjutkan ramah tamah. (Agus Al Bar'any)


Minggu, 05 Maret 2017

Kubroan PAC Fatayat NU Pacet Mojokerto




Kambengan, 5 Mei 2017
Kegiatan kubroan Fatayat se kecamatan Pacet berlangsung tadi pagi di masjid Nurul Huda Kambengan Cepokolimo Pacet, 5 Maret 2017. Acara yang diawali dengan mudarosah Alquran para hafidhoh itu dimulai sejak pukul 05.30.
Setelah itu acara pembacaan sholawat dan pengajian rutin dilanjutkan pada pukul 10.00. Hadir dalam acara tersebut bapak ketua MWCNU Pacet didampingi oleh Sekretarisnya.
Dalam sambutannya ketua MWCNU Pacet mengajak sahabat sahabat fatayat untuk terus giat kegiatan sebagai benteng aswaja dan mensukseskan program NU Pacet. 
Sementara ketua PAC Fatayat NU Pacet, sahabati Hanik Muniah, S.PdI mengajak para sahabat fatayat untuk selalu menjaga dan membentengi anak anak dari pengaruh globalisasi yang sangat luar biasa. Dalam kajian awaja, pengasuh kubroan ,KH Mubayyin Syafii menjeladkan tentang pentingnya mencari ilmu meskipun kita sudah mengetahui ilmu itu bahkan sering mendengarnya. Seusai kegiatan dilanjutkan dengan sholat Dhuhur berjamaah dan ramah tamah. Para sahabat fatayat begitu usai sholat ternyata hujan turun dengan lebatnya yang disertai kilat dan petir. Hujan rahmat dan kilat mencambuk syetan.Setelah reda mereka keluar masjid menuju mobil diseberang jalan dipandu oleh Sahabat Banser, Cak Agus Provos dan Hasan Gipo Asyari. (Agus Albar any)

Tahlil kubro Muslimat NU Pacet




Pacet Mojokerto, 5 Maret 2017
Pada hari Ahad, 29 Februari 2017 lalu, ibu-ibu Muslimat se Kecamatan Pacet melaksanakan Tahlil kubro dan Pengajian Rutin Ahad Pahing di Masjid At Taqwa Sumberkembar Pacet Mojokerto. Kegiatan yang digawangi oleh PAC Muslimat Kecamatan Pacet itu merupakan kegiatan rutin yang berpindah-pindah ke masjid di wilayah kecamatan Pacet. Menurut ibu Hj Rosyidatul Ummah selaku ketua Muslimat anak cabang pacet, kegiatan ini berjalan lancar dan sukes. Terbukti ratusan ibu -ibu memenuhi masjid berlantai 2 ini sampai meluber ke serambi dan bahkan ke pinggir jalan.
Di samping itu pengasuh pengajian, KH Abdul Jamil juga hadir di dampingi oleh Katib Syuriah KH Suyadi Tamsir, Ketua MWCNU Pacet M Yusuf S.Pdi , Sekretaris MWCNU Pacet Agus Santoso, M.PdI dan beberapa pengurus ranting NU.
Untuk mengamankan jalan, Hansip desa Sumberkembar di bantu Banser juga sudah berjaga sejak pagi hari. Dalam kegiatan itu KH Suyadi Tamsir yang juga ketua Panitaia Ziarah NU Pacet menyampaikan program Ziarah MWCNU Pacet 2017 yang akan dilaksanakan pada bulan April mendatang.
Sedangkan ketua MWCNU Pacet menyampaikan program Semaan al Qur'an bekerjasama dengan PP Darunnajah Treceh Sajen dengan membagikan lembaran kirim do'a.
Semoga kegiatan untuk memperkuat aqidah dan amaliyah NU itu dapat lestari sepanjang masa, amin. (Agus Albar'any)

Syiir Rojab dan Romadlon


Rabu, 01 Maret 2017

SAINS ALQUR'AN



FAKTA ILMIAH KEBENARAN AL-QUR’AN DALAM BERBAGAI BIDANG ILMU PENGETAHUAN

Fakta Ilmiah dalam Al Quran telah terbukti kebenarannya yang banyak ditemukan oleh para ilmuwan. Setiap Rasul yang diutus Allah SWT kepada manusia dibekali dengan keistimewaan-keistimewaan yang disebut mukjizat. Mukjizat ini bukanlah kesaktian ataupun tipu muslihat untuk memperdayai umat manusia, melainkan kelebihan yang Allah SWT berikan untuk meneguhkan kedudukan para Rasulnya dan mempertegas seruan (dakwah) mereka agar manusia beriman kepada Allah SWT dan tidak mempersekutukan-Nya (tauhid).
Untuk lebih jelasnya MONGGO LIHAT DI SINI !